Sukses

Demi Denuklirisasi, Korsel Akan Kurangi Latihan Militer Gabungan dengan AS?

Demi pembicaraan denuklirisasi dengan Korea Utara, Amerika Serikat dan Korea Selatan diduga mengurangi latihan militer bersama.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan sepakat mengurangi latihan militer bersama, yang tadinya dijadwalkan berlangsung pada musim semi 2019.

Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan pada Rabu 21 November, bahwa keputusan itu diambil guna memfasilitasi pembicaraan nuklir dengan Korea Utara. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Kamis, 22 November.

"Foal Eagle (nama latihan militer gabungan AS-Korsel) telah direorganisasi sedikit agar tetap pada tingkat yang tidak membahayakan diplomasi," kata Mattis, menambahkan pengurangan itu termasuk pada ruang lingkup.

Di satu sisi, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom, menegaskan bahwa kabar tersebut belum bisa dikonfirmasi. Kedua belah pihak (Korsel dan AS), katanya, juga masih dalam proses musyawarah untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.

"Mereka masih berdiskusi bagaimana melakukan latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan. Ada beberapa spekulasi bahwa tahun-tahun berikutnya, Foal Eagle mungkin agak sedikit dikurangi, tetapi belum dikonfirmasi," ucap Chang-beom ketika dijumpai di Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018).

"Jadi, semuanya tergantung pada progres dalam dialog antara AS dan Korea Utara, dan juga hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk saat ini, kami belum mengkonfirmasinya," lanjut dubes.

Pasukan AS dan Korea Selatan telah melakukan latihan militer bersama selama bertahun-tahun. Bentuk kegiatannya pun diatur secara rutin, mulai dari simulasi pendaratan di pantai hingga tentang pertahanan terhadap invasi dari Korea Utara.

Bahkan, dalam latihan terakhir disebutkan bahwa pasukan militer kedua negara konon dibuatkan skenario 'pemenggalan' yang menargetkan rezim Korea Utara.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Mencairnya Hubungan Dua Korea

Setelah terus menerus mendapat protes dari Pyongyang, latihan militer sempat dihentikan beberapa waktu, menyusul pemulihan hubungan diplomasi antara Korea Utara dan AS. Menurut kabar dari The Guardian.

Mencairnya ketegangan kedua negara memuncak dalam pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni 2018, di mana Kim Jong-un dan Donald Trump menandatangani dokumen samar-samar tentang denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.

Sejak itu, AS dan Korsel telah menangguhkan sebagian besar latihan gabungan utama mereka, termasuk rencana simulasi bertajuk Ulchi Freedom Guardian pada bulan Agustus, dan pelatihan angkatan udara Vigilant Ace, yang dijadwalkan berlangsung bulan depan.

Pada September lalu, calon yang kemudian menjadi kepala pasukan perdamaian AS dan PBB di Korea Selatan, Jenderal Robert Abrams, mengatakan jeda dalam latihan perang merupakan "risiko yang bijaksana" untuk membantu memfasilitasi cita-cita denuklirisasi penuh.

"Tapi pasti ada penurunan kesiapan pasukan, untuk melakukan operasi gabungan," kata Jenderal Abrams kepada komite layanan bersenjata pada sebuah sidang konfirmasi di Senat, belum lama ini.

Ia juga mengingatkan bahwa penangguhan latihan militer secara terus menerus, beriisko mengurangi kesiapan dan kemampuan pasukan gabungan dalam menghadapi ancaman di masa depan, terutama yang terkait dengan bahaya nuklir.