Sukses

Berkompromi di Gibraltar, Spanyol Dukung Inggris untuk Raih Kesepakatan Brexit

Setelah Inggris menyetujui pembahasan nasib Gibraltar, Spanyol menyatakan dukungan bagi London untuk raih kesepakatan Brexit.

Liputan6.com, London - Uni Eropa menghapus hambatan besar terakhir untuk menyegel perjanjian Brexit, setelah Spanyol menyepakati hasil perundingan dengan Inggris pada hari Sabtu, tentang nasib Gibraltar di masa depan.

Oleh para pengamat, Perdana Menteri Inggris Theresa May disebut akan memiliki tugas yang sangat penting untuk "menjual kesepakatan" itu kepada parlemen di London, di mana kemudian secara fundamental akan menentukan bagaimana Negeri Ratu Elizabeth II berpisah dari Uni Eropa pada 29 Maret mendatang.

Dikutip dari Time.com pada Minggu (25/11/2018), Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan bahwa Madrid akan mendukung kesepakatan Brexit, jika AS dan Uni Eropa setuju untuk memberikan kesempatan negara itu untuk turut mengadakan referendum di wilayah Gibraltar yang disengketakan.

"Eropa dan Kerajaan Inggris telah menerima persyaratan yang diberlakukan oleh Spanyol. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi dari ini, Spanyol akan mengangkat hak veto dan besok akan memilih mendukung Brexit," kata Sanchez.

Ditambahkan olehnya, bahwa kesepakatan itu "akan memungkinkan Spanyol untuk bernegosiasi langsung dengan Inggris terkait posisi Gibraltar."

Wilayah kecil Gibraltar diserahkan ke Inggris pada 1713, tetapi masih diklaim oleh Spanyol. Ini merupakan satu-satunya perselisihan yang tersisa dalam upaya memuluskan kesepakatan Brexit.

Pada Jumat 23 November, Spanyol mengatakan tidak akan mendukung kesepakatan Brexit kecuali mendapat jaminan atas pernyataannya tentang masa depan Gibraltar.

Sanchez mengatakan kesepakatan yang dicapai akan memberikan Spanyol "jaminan mutlak untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun dengan Inggris".

PM May sedang dalam perjalanan ke Brussels ketika kesepakatan itu ditekan, dan berharap segera meninggalkan markas Uni Eropa merampungkan persyaratan tegas terkait rencana penarikan diri Inggris pada 29 Maret.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Kritik Memanas di Dalam Negeri

Sementara itu, PM Theresa May disebut terus menghadapi berbagai kritik dari anggota Parlemen Inggris, sementara dia berusaha membela rancangan kesepakatan hubungan pasca-Brexit dengan Uni Eropa sebagai sebuah persetujuan yang baik untuk Britania Raya.

Memberi sambutan di hadapan parlemen setelah merilis rancangan deklarasi politik setebal 26 halaman tentang hubungan pasca-Brexit dengan Uni Eropa, May mengatakan kesepakatan ini akan menjamin perpisahan yang mulus dan teratur dari Uni Eropa.

Di saat bersamaan, Wakil pemimpin Partai Persatuan Demokratik (DUP) di Irlandia Utara, Nigel Dodds, terus mendesak pemerintah PM May untuk mengubah arah keputusan Brexit.

Dodds mengatakan pada konferensi di Belfast bahwa proposal Brexit yang diajukan PM May ke Uni Eropa akan membuat Inggris "berada di tempat yang menyedihkan".

Meski bertstatus partai kecil, namun dukungan besar DUI sejauh ini dinilai penting bagi pemerintah PM May yang tengah goyah akibat menurunnya suara mayoritas di parlemen.

Partai tersebut mengancam akan mengakhiri dukungannya atas rencana Brexit jika usulannya tidak dipertimbangka.

Menurut pengamat, hal itu akan membahayakan tantangan yang sudah sangat sulit dalam memenangkan dukungan parlemen terhadap proposal Brexit yang diajukannya.