Liputan6.com, Washington DC - Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) menarik kesimpulan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman merupakan dalang di balik kematian jurnalis, Jamal Khashoggi.
Dikutip dari laman The Washington Post, Sabtu (17/11/2018), CIA meyakini jika perintah pembunuhan berasal dari MBS, meski pihak Arab Saudi mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah terlibat dalam kematian Khashoggi.
Keyakinan CIA menarik kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah bukti. Di mana, ada agen intelijen Arab Saudi yang beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul, Turki pada hari yang sama dengan kematian Jamal Khashoggi.
Advertisement
Baca Juga
Jurnalis yang dikenal vokal dalam menyampaikan pendapat itu kemudian diduga dibunuh di konsulat Arab Saudi di Turki saat dirinya hendak mengurus dokumen penikahan.
Tak hanya itu, kesimpulan tersebut didapat oleh CIA setelah menggali berbagai sumber, termasuk sambungan telepon antara Jamal Khashoggi dengan saudara kandung MBS yang juga menjabat sebagai Dubes Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Khalid bin Salman.
Lewat sambungan telepon itu, Khalid bin Salman memerintahkan Khashoggi untuk terbang ke konsulat Saudi di Turki guna mengambil sejumlah dokumen yang dibutuhkan.
Dalam percakapan itu pula, duta besar pihaknya menjamin keamanan Khashoggi saat tiba di konsulat yang ada di Turki.
Tidak jelas apakah Khalid tahu bahwa Jamal Khashoggi akan dibunuh. Namun yang jelas, ia menelepon Khashoggi atas perintah sang Putra Mahkota.
Rangkaian bukti ini meyakinkan CIA untuk menarik kesimpulan bahwa Mohammed bin Salman merupakan dalang dan memegang peran penting dalam kematian Jamal Khashoggi.
Seorang sumber mengatakan kepada The Washington Post: "Tak mungkin hal ini terjadi tanpa sepengetahuan atau keterlibatan dari dirinya (Putra Mahkota)."
Seorang pejabat CIA mengatkan bahwa MBS sebenarnya adalah 'teknokrat yang baik", meski begitu ia juga menganggap jika Putra Mahkota juga orang yang arogan dan mudah berubah sikap.
Sementara itu, pihak Arab Saydi menyebut, klaim tersebut salah dan bersikukuh bahwa putra mahkota tak tahu menahu terkait pembunuhan Jamal Khashoggi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Isi Koper Terduga Pembunuh Khashoggi
Koper berisi gunting, defibrillator dan alat suntik yang dibawa oleh 15 orang anggota intelijen Arab Saudi ke Turki, menambah daftar bukti bahwa Jamal Khashoggi, telah dibunuh secara keji.
Dikutip dari laman Times of India, Rabu (14/11/2018), sejumlah barang tersebut diketahui oleh tim penyidik Turki dari gambar X-ray (pemerikasa barang) yang ada di bandara. Dalam bagasi itu terlihat ada 10 buah telepon, lima walkie-talkie, interkom, dua jarum suntik, dua defibrillator, jamming device, stapler hingga gunting.
Bagasi yang dibawa oleh tim Arab Saudi berangkat pada 2 Oktober pukul 15.20 GMT dan tiba di Turki pada pukul 19.46 GMT (hari yang sama), demikian menurut laporan dari surat kabar Sabah.
Kuat dugaan, barang-barang yang mereka bawa di dalam koper itu menjadi alat untuk menghabisi jurnalis yang dikenal vokal tersebut.
Sebelumnya, media Turki telah menerbitkan rincian mengerikan tentang pembunuhan Jamal Khashoggi. Menurut pemaparan dari seorang jaksa di Turki, Khashoggi telah dibunuh dengan cara dimutilasi pada 2 Oktober lalu, saat dirinya tengah mengurus sejumlah dokumen di konsulat Arab Saudi di Istanbul.
Dalam laporan yang diterbitkan The Washington Post, Jumat 2 November, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menulis sejumlah pernyataan seputar kematian Jamal Khashoggi.
Presiden Erdogan menyebut perintah untuk membunuh Jamal Khashoggi datang dari tingkat tertinggi pemerintah Arab Saudi.
Erdogan juga menyebut, 15 orang anggota intelijen dari Arab Saudi yang melakukan perjalanan ke Turki lah yang sudah menghabisi Jamal Khashoggi.
Tim tersebut dipimpin oleh Maher Abdulaziz Mutreb, pria yang disebut media Turki sebagai kepala operasi pembunuhan Jamal Khashoggi.
The New York Times bahkan menyebut jika Maher Abdulaziz Mutreb adalah tim keamanan di Saudi yang kerap berpergian dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Advertisement