Liputan6.com, Paris - Seorang pegawai negeri sipil senior Prancis ditangkap oleh badan intelijen karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Korea Utara. Demikian menurut laporan media Prancis pada Senin 26 November 2018.
Benoit Quennedey, seorang pegawai negeri yang bekerja di Kantor Senat Prancis dan juga menjabat sebagai bos Asosiasi Persahabatan Franco-Korea (Franco-Korean Friendship Association), ditahan pada hari Minggu 25 November 2018, demikian seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (27/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, kantor Quennedey di Kantor Senat Prancis, diserbu oleh polisi pada Senin 26 November, menurut program harian Quotidien -- yang pertama kali memberitakan.
Kini seorang jaksa di Paris tengah menyelidiki Quennedey atas tuduhan "mengumpulkan dan menyampaikan informasi kepada kekuatan asing yang cenderung merusak kepentingan fundamental bangsa", kata seorang sumber peradilan. Sumber asing yang dimaksud diduga adalah Korea Utara.
Penyelidikan atas kasus Quennedey telah dimulai sejak Maret 2018.
Penyelidik dari badan intelijen domestik Prancis (DGSI) sedang mencari tahu apakah Quennedey memberikan informasi ke Pyongyang, Korea Utara, kata sumber itu.
Presiden Senat Prancis menolak untuk mengomentari kasus tersebut. Kabar ini diperkirakan masih akan terus berkembang.
Â
Simak video pilihan berikut:
Penulis Buku tentang Korea Utara
Menurut situs web Senat Prancis, Benoit Quennedey adalah administrator senior di departemen arsitektur, warisan dan kebun Senat Prancis.
Dia telah menerbitkan buku dan sering menulis artikel tentang Korea Utara, serta sering bepergian ke Semenanjung, menurut situs web penerbitnya, Delga.
Asosiasi Persahabatan Franco-Korea mendorong hubungan lebih dekat dengan Korea Utara dan mendukung reunifikasi dua Korea.
Korea Utara di bawah Kim Jong-un berada di bawah sanksi ekonomi yang ketat yang bertujuan memaksa rezim untuk meninggalkan program rudal nuklirnya.
Ikatan antara Korea Utara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat telah meningkat secara nyata sejak Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni. Tetapi, AS masih mendorong untuk mempertahankan sanksi sampai "denuklirisasi akhir" Korea Utara yang sepenuhnya diverifikasi.
Dalam wawancara yang diposting di YouTube pada bulan Agustus, Quennedey menyambut pelonggaran ketegangan antara dua Korea dan AS-Korea Utara.
Advertisement