Liputan6.com, Canberra - Publik Australia di Kota Canberra terpukau oleh pesona keindahan alam, budaya serta sejarah yang dimiliki oleh "Negeri Seribu Pulau" Maluku dalam acara Indonesian Cultural Circle (ICC) yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) bekerjasama dengan Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya, serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra di Balai Kartini pada tanggal 2 November 2018.
Acara bertajuk "The Wonders of Maluku" tersebut dihadiri para tamu dari latar belakang, mulai mulai dari pecinta budaya, penggiat seni, penulis buku hingga ibu rumah tangga.
Sejumlah istri Duta Besar dari negara-negara sahabat seperti Afghanistan, Brunei, Cambodia, Finlandia, Georgia, Jepang, Kazakhtan, Korea, Laos, Maroko, Mesir, Perancis, Singapura dan Yordania juga hadir dalam acara tersebut.
Advertisement
Para tamu yang hadir tampak terpesona dengan foto-foto kecantikan alam Banda Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Bair, dan berbagai tempat bersejarah yang ada di Maluku seperti Benteng Belgica, Istana Kecil, dan rumah pengasingan Bung Hatta.
Baca Juga
Menurut Caecilia Legowo, Ketua DWP KBRI Canberra yang membuka Pameran Budaya dan Kuliner Maluku, acara promosi ini dimaksudkan untuk mendekatkan masyarakat Australia dengan Maluku, sebagai salah satu wilayah kepulauan yang terdekat dengan Australia.
"Banyak sekali potensi dan ikon pariwisata Maluku yang sangat indah yang dapat ditawarkan ke publik Australia. Inilah salah satu misi kita, mempromosikan budaya dan kuliner sambil mendorong mereka berpariwisata ke Indonesia", ujarnya, seperti dikutip dari rilis resmi KBRI Canberra yang dimuat Liputan6.com, Rabu (7/11/2018).
"Pulau Maluku menawarkan banyak sekali destinasi wisata, mulai dari wisata alam, wisata sejarah dan wisata kuliner. Semuanya menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan asing", tambah orang nomor satu di DWP KBRI Canberra ini.
Salah satu pengunjung, yakni Robin Woods memgakui bahwa keindahan alam yang dimiliki oleh Maluku begitu mempesona.
"Selama ini orang Australia hanya mengenal Bali dan Lombok saja dan acara ini membuat saya ingin menjelajahi Indonesia lebih lagi," tambahnya.
Simak video pilihan berikut:
Pameran Khas Maluku
Kegiatan lain dalam acara Indonesian Cultural Circle (ICC) adalah pameran foto, rempah-rempah asli Maluku, yaitu Pala, Kayu Manis dan Cengkeh, perhiasan mutiara serta kain tenun yang indah, secara khusus dipajang di Balai Kartini.
Sejumlah tamu tampak amat tertarik dengan rempah-rempah yang dipajang dan berusaha mencium aroma rempah Pala.
Pada awal acara untuk memberikan suasana khas Maluku, para tamu langsung disuguhi dengan sejumlah lagu-lagu asal Maluku, antara lain Ayo Mama, Sio Mama, Buka Pintu, dan Huhate.
Kemudian dilanjutkan dengan paparan rinci terkait potensi pariwisata, budaya dan sejarah Maluku oleh Almira Devayanti, Sekretaris Kedua KBRI Canberra. Diplomat muda ini juga menjelaskan kemudahan bepergian ke berbagai tujuan wisata di Pulau Maluku bagi turis Australia.
Para tamu tampak takjub saat mengetahui sejarah Pulau Run di Kepulauan Banda yang dulu sangat kaya dengan rempah-rempah dan ditukar dengan Pulau Manhattan di Amerika Serikat melalui Perjanjian Brenda antara Belanda dan Inggris.
Irama musik Tari Lenso yang riang, membuat para pengunjung langsung ingin menari. Mereka tampak sangat gembira saat bersama-sama menari Tari Lenso yang dipandu oleh para anggota DWP KBRI Canberra lengkap dengan sapu tangan di tangan mereka.
"Apa makna dari sapu tangan putih ini," tanya seorang pengunjung.
"Tari Lenso menggambarkan kesantunan, rasa hormat, dan penerimaan dengan tulus kasih terhadap tamu, dan sapu tangan putih ini menandakan penerimaan yang tulus tersebut," tukas Novaliana Tambunan, Sekretaris Pertama KBRI Canberra.
Di akhir acara para pengunjung menikmati suguhan kuliner khas Maluku seperti Nasi Lalopa, Ikan Basa Colo-Colo, Rujak Natsepa dan Sayur Kei Gulai.
Sementara, pengunjung lain bernama Nicole Tucker mengakui sangat menyukai makanan khas dan Sambal Colo-Colo Maluku yang disajikan secara khusus siang itu.
Advertisement