Liputan6.com, Adelaide - Kepolisian Australia Selatan tengah menyelidiki kasus dugaan kontaminasi makanan dengan tinja yang secara sengaja ditujukan untuk pasien di salah satu rumah sakit terbesar di Adelaide. Pengujian sedang dilakukan untuk menentukan apakah benar tinja menjadi zat yang terlibat dalam kontaminasi itu.
Kepolisian Australia Selatan mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan dengan tepat zat apa yang digunakan untuk mencemari makanan pencuci mulut di Flinders Medical Centre, yang termasuk hidangan jelly dan puding.
"Kami puas bahwa tidak ada pasien yang diberi makan dengan bahan makanan yang terkontaminasi. Tidak ada ancaman atau klaim yang dibuat sehubungan dengan penyelidikan ini," kata Asisten Komisioner Joanne Shanahan, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (8/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Ketika ditanya apakah zat yang mencemari makanan itu tinja, dan apa warna zat itu, Asisten Komisaris Shanahan mengatakan dia tidak bisa berkomentar terkait hal tersebut dan mengatakan "masalah itu sedang dianalisis secara forensik".
Barang-barang yang terkontaminasi itu ditemukan Selasa 6 November 2018 kemarin di sebuah nampan di dalam kulkas di dapur rumah sakit, dan polisi mendapat laporan pagi ini.
Mereka sekarang telah meluncurkan penyelidikan kejahatan.
"Selama pemeriksaan keamanan pangan rutin kemarin sejumlah kecil pencuci mulut diidentifikasi terkontaminasi," kata Sue O'Neill, CEO Jaringan Kesehatan setempat di Adelaide Selatan.
"Staf waspada dan mengisolasi daerah itu dan memberikan peringatan. Manajemen kemudian membentuk tim penilai kecil yang menyelidiki semua makanan siap saji lainnya."
Sue O'Neill mengatakan zat yang mencemari hidangan penutup itu bentuknya "padat, dan tampak organik" dan "sangat jelas".
"Ada penampilan yang abnormal," katanya.
Rumah sakit membantu polisi dalam penyelidikan, yang juga melibatkan penyelidikan melalui rekaman CCTV.
Polisi mengatakan tidak jelas apakah kontaminasi makanan dengan tinja itu terjadi di lokasi.
"Kami akan menyelidiki siapa saja yang mungkin memiliki akses ke area rumah sakit ini," kata Asisten Komisaris Shanahan.
Bulan lalu, ABC melaporkan wabah gastro dialami oleh sejumlah pasien dan staf di rumah sakit ini.
Â
Simak video pilihan berikut:
NASA Ubah Tinja Manusia Jadi Makanan Astronot
Namun, bagi sejumlah kalangan, tinja tak melulu menjadi hal menjijikan dalam dunia kuliner. Bagi NASA, tinja digadang-gadang bisa menjadi alternatif makanan para astronoutnya.
Rencananya, makanan olahan tersebut akan digunakan sebagai penganan astronout saat di luar angkasa, khususnya saat menjalani misi ekspedisi Planet Mars nanti.
Adapun proses pengolahan tinja akan diinisiasi oleh ilmuwan dari Pennsylvania State University. Tak cuma untuk Mars, makanan olahan ini juga akan disuguhkan bagi kru yang bekerja di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS, International Space Station).
Namun jangan salah sangka dulu. Makanan yang disajikan nanti bukan berbentuk tinja seperti pada umumnya. Tinja yang dimaksud justru merupakan saripati unsur makanan sisa yang terlarut di dalam sistem pencernaan manusia.
Menurut informasi yang dilansir Tech Times, Rabu (31/1/2018), pimpinan ilmuwan Profesor Christopher House berhasil menciptakan wadah silindris yang menampung tinja padat dan cair.
Nantinya, wadah tersebut akan mengurai bakteri yang aman untuk dikonsumsi dan bakteri yang seharusnya bisa dibuang.
Bakteri yang dipilih untuk layak masuk kategori adalah bakteri jenis anaerobik atau bakteri yang bisa memecah mikroorganisme tanpa oksigen.
"Bakteri anaerobik jika dicampur tinja manusia akan menghasilkan metana. Jadi, hasilnya bisa menumbuhkan mikroba berbeda," kata House.
Dengan memanfaatkan teknologi bioprocessing di level molecular, maka diciptakanlah makanan sintetik yang merupakan daur ulang dari tinja manusia dengan unsur nutraceutical. Bahkan, House menemukan metode ini mengklaim makanan tersebut sangat higienis.
House bekerja sama dengan Dr Mark Blenner, seorang ilmuwan University Clemson, South Carolina. Untuk mengembangkan penelitiannya ini, House dan Blenner juga menggandeng NASA dan disokong dana sebesar US$ 200 ribu atau sekitar Rp 2 miliaran.
Hasil temuannya pun dipublikasikan secara resmi di sebuah jurnal terbitan Blenner yang berjudul Closing the Loop for Long-Term Space Travel.
Bahkan, NASA menganugerahi Blenner penghargaan atas penelitian yang telah ia lakukan selama tiga tahun tersebut.
Selain tinja, para astronot luar angkasa sudah bisa lebih dulu menikmati sayuran segar luar angkasa yang mereka kembangkan di pesawat.
Lewat teknologi yang disebut Veggie ini, para astronot mengembangkan jenis sayuran selada lewat sebuah lemari pendingin dan memiliki tingkat keamanan mikrobiologikal yang begitu tinggi.
Bahkan, sayuran yang tumbuh pun selalu dibersihkan dengan cairan asam sitrat dan sanitizer.
Advertisement