Sukses

Ini 6 Obat Kuno yang Punya Efek Samping Mengerikan, Pernah Dengar?

Obat-obat berikut diklaim memiliki efek samping mengerikan usai dikonsumsi oleh seseorang. Apa saja?

Liputan6.com, Minnesota - Pada zaman dahulu kala, manusia purba telah mengembangkan berbagai jenis obat tradisional, yang bahan-bahannya mereka dapatkan dari alam. Oleh karena itu, beberapa di antaranya ada yang memiliki efek samping, tapi ada juga yang netral.

Kini, di era yang sudah modern dan canggih, ahli medis meramu obat yang dosisnya bahkan bisa relatif keras. Alhasil, bahan tersebut bisa mendatangkan efek yang mengerikan pada tubuh manusia.

Kendati demikian, obat tersebut masih boleh diperjual-belikan secara bebas karena keampuhannya, meski harus menggunakan resep dokter.

Namun, menurut teori konspirasi Big Pharma, ada banyak jenis obat yang sebenarnya dapat membahayakan kesehatan konsumen yang meminumnya. Hal tersebut dikarenakan kandungan dalam obat itu, yang memiliki efek samping mengerikan bagi tubuh manusia.

Big Pharma adalah teori konspirasi yang mengklaim bahwa perusahaan medis pada umumnya dan perusahaan farmasi khususnya, beroperasi untuk tujuan jahat dan melawan kebaikan publik.

Lalu, obat apa saja yang dimaksud? Berikut 6 di antaranya, seperti dikutip dari List Verse, Senin (26/11/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 7 halaman

1. Santonin

Santonin, obat yang dikembangkan pada awal 1800-an, rasanya amat pahit. Kala itu, obat ini digunakan untuk membasmi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing kremi (Enterobius vermicularis) sebelum digantikan oleh senyawa yang lebih aman.

Kemudian, karena keefektifannya, santonin berkembang sebagai obat pemberantas cacing cambuk (Trichuris trichiura). Namun, obat ini justru sama sekali tidak efektif untuk melawan cacing pita (Taenia). Efek sampingnya buruk, tetapi agak aneh dan lucu.

Sebagai contoh, sejumlah pasien penderita cacingan melaporkan bahwa penglihatan mereka seperti diubah. Semua hal yang tampak menjadi warna biru, meski terjadi sangat singkat.

Penderitaan mereka belum berakhir sampai di situ. Setelah sedikit mereda, akan ada gangguan visual lainnya. Benda-benda terang tampak kuning, biru elektrik berubah menjadi hijau, dan biru tua akan menjadi lebih gelap, sampai mereka tidak bisa membedakannya dari hitam.

Semakin banyak santonin yang dicerna, semakin jelas dan kuat persepsi ini.

Selain itu, pasien juga mengalami mual, muntah, dan linglung. Dalam dosis yang lebih tinggi, kejang akan muncul dan disertai dengan potensi asfiksia.

Obat ini juga diekskresikan (pengeluaran atau pembuangan ampas hasil metabolisme yang tidak dibutuhkan oleh tubuh) dalam banyak cara: melalui feses, urin yang berwarna kuning neon, dan bahkan melalui keringat yang menguning.

Teori tentang cara santonin membunuh parasit dalam tubuh dapat diringkas secara sederhana: membunuh cacing sebelum membunuh Anda.

3 dari 7 halaman

2. Ergot

Ergot atau jamur api adalah jamur yang kebanyakan hidup sebagai parasit di gandum hitam (rye), jenis rerumputan, bulir padi-padian atau tebu. Ia tumbuh seperti rumput.

Jamur ini diketahui menyebabkan kondisi ergotism yang terkenal buruk (alias "St Anthony's Fire"). Gejala-gejalanya mencakup psikosis dan delirium.

Meskipun demikian, ergot diperbolehkan dipakai dalam dunia medis karena masih memiliki kegunaan terapeutik (berkaitan dengan terapi).

Ergot sangat ampuh dalam menginduksi kontraksi uterus dan menginduksi persalinan. Namun, lebih baik mengonsumsi ergot hanya setelah tahap kedua persalinan, yakni usai plasenta keluar. Hal ini dilakukan demi menghindari kematian bayi baru lahir dari kelemasan.

Ketika diterapkan pada tahap ini, ergot akan bekerja dengan mengurangi perdarahan dan mencegah perdarahan pascamelahirkan. Memang, jamur ini diyakini berguna untuk menangani segala jenis kasus pendarahan internal, karena ergot mengontak dinding pembuluh darah dan mengurangi perdarahan.

Namun, pengobatan jangka panjang menggunakan jamur api diyakini bisa mengarah pada perkembangan gangren (pembusukan daging yang terjadi pada bagian tubuh yang tidak lagi dialiri darah).

Meski begitu, ergot mungkin berguna dalam pengobatan parkinsonisme.

4 dari 7 halaman

3. Dinitrophenol

Dinitrophenol adalah salah satu obat yang bagus di masanya. Namun, obat ini disebut memiliki masalah signifikan dengan penggunaannya. Dinitrophenol pertama kali ditemukan selama Perang Dunia I pada pekerja pengisi amunisi yang mati karena terpapar bahan kimia.

Diterapkan dengan dosis 3-5 mg per kilogram berat badan, dinitrophenol dianggap mampu meningkatkan metabolisme tubuh sebanyak 20-30 persen setiap hari, sebagai hasil dari bertambahnya konsumsi oksigen.

Dinitrophenol juga dikatakan menjadi obat yang sanggup mengatasi masalah obesitas. Namun, ketika dosisnya ditingkatkan secara perlahan, obat ini bisa menyebabkan keringat terus mengucur deras dan suhu tubuh naik hingga 3 derajat Celcius.

Dalam dosis yang beracun, efek lain dari mengonsumsi obat ini antara lain cepatnya proses pernapasan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan oksigen dalam tubuh, itu artinya pasien tidak mungkin mengikuti dan memasok kebutuhan oksigen ke dalam raganya.

Lalu muncul gangguan yang namanya hipoksia (keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan tubuh, dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem jantung, pembuluh darah, dan sistem pernapasan).

Hipoksia dapat berkembang bersamaan dengan datangnya demam 43 derajat Celsius. Itu baru permulaan.

Efek samping yang umum pada penggunaan dosis standar adalah munculnya berbagai macam penyakit internal dan eksternal, yang dapat dengan mudah mengakibatkan kematian.

Meskipun umumya dipakai untuk mengobati obesitas, dinitrophenol sebenarnya tidak disukai oleh konsumen karena efek kronis yang sangat beracun dan berpotensi fatal. 

5 dari 7 halaman

4. Intocostrin

Perlu diketahui bahwa introcostrin berasal dari curare (nama umum untuk berbagai ekstrak tumbuhan racun alkaloid yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan).

Senyawa ini kerap digunakan oleh penduduk asli Amerika untu meramu racun yang dioleskan di ujung anak panah mereka ketika berburu.

Curare dianggap sangat mematikan bagi makhluk hidup. Otot-otot dalam tubuh berhenti bergerak satu demi satu, sampai makhluk itu tidak berdaya dan menjadi lumpuh total. Akhirnya, ia mati lemas karena sistem pernafasan berhenti berfungsi.

Sementara itu, intocostrin memiliki penggunaan terapeutik yang minimal. Hal tersebut sepenuhnya tergantung pada dosis yang diambil: cukup tinggi untuk mengendurkan otot, tetapi tidak membekukan napas.

Karena kegunaannya, intocostrin kerap digunakan untuk merileksasi pasien yang menjalani terapi kejang atau electroconvulsive. Obat ini umumnya juga dianggap mampu menurunkan prevalensi patah tulang belakang dan sebagai agen tambahan untuk anestesi.

6 dari 7 halaman

5. Isonipecaine

Isonipecaine dikembangkan dan diperkenalkan oleh Eisted dan Schaumann pada tahun 1939. Zat ini mungkin lebih dikenal dengan nama lain pethidine, sebagai obat penghilang rasa sakit yang paling sering disediakan di bangsal persalinan.

Meskipun isonipecaine adalah obat penghilang rasa sakit yang sangat baik, yang dikenal karena depresi pernafasannya lebih ringan bila dibandingkan dengan morfin dan refleks muntah yang lebih sedikit, namun obat ini juga dikenal karena tingginya tingkat euforia (hingga 90%) serta potensi kecanduan ketika mengonsumsinya secara berlebihan.

Secara umum, efek sampingnya jauh lebih tinggi daripada morfin. Isonipecaine memiliki sedikit efek pada pernapasan, sirkulasi, atau proses metabolisme.

Selain itu, isonipecaine juga dapat menyebabkan disorientasi, detak jantung yang cepat, dan depresi pernafasan yang parah. Mengingat bahwa isonipecaine juga bekerja pada otot-otot halus di dalam tubuh, obat ini memiliki relaksan otot yang dapat bermanfaat dalam mengurangi ketegangan dan rasa sakit selama kontraksi.

Akan tetapi, obat itu bisa memperpanjang persalinan dan berdampak pada bayi.

7 dari 7 halaman

6. Thymol

Berasal dari ramuan thyme, thymol adalah salah satu obat yang mungkin Anda kenali karena merupakan salah satu unsur dalam produk pasta gigi Euthymol.

Secara tradisional, bagaimanapun, zat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi tinea, kurap, dan infeksi cacing tambang pada manusia. Sayangnya, obat ini memiliki beberapa efek samping yang mengganggu untuk pengobatan kurap, bila tertelan.

Tentu saja, ada gejala keracunan yang biasa terjadi, seperti mual, muntah, dan sakit kepala. Efek samping yang lebih parah misalnya depresi yang mendalam, pusing hebat, dan hingga kematian.

Seperti biasa, kuncinya adalah dosis: 1-2 gram setiap beberapa jam. Thymol memiliki sifat antimikroba, sehingga senyawa ini bisa ditambahkan ke dalam odol.