Sukses

Dubes Arab Saudi untuk AS Bantah Pernah Perintahkan Jamal Khashoggi ke Turki

Bantahan Dubes Arab Saudi membantah segala tuduhan CIA pada dirinya. Pernyataan itu disampaikan lewat Twitter.

Liputan6.com, New York - Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Khalid bin Salman yang juga adik dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) membantah segala tudingan yang dilemparkan oleh Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) atas kematian Jamal Khashoggi.

Seperti yang diberitakan oleh The Washington Post, Khalid telah menelepon Jamal Khashoggi agar terbang ke Istanbul dan mengurus segala dokumen pernikahannya lewat konsulat Arab Saudi yang ada di Turki.

Atas keterangan dari CIA, media AS itu juga menyebut jika Khalid menerima perintah dari MBS untuk menelepon Jamal Khashoggi.

Lewat cuitan dari akun Twitter pribadinya, Khalid bin Salman mengatakan jika kontak terakhirnya dengan Jamal Khashoggi terjadi pada tanggal 26 Oktober 2017.

Ia juga mengatakan bahwa tidak pernah berbicara dengan jurnalis tersebut dan tak pernah memintanya untuk datang ke Turki. Karena tidak terima, Khalid meminta agar pihak AS merilis informasi terkait klaim ini.

Sebelumnya, CIA menyimpulkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman merupakan dalang di balik kematian Jamal Khashoggi.

CIA meyakini jika perintah pembunuhan berasal dari MBS, meski pihak Arab Saudi mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah terlibat dalam kematian Khashoggi.

Keyakinan CIA menarik kesimpulan tersebut berdasarkan sejumlah bukti. Dimana, ada agen intelijen Arab Saudi yang beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul, Turki pada hari yang sama dengan kematian Jamal Khashoggi.

Jurnalis yang dikenal vokal dalam menyampaikan pendapat itu kemudian diduga dibunuh di konsulat Arab Saudi di Turki saat dirinya hendak mengurus dokumen penikahan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Isi Koper Terduga Pelaku Pembunuhan Jamal Khashoggi

Koper berisi gunting, defibrillator dan alat suntik yang dibawa oleh 15 orang anggota intelijen Arab Saudi ke Turki, menambah daftar bukti bahwa Jamal Khashoggi, telah dibunuh secara keji.

Dikutip dari laman Times of India, Rabu (14/11/2018), sejumlah barang tersebut diketahui oleh tim penyidik Turki dari gambar X-ray (pemerikasa barang) yang ada di bandara. Dalam bagasi itu terlihat ada 10 buah telepon, lima walkie-talkie, interkom, dua jarum suntik, dua defibrillator, jamming device, stapler hingga gunting.

Bagasi yang dibawa oleh tim Arab Saudi berangkat pada 2 Oktober pukul 15.20 GMT dan tiba di Turki pada pukul 19.46 GMT (hari yang sama), demikian menurut laporan dari surat kabar Sabah.

Kuat dugaan, barang-barang yang mereka bawa di dalam koper itu menjadi alat untuk menghabisi jurnalis yang dikenal vokal tersebut.

Sebelumnya, media Turki telah menerbitkan rincian mengerikan tentang pembunuhan Jamal Khashoggi. Menurut pemaparan dari seorang jaksa di Turki, Khashoggi telah dibunuh dengan cara dimutilasi pada 2 Oktober lalu, saat dirinya tengah mengurus sejumlah dokumen di konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Dalam laporan yang diterbitkan The Washington Post, Jumat 2 November, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menulis sejumlah pernyataan seputar kematian Jamal Khashoggi.

Presiden Erdogan menyebut perintah untuk membunuh Jamal Khashoggi datang dari tingkat tertinggi pemerintah Arab Saudi.

Erdogan juga menyebut, 15 orang anggota intelijen dari Arab Saudi yang melakukan perjalanan ke Turki lah yang sudah menghabisi Jamal Khashoggi.

Tim tersebut dipimpin oleh Maher Abdulaziz Mutreb, pria yang disebut media Turki sebagai kepala operasi pembunuhan Jamal Khashoggi.

The New York Times bahkan menyebut jika Maher Abdulaziz Mutreb adalah tim keamanan di Saudi yang kerap berpergian dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).