Sukses

Tampon Taksi, Unit Pemberi Produk Sanitasi Wanita Tunawisma di Inggris

Sebuah taksi berwarna pink muncul di Inggris. Kendaraan ini tidak melayani antar-jemput penumpang, tapi layanan sanitasi bagi para wanita.

Liputan6.com, London - Sebuah taksi berwarna merah muda yang disebut tampon taxi atau "taksi tampon" terlihat berkeliling-keliling London, Inggris, menjelang Natal. Uniknya, kendaraan ini tak hanya melayani penumpang untuk diantar ke sebuah tempat, melainkan juga membagikan produk-produk sanitasi.

Mobil yang dilukis dengan gambar tampon, pembalut wanita, dan celana dalam berdarah ini, pun beroperasi sebagai taksi normal pada waktu tertentu.

Taksi ini dilaporkan akan berada di ibu kota Inggris sampai 19 Desember, sembari membagikan 5.000 produk sanitasi kepada perempuan-perempuan tuna wisma yang berada di tempat penampungan.

Pengadaan mobil seperti ini diprakarsai oleh sekelompok aktivis yang menginginkan masyarakat sadar tentang kemiskinan, serta memberantas stigma dan tabu terkait dengan periode menstruasi.

Holly Bantleman, Direktur Project Period yang menggelar kampanye itu, mengklaim bahwa kendaraan tersebut telah berhasil melibatkan penduduk setempat.

"Ini adalah ide yang kreatif untuk membuat publik terlibat dalam masalah yang mungkin tidak mereka ketahui. Sedikit mengejutkan bagi sebagian orang, tetapi damapaknya, netizen sudah ramai membicarakannya," ungkap Holly, seperti dikutip dari The Independent, Kamis (29/11/2018).

Jim, seorang pengemudi black cab, taksi yang banyak beroperasi di seluruh Inggris, mengaku tak keberatan untuk berpartisipasi dalam kampanye ini. Ia pun mengemukakan alasannya.

"Saya tidak keberatan mengemudikan taksi ini. Saya punya seorang anak perempuan dan seorang istri. Saya mengerti," ucapnya.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Barang Mahal

Produk-produk sanitasi di Inggris digolongkan sebagai "barang mewah dan barang tidak penting". Selain itu, produk ini dikenakan pajak sebesar 5% dari harga jualnya --dengan biaya seumur hidup rata-rata produk sanitasi diperkirakan sebesar 4.800 poun sterling.

"Periode menstruasi sering distigmatisasi, diabaikan dan tidak diperhatikan. Perilaku ini memperkuat diskriminasi dan ketidaksetaraan di Inggris, serta berdampak pada kehidupan banyak gadis, wanita dan pria transgender, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan perkembangan mereka," kata Bantleman.

Awal tahun ini, penelitian menemukan wanita yang telah mengalami periode menstruasi lebih cenderung menderita kecemasan atau depresi. Mereka umumnya memiliki kehidupan cinta yang tidak bagus.

Sebuah survei yang dilakukan terhadap 1.000 wanita, yang 500 di antaranya mengkalim menderita selama periode menstruasi, mengungkapkan bahwa kurangnya akses ke produk sanitasi dapat berdampak luas pada kehidupan perempuan muda.

Studi ini juga menemukan, 91% anak perempuan khawatir untuk pergi ke sekolah selama periode menstruasi mereka dan 35.000 anak perempuan tidak masuk sekolah karena sedang haid --ini setara dengan 2,1 juta jam pendidikan.