Sukses

Tunangan Jamal Khashoggi Sebut Pemerintahan Donald Trump Tidak Bermoral

Hatice Cengiz mengkritik pemerintahan Donald Trump dan menyebut presiden AS tersebut telah mengambil keputusan yang tidak bermoral.

Liputan6.com, Istanbul - Tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz meminta komunitas internasional dan pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan dukungan untuk mengejar keadilan atas kasus pembunuhan calon suaminya.

Dikutip dari laman Businessinsider.sg, Sabtu (3/11/2018), dalam artikel yang dimuat The Washington Post, Cengiz mengkritik pemerintahan Donald Trump dan menyebut presiden AS tersebut telah mengambil keputusan yang tidak bermoral.

Hatice Cengiz menilai jika Donald Trump telah mengambil posisi yang tidak memihak, dari sisi moral, atas kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.

Wanita tersebut juga menyerang para pemimpin Negera Barat, khususnya Trump, yang lebih memprioritaskan hubungan ekonomi dengan Arab Saudi.

"Sudah tepat satu bulan, sejak tunangan saya Jamal Khashoggi meninggal dunia usai memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Sudah seharusnya impunitas terhadap pembunuhan jurnalis dihentikan," ujar Hatice Cengiz.

"Pihak yang telah merencanakan pembunuhan terhadap tunangan saya harus dituntut. Saya menuntut keadilan bagi Jamal, sosok yang sangat saya cintai," tambahnya.

Jamal Khashogi memasuki konsulat Arab Saudi pada 2 Oktober lalu. Kedatangannya ke fasilitas diplomatik itu untuk mengurus dokumen yang memungkinkannya menikahi Cengiz. Namun, sang jurnalis tak pernah keluar. Ia dihabisi.

Sementara itu, Pemerintah Arab Saudi membantah keterlibatan pihaknya atas tewasnya Jamal Khashoggi. Mereka hanya menyebut jika jurnalis itu tewas akibat dikeroyok oleh sekelompok orang. Meski belakangan, Riyadh mengakui, mantan orang dekat kerajaan itu tewas dalam operasi intelijen yang kebablasan. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Turki: Jamal Khashoggi Langsung Dicekik

Sementara itu, Turki telah memberikan pernyataan resmi pertamanya tentang keyakinan mereka bahwa jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, langsung dicekik sesaat setelah memasuki konsulat negaranya di Istanbul, pada 2 Oktober.

Pernyataan itu mengemuka setelah beberapa pekan ramai pemberitaan tentang teka-teki pembunuhan Khashoggi, dan dugaan peran Arab Saudi di dalamnya.

Kepala jaksa penuntut dari pemerintah Turki, Irfan Fidan, mengatakan pertemuan dengan mitra Arab Saudi pekan ini, tidak memberikan hasil nyata, demikian sebagaimana dikutip dari BBC.

Di sisi lain, Arab Saudi belum berkomentar tentang pertemuan tersebut.

Perwakilan pemerintah Turki mengatakan: "Sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya, korban, Jamal Khashoggi, tewas tercekik segera setelah memasuki Konsulat Jenderal Arab Saudi (di Istanbul)."

"Tubuhnya kemudian dipotong-potong dan dihancurkan, sebagaimana rencana awal telah disiapkan," tambahnya.

Jamal Khashoggi, warga Arab Saudi yang bekerja untuk surat kabar Washington Post di Amerika Serikat (AS), adalah seorang pengkritik keras para penguasa negaranya.

Jasadnya belum ditemukan hingga saat ini, tetapi Turki, AS dan Arab Saudi semuanya setuju bahwa dia dibunuh di konsulat.

Masih belum ada konsensus tentang bagaimana Khashoggi meninggal.

Turki sendiri telah jauh-jauh hari secara terbuka menyalahkan Arab Saudi atas pembunuhan Jamal Khashoggi.

Namun, seorang juru bicara dari Partai AK yang berkuasa, mengatakan pada Rabu 31 Oktober, bahwa hal itu tidak bisa dilakukan tanpa perintah dari seseorang dalam posisi senior.

Arab Saudi menyangkal keluarga kerajaannya terlibat.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dengan Raja Salman Saudi pekan lalu, dan keduanya setuju untuk terus bekerja sama dalam penyelidikan.

Pejabat Turki yang tidak disebutkan namanya sebelumnya mengatakan kepada media bahwa mereka memiliki bukti audio dan visual untuk membuktikan tuduhan mereka terkait kematian Khashoggi, tetapi tidak ada satu pun yang dirilis.