Sukses

Ratusan Dokter Kuba Pulang Kampung, Kota-Kota di Brasil Krisis Tenaga Medis

Kota-kota di Brasil mengalami krisis tenaga medis akibat ditinggal pulang kampung oleh dokter Kuba.

Liputan6.com, Brasilia - Kelompok pertama dari ribuan dokter Kuba mulai kembali ke negaranya pada Kamsi 22 November, setelah kritik yang dilancarkan oleh Presiden Brasil terpilih, Jair Bolsonaro.

Presiden dari pihak sayap kanan itu sempat mengatakan bahwa dokter dan tenaga medis dari Kuba dikirim sebagai "buruh budak" ke luar negeri, karena pemerintah mereka mengambil 75 persen dari gaji untuk dana kesejahteraan sosial.

Dikutip dari The Straits Times pada Jumat (23/11/2018), Bolsonaro mengatakan program kerja sama yang dimulai pada 2013 itu dapat dilanjutkan hanya jika para dokter mendapat bayaran penuh, dan diizinkan untuk membawa keluarga mereka dari Kuba.

Di banyak wilayah di Brasil yang bergantung pada dokter Kuba, ruang tunggu pos kesehatan tidak lagi lagi terlihat ramai seperti biasanya. Banyak dari janji konsultasi dan berobat dibatalkan tanpa pemberitahuan lebih lanjut.

Adrielly Rodrigues, seorang ibu muda berusia 22, yang tengah hamil saat diwawancara, mengaku terpaksa ditolak melakukan pemeriksaan pra-kelahiran di Santa Maria, sebuah kota dekat ibu kota Brasilia.

"Kami sangat khawatir karena tak punya uang untuk membayar dokter swasta. Dia hamil lima bulan, masih perlu dipantau dan menjalani pemeriksaan," kata ibunya, Adriana Rodrigues.

Sebuah lobi nasional yang dilakukan oleh para wali kota, gubernur, dan dewan otoritas kesehatan provinsi mengatakan bahwa 29 juta orang Brasil tidak bisa dibiarkan tanpa perawatan medis dasar.

Mereka mendesak pemerintah untuk memungkinkan para tenaga medis Kuba bertahan.

Sebagai tanggapan, Kementerian Kesehatan Brasil berencana pekan depan untuk mengesampingkan persyaratan validasi pendidikan terhadap para dokter asal Kuba, di mana berlawanan dengan kritik Bolsonaro yang meragukan kompetensi mereka.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Kuba Punya Alasan Tersendiri

Sejak program Brasil, yang disebut "More Doctors", dimulai pada 2013 oleh mantan presiden sayap kiri Dilma Rousseff, sekitar 20.000 profesional kesehatan Kuba telah bertugas di Negeri Samba.

Mereka ditempatkan di lebih dari 700 kabupaten kota yang belum pernah memiliki dokter umum. Banyak pula dari mereka  bertugas di wilayah miskin dan terpencil di Brasil, menggantikan keengganan rekan seprofesinya di Negeri Samba.

Kuba memiliki alasan tersendiri mengapa mengambil sebagian besar gaji para dokter yang "diekspor" ke seantero dunia.

Sebagan dari mereka tidak digaji penuh karena Havana menetapkan "biaya sewa" untuk setiap dokter yang dikirim ke luar negeri.

Negara komunis di Karibia itu menghasilkan pendapatan besar dari ekspor sekitar 50.000 tenaga medis ke lebih dari 60 negara.

Pendapatan yang disebut bernilai miliaran dolar AS itu digunakan untuk terus menjalankan sistem kesehatan nasional yang gratis di Kuba, termasuk memberikan fasilitas kehidupan bagi seluruh tenaga medis, langsung dari pemerintah pusat di Havana.