Sukses

Kacang Mete Picu Krisis Politik Memanas di Tanzania

Langkanya pasokan kacang mete dilaporkan memicu memanasnya krisis politik di Tanzania. Kenapa?

Liputan6.com, Dodoma - Presiden Tanzania, John Magufuli telah memecat Menteri Pertanian dan Perdagangan negara itu, serta mengancam akan mengerahkan militer jika krisis pasokan kacang mete tidak segera diatasi.

Pedagang diberi tenggat waktu hingga Senin nanti untuk membeli tanaman dari petani dengan harga yang disetujui oleh pemerintah.

Jika imbauan itu tidak ditanggapi, sebagaimana dikutip dari BBC pada Minggu (11/11/2018), Magufuli mengatakan dia akan mengirim lusinan truk militer untuk mengumpulkan seluruh hasil panen.

Ekspor kacang mete adalah penghasil mata uang asing utama untuk Tanzania.

Petani selama berminggu-minggu menolak menjual hasil panen mereka, dengan alasan bahwa penawaran pedagang swasta terlalu rendah.

Pada Sabtu 10 November, Magufuli menuduh pedagang mencoba meretas ribuan petani dan memerintahkan mereka untuk meningkatkan penawaran harga jual kacang mete, menjadi sekitar US$ 1,3 (setara Rp 19.000) per kilogram.

Magufuli mengatakan dia tengah berupaya untuk memastikan ribuan petani mendapatkan harga yang adil untuk kacang mete mereka, dan juga agar negara tidak kehilangan penghasilan ekspor penting.

Dia menambahkan bahwa jika dipaksa mengerahkan tentara untuk mengumpulkan pasokan kacang mete, pemerintah sudah pasti akan membelinya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Bukan Krisis Pertama

Setelah pemecatan menteri pertanian, Charles Tizeba, dan menteri perdagangan dan investasi, Charles Mwijage, Presiden Magufuli menunjuk dua menteri lainnya dan empat deputi.

Dia juga dilaporkan membubarkan Dewan Kacang Mete Tanzania (CBT) dan telah mencabut pengangkatan ketua dewan terkait, Anna Abdallah.

Ini bukan pertama kalinya Tanzania mengalami krisis seperti itu.

Pada tahun 2013, kerusuhan oleh petani jambu mete dan demonstran lainnya di Tanzania selatan, menyebabkan sekitar 20 properti dibakar.

Masalahnya ditimbulkan setelah para pedagang mulai membayar petani lebih sedikit dari harga yang disepakati sebelumnya. Alhasil, polisi dikerahkan ke wilayah itu untuk menghentikan kerusuhan lebih lanjut.