Liputan6.com, Jingzhou - Pemerintah China menghentikan pembangunan jembatan di provinsi Hubei setelah muncul laporan bahwa proyek tersebut menyebabkan kematian sekitar 6.000 ekor ikan sturgeon lokal yang terancam punah.
Menurut laporan surat kabar China Daily, yang mengutip pernyataan Kementerian Pertanian, hasil investigasi menemukan bahwa proyek konstruksi di kota Jingzhou itu secara ilegal merambah cagar alam nasional yang dilindungi.
Dikutip dari The Straits Times pada Jumat (23/11/2018), ikan-ikan itu dikembangbiakkan di sebuah perternakan akuatik di Jingzhou.
Advertisement
Kematian ikan yang menghasilkan kaviar itu dituding karena efek kejut dari suara dan perubahan tingkat keasaman pada sumber airnya, di mana berasal dari pembangunan jembatan yang berjarak kurang sekitar sepuluh kilometer jauhnya.
Baca Juga
Populasi ikan sturgeon di China sejatinya telah berada di ambang kepunaan akibat polusi yang tidak terkendali di beberapa sungainya.
Selain itu, ekosistem ikan sturgeon juga terancam oleh penangkapan ikan yang berlebihan dan pembangunan bendungan hidroelektrik besar di sepanjang sungai Yangtze.
Pengembangan sungai yang berlebihan juga telah menghancurkan populasi beberapa hewan endemik setempat, termasuk menjadi penyebab kepunahan lumba-lumba baiji, yang dikenal sebagai "Duyung Sungai Kuning".
Sebanyak 1.085 hewan dan tumbuhan asli China masuk dalam daftar merah spesies global yang "terancam", menurut disusun oleh Persatuan Pelestarian Alam Internasional (IUCN) pada tahun 2017.
Ditambahkan oleh sebuah laporan ilmiah lainnya di tahun yang sama, total ada 738 spesies yang dilindungi semakin menurun populasinya dari tahun 2000 hingga 2015.
Dari semua daftar merah tersebut, hanya 102 spesies yang mengalami peningkatan selama periode serupa, meskipun jumlahnya tidak signifikan.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Lumba-Lumba Terancam Punah
Sementara itu, kerusakan lingkungan akibat pembanguan infrastruktur juga terjadi di wilayah lainnya di China. Belum lama ini, pembukaan jembatan laut terpanjang di dunia, yang menghubungkan antara Hong Kong, Macau dan Zhuhai di Tiongkok Daratan.
Aktivis konservasi mengatakan, jumlah lumba-lumba putih China di perairan Hong Kong telah turun secara signifikan karena pembangunan jembatan penyeberangan laut terpanjang di dunia yang menghubungkan wilayah itu dengan daratan China.
Jembatan senilai US$ 20 miliar (setara Rp 200 triliun), yang memerlukan waktu satu dekade untuk dibangun tersebut, secara resmi dinyatakan terbuka oleh Presiden China Xi Jinping pada hari Selasa 23 Oktober lalu.
Taison Chang Ka-tai, Ketua Lembaga Konservasi Lumba-Lumba Hong Kong, mengatakan kepada kantor berita ABC bahwa populasi lumba-lumba di perairan bekas koloni Inggris itu telah turun lebih dari 40 persen, dari rata-rata 80 penampakan pada 2012 menjadi 47 pada tahun 2017.
Chang mengatakan bahwa dampak konstruksi pada populasi lumba-lumba putih terbukti dalam distribusi lumba-lumba di daerah tersebut.
"Selama pembangunan jembatan, kami bisa melihat lumba-lumba di utara (Pulau) Lantau hampir hilang dari daerah itu, yang merupakan area terdekat dari konstruksi itu," katanya.
"Jadi kami bisa melihat hubungan yang sangat jelas antara konstruksi dan lumba-lumba."
Advertisement