Sukses

Rusia Pikat Lagi Indonesia Melalui Pesawat Komersial MC-21

Rusia kembali menawarkan pesawat sipil terbarunya, MC-21, kepada maskapai Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia kembali menawarkan pesawat sipil terbarunya, MC-21, kepada maskapai Indonesia. Dalam dialog kemitraan ASEAN-Rusia yang digelar di Jakarta pada Selasa 26 Oktober 2018 lalu, perwakilan dari Irkut Corporation, manufaktur pesawat MC-21, turut hadir dan menjelaskan keunggulan produk terbaru mereka yang diklaim dapat bersaing dengan Boeing 737 dan A-320 di pasar dunia.

Kepada Russia Beyond, Wakil Direktur Penjualan dan Pemasaran Irkut Corporation Kiril Budaev menyebutkan bahwa kehadiran perwakilan Irkut kali ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan eksistensi dan partisipasi mereka khususnya di pasar Indonesia dan Asia pada umumnya.

"Kami juga perlu meningkatkan hubungan dengan pihak maskapai dan pemerintah. Kami ingin memperluas jaringan supaya kami bisa lebih memahami pasar ini," kata Budaev, seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Rabu (14/11/2018).

Pesawat MC-21 yang ditawarkan pada Indonesia adalah jenis pesawat yang sering digunakan di dalam negeri. Pesawat ini dapat menampung 165 – 211 penumpang, tergantung model. Dimensi pesawat baru Rusia ini berbeda dengan jenis pesawat buatan Barat lainnya. Komponen asing yang digunakan pada MC-21 berkisar 30 – 40 persen.

Ini bukanlah pertama kalinya Irkut Corporation berkunjung ke Jakarta. Pada Agustus lalu, bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Irkut Corporation juga telah mempresentasikan pesawat sipil terbarunya ini.

Kala itu, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi mengatakan, tawaran ini merupakan suatu kesempatan bagi dunia aviasi Indonesia, terutama bagi pihak yang bergerak dalam dunia penerbangan untuk mendapatkan produk-produk yang kompetitif.

"Makin banyak barang yang ditawarkan, makin banyak kesempatan kita untuk memilih. Jadi, nanti makin banyak supply, kita dapat lebih memilih apa yang kita butuhkan dengan harga yang lebih kompetitif," ujarnya dalam keterangan tertulis seperti yang dimuat Liputan6.com pada Agustus 2017 lalu.

Pasar Asia akan jadi pasar terbesar dalam 20 tahun ke depan, ujar Budaev meyakini. "Dan tentunya ini pasar yang strategis," katanya.

"Kami ingin meningkatkan kehadiran kami di Asia, dan kami melihat Indonesia sebagai pemain kunci dan sekaligus pasar yang potensial. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bisa jadi akan ada perubahan, tapi dalam hal ini, Indonesia adalah pemain kunci."

Ketika ditanya terkait animo maskapai Indonesia terhadap pesawat MC-21, Budaev menuturkan bahwa pihaknya sama sekali tidak mengharapkan sesuatu yang instan. Menurutnya, ini semua membutuhkan kerja sama, persuasi, dan kontak selama bertahun-tahun dengan pihak-pihak terkait.

 

Simak video pilihan berikut:

 

2 dari 3 halaman

Pesawat Modern?

Di Rusia, MC-21 direncanakan akan menggantikan Tu-204 dan Tu-154B/M, serta Boeing 737 dan A-320. Perusahaan ini sudah memiliki kontrak pasokan untuk 175 pesawat.

Aeroflot, maskapai nasional Rusia, menjadi pelanggan pertama pesawat sipil model baru ini dan akan membeli 50 unit.

Sementara, untuk pasar luar negeri, Budaev megaku bahwa perusahaannya memiliki target untuk menjual 70 persen dari total produksi. "Kami sudah melakukan diskusi di sejumlah negara, saya pikir hampir 60 persen dari jumlah negara di dunia. Kami juga sudah berdiskusi dengan 250 maskapai sedunia," ujarnya.

"Bagi saya, kami perlu memahami lebih dalam bagaimana kami harus menindaklanjuti dan mengambil strategi untuk bersaing di pasar Asia ini. Karena itu, kami perlu bertemu langsung dengan orang-orangnya, dan tentu saja dengan pihak maskapai," katanya menyimpulkan.

Pesawat MC-21 diciptakan dalam dua jenis, yaitu MC-21-300 dengan kapasitas 160 – 211 tempat duduk penumpang dan MC-21-200 untuk 130 – 176 tempat duduk penumpang.

Pesawat tipe ini ditujukan untuk fokus pada salah satu segmen pasar paling ramai di dunia. Mesin dan pesawat terbang buatan Rusia ini harus mampu menghadapi persaingan keras dengan produk pesawat terbang jarak menengah lainnya, seperti Boeing-737 buatan AS dan Airbus A-320 buatan Eropa, yang menjadi pemimpin dalam bisnis aviasi penumpang dunia saat ini.

Dalam pembuatan MC-21, pesawat ini menggunakan solusi-solusi teknis aerodinamika, mesin penggerak, serta material konstruksi yang terdepan. Selain itu, sistem pesawat generasi terbaru dari segi kenyamanan penumpang juga digunakan dalam pesawat ini. Para pemesan potensial akan ditawarkan dua jenis sistem tenaga penggerak pesawat, yaitu mesin penggerak buatan Rusia PD-14 atau menggunakan mesin buatan asing PW1400G.

Selain itu, MC-21 akan menggunakan sayap "hitam" (dibuat dari material komposit) yang memberikan pesawat ini kemampuan terbang yang apik dan menurunkan beban pesawat akibat massanya sendiri.

Badan pesawat ini memilki diameter yang lebih besar, yang tidak hanya memberikan kemampuan untuk menambah ruang bagi bagasi di bagian bawah, tetapi juga memberikan maskapai udara lebih banyak pilihan untuk optimasi pemanfaatan dimensi ruang — memperlebar bantalan kursi atau memperlebar jalan koridor.

Hal ini dinilai mampu meningkatkan tingkat kenyamanan bagi para penumpang karena tata letak ruang kabin akan membuat bagian dalam pesawat lebih nyaman, kompartemen bagasi, jendela, serta jalan koridor pun akan lebih besar.

Hal ini pun menambah kecepatan arus keluar-masuk penumpang sehingga maskapai dapat menghemat hingga dua juta dolar AS per tahunnya berkat tingginya arus mobilisasi pesawat di bandara.

3 dari 3 halaman

Firma Swedia Tawarkan Dua Pesawat Militer pada Indonesia

Tak ketinggalan, firma industri pertahanan asal Swedia, Saab, menawarkan dua produk pesawat militer unggulannya kepada Indonesia guna memperkuat kapabilitas pertahanan dan keamanan Tanah Air.

"Indonesia punya wilayah yang luas, terutama wilayah maritim mereka. Dan, sudah jadi kewajiban bagi pemerintah dan militer Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara serta menjamin keamanan warga. Oleh karenanya, Saab siap membantu Indonesia untuk hal tersebut," kata Anders Dahl, Presiden Saab Indonesia kepada sejumlah wartawan dalam Indo Defence 2018 Expo & Forum di JI-Expo Kemayoran, Kamis 8 November 2018.

Firma Swedia itu juga memamerkan pesawat peringatan dini Saab 2000 Erieye Airborne Early Warning & Control (AEW&C).

Pesawat peringatan dini (AEW&C) adalah pesawat yang membawa sebuah sistem radar khusus untuk mendeteksi pesawat terbang lain. Radar khusus itu, yang ditempatkan di body atas pesawat, dirancang untuk dapat membedakan antara pesawat terbang kawan dan pesawat terbang musuh dari jarak jauh. Pesawat peringatan dini digunakan dalam operasi penerbangan defensif maupun ofensif.

Secara ofensif, burung besi itu bertugas --sebagai command and control-- dengan mengarahkan pesawat tempur ke targetnya. Secara defensif, sistem bertugas untuk mengawasi serangan musuh.

"Saab 2000 Erieye AEW&C jadi salah satu produk potensial untuk Indonesia," kata German Wijaya, marketing Saab Representative Office Indonesia.

"Indonesia belum punya pesawat sistem peringatan dini. Dan kita punya Saab 2000 Erieye, pesawat yang cost effective dan tepat guna untuk wilayah udara Indonesia," tambahnya.

Sistem radar Erieye yang disematkan pada Saab 2000 Erieye AEW&C menyediakan kemampuan untuk kebutuhan militer dan sipil, seperti: pengawasan udara, pengawasan laut, intelijen, command & control, kemampuan multi-misi, hingga pencarian dan penyelamatan (SAR).

Pesawat yang ditaksir bernilai "ratusan juta dollar" itu telah digunakan oleh militer Swedia, Yunani, Brazil, Meksiko, Pakistan, Thailand, dan Uni Emirat Arab.

Saab Gripen JAS 39 (Wikimedia / Creative Commons)

Pada Indo Defence Expo & Forum, Saab juga memamerkan jet tempurnya, Gripen, pesawat tipe eurocanards multi-role fighter generasi terbaru (latest generation).

Ini menjadi salah satu produk unggulan Saab, karena, biaya operasional Gripen adalah yang terendah jika dibandingkan dengan jet tempur modern lain, menurut laporan dari IHS Jane's Information Group, seperti dikutip dari Stratpost.

"Pesawat ini cost effective dan reliabel. Kami juga siap melakukan transfer teknologi penuh dengan Indonesia jika tertarik membelinya," kata Anders Dahl, Presiden Saab Indonesia.

"Indonesia mungkin bisa mengikuti jejak Brazil, yang sudah melakukan transfer teknologi penuh untuk Gripen. Dan kini, mereka telah membuat versi indigenous (pabrikan dalam negeri) agar sesuai dengan kebutuhan domestik mereka," tambahnya.