Sukses

Di Indo Defence 2018, AS Tegaskan Kemitraan Militer dan Pertahanan dengan RI

Hadir di Indo Defence 2018, Wadubes AS menegaskan hubungan kemitraan militer dan pertahanan AS-Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat menegaskan hubungan kemitraan militer dan pertahanannya dengan Indonesia, serta, berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama dengan mitra strategisnya di Indo Pasifik itu.

"Kita berkomitmen untuk terus bekerjasama dengan mitra strategis (strategic partnership) kita Indonesia, untuk bertukar teknologi yang banyak ditawarkan oleh AS dan bisa bermanfaat untuk Indonesia," kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Heather Variava saat menghadiri pameran Indo Defense 2018 Expo & Forum di JI-Expo Kemayoran, Kamis 8 November 2018.

Dijelaskan oleh Variava bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan pertahanan dan militer yang kuat.

"Saya juga bangga atas fakta bahwa AS merupakan salah satu mitra militer top Indonesia. Kita telah bekerja dengan RI dalam bidang aviasi, pertahanan udara, maritim keamanan, bantuan kemanusiaan dan bencana dan juga domain siber," kata Variava.

Ia juga menekankan pentingnya sektor swasta dan hubungan business-to-business industri pertahanan antara AS-Indonesia.

"Sektor swasta AS juga merupakan komponen penting dalam kerja sama AS-Indonesia di Indo Pasifik. Dan kami percaya bahwa keterlibatan sektor privat AS di Indonesia menjadi salah satu poin strategis penting AS di Indo Pasifik."

Variava tak hadir sendiri. Ia didampingi oleh Deputi Komandan Korps Marinir AS Wilayah Pasifik (USMC Forces Pacific) Brigjen (Mar) Robert Sofge yang turut meninjau industri pertahanan AS yang menggelar pameran di Indo Defence 2018 Expo & Forum.

Sofge juga mengatakan bahwa ia turut memanfaatkan perhelatan itu untuk berdialog dengan mitra militernya dari Indonesia tekait konsep geo-politik Indo Pasifik.

"Kita berbicara kepada rekan dan mitra pemerintah serta bisnis tentang pentingnya Indo Pasifik yang bebas dan terbuka. Dan ini menjadi tanggungjawab bersama bagi kita untuk menjamin kesejahteraan dan keamanan di kawasan tersebut," kata Brigjen Sofge.

Di Indo Defence 2018 Forum & Expo (7-10 November 2018) ada ratusan booth industri pertahanan dan alat-alat keamanan asal Amerika Serikat yang memamerkan produk-produk unggulannya. Mulai dari firma raksasa seperti Airbus, Lockheed-Martin, hingga perusahaan lokal setingkat negara bagian AS.

Menjelaskan tentang prospek angka perdagangan yang bisa dihasilkan oleh AS-Indonesia dalam Indo Defence 2018 Forum & Expo, Variava mengatakan, "Saat ini belum tahu, karena pameran masih berlangsung. Kami berharap bisa menyajikan (angka)-nya segera."

"Tapi satu hal yang pasti adalah perusahaan AS yang ada di sini adalah firma yang telah berbisnis dengan Indonesia. Dan mereka berharap agar hubungan bisnisnya bisa terus meningkat."

"AS sendiri berusaha untuk mencari banyak kesempatan peningkatan ekonomi dengan Indonesia, salah satunya lewat kemitraan pertahanan dan area kerjasama lain yang telah ada."

"Kita juga terus berdialog dengan pemerintah Indonesia agar akses perdagangan kita tetap terbuka dan hubungan kemitraan kita tetap kuat," tutup Variava.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Wapres JK: Negara Harus Manfaatkan Teknologi untuk Keamanan dan Pertahanan

Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK membuka acara Indo Defence Expo and Forum 2018 di JIExpo Kemayoran, Rabu 7 November 2018. Dalam pidatonya JK mengatakan negara harus mempunyai angkatan bersenjata serta memanfaatkan teknologi untuk mempertahankan negeri.

"Karena mempunyai angkatan bersenjata, dia harus mempunyai senjata. Dia harus mempunyai peralatan yang disiapkan untuk itu. Karena itu lah maka acara pameran ini tentu memberikan kita suatu pilihan-pilihan, memberikan suatu pengetahuan yang baru. Bagaimana suatu negara dapat memanfaatkan teknologi untuk keamanan dan pertahanan negerinya," kata JK.

Menurut dia, negara harus siap dalam keadaan apapun dan dapat menciptakan kedamaiaan saat berperang. "Sehingga tidak mudah suatu negara untuk berperang satu sama lain karena kekuatan negara itu juga merupakan suatu cara untuk mempertahankan diri."

JK juga berharap untuk industri pertahanan dapat meningkat terutama di Indonesia. Sebab, industri pertahanan dibutuhkan untuk kemandirian.

Dia menjelaskan Indonesia memiliki pengalaman diembargo pada tahun 1990-an karena masalah Timor, bagaimana sulitnya memperoleh alat alutsista karena adanya embargo tersebut.

"Karena itulah maka suatu negara harus selalu siap mandiri atas kemampuannya sendiri melepas teknologinya. Di samping tentu bekerja sama dengan negara-negara yang lain. Di samping itu kita juga mengetahui kemampuan atau riset militer banyak justru berguna untuk kemajuan sipil," ungkap JK.

Industri suatu negara dan riset pertahanan, sambungnya, juga dapat bermanfaat untuk kemajuan masyarakat. Disamping membeli, Indonesia juga dapat menjual alat pertahanan sesuai dengan kemajuan industri.

"Karena itulah saya harapkan bahwa Indo Defence ini juga meperlihatkan kepada kita semua perbandinagn kemampuan yang ada dan tentu kerja sama serta juga bagaiamana membangun suatu industri yang baik untuk negeri kita ini," ungkap JK.