Sukses

Liga Arab Bahas Hasil Pemantauan di Suriah

Negara-negara Liga Arab akan mendiskusikan masa depan misi pemantauan di Suriah yang sampai saat ini terus dilanda aksi kekerasan.

Liputan6.com, Damaskus: Setelah melakukan misi pemantauan di Suriah, negara-negara Liga Arab akan mendiskusikan hasil pemantauan tersebut. Pemantauan nampaknya gagal menyelesaikan sengketa besar karena sampai saat ini Suriah terus dilanda aksi kekerasan.

Sebagaimana dilansir dalam laman BBC, sebuah pertemuan Liga Arab yang dipimpin Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad al-Thani akan membicarakan hasil pantauan Jenderal Mohamad al-Dabi asal Sudan di Suriah Ahad besok.

Beberapa pengamat berharap misi pemantauan yang sudah selesai sejak Kamis lalu ini akan diperpanjang. Pasalnya, sebagaiamana dilaporkan wartawan BBC di Kairo Jon Leyne, Sabtu (21/1), sejauh ini nampaknya belum ada alternatif lain yang lebih baik dibanding misi pemantauan di Suriah. Ini lantaran negara-negara anggota Liga Arab terkesan tidak berniat untuk melakukan perubahan secara radikal.

Pekan lalu, Kepala Operasi Liga Arab Adnan al-Khudeir mengatakan, para pengamat harus tetap berada di 17 lokasi yang ditentukan meski mandat pemantauan telah berakhir.

Sebelumnya, para pengunjuk rasa di Suriah menyerukan agar misi pemantauan Liga Arab diakhiri karena terbukti gagal menghentikan kekerasan. Para demonstran memampangkan spanduk bertuliskan "Liga Arab, tangan kalian kini berlumuran darah warga Suriah,"

Melihat hal ini, organisasi Human Right Watch (HRW) menyerukan agar Liga Arab membuka seluruh laporan tim pemantau secara transparan. Organisasi yang berbasis di New York itu mengatakan transparansi tersebut sangat penting lantaran adanya dugaan bahwa pemerintah Suriah telah memanipulasi tim pemantau.

"Liga Arab seharusnya secara terbuka menyatakan bahwa Suriah tak menghormati niat baiknya. Liga Arab semestinya bekerja sama dengan Dewan Keamanan untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah dan secara efektif mengurangi penggunaan senjata," ujar Direktur HRW Timur Tengah, Sarah Leah Whitson. (IAN/BBC)
    Video Terkini