Liputan6.com, Sana'a - Sebuah pesawat PBB segera mengevakuasi para militan Houthi yang terluka dari Yaman, dalam upaya untuk membangun kepercayaan menjelang pembicaraan damai. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh koalisi militer pimpinan Saudi, yang memerangi pemberontak terkait, dalam sebuah pernyataan resmi.
Sebanyak 50 pemberontak tersebut akan diterbangkan dari ibu kota--yang dikuasai pemberontak--Sana'a untuk dirawat di Oman pada hari Senin.
Dikutip dari BBC pada Senin (3/12/2018), pembicaraan yang disponsori PBB antara pemberontak dan pemerintah yang didukung Saudi diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.
Advertisement
Baca Juga
Perang telah menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dalam beberapa kali terakhir.
Dalam hampir empat tahun konflik di Yaman, ribuan orang tewas dalam pertempuran, dan jutaan orang telah didorong ke jurang kelaparan.
"Sebuah pesawat yang disewa PBB akan tiba di bandara internasional Sana'a pada hari Senin, untuk mengevakuasi 50 militan yang terluka ... bersama tiga dokter Yaman dan seorang dokter PBB, dari Sana'a ke Muscat," kata seorang juru bicara koalisi.
Dia mengatakan langkah itu merupakan lanjutan dari permintaan oleh utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, yang disetujui sebagai langkah membangun kepercayaan menjelang diskusi perdamaian di Swedia.
PBB telah berusaha menghidupkan kembali pembicaraan antara pemerintah, yang dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansour dan Houthi yang didukung Iran yang telah menguasai sebagian besar wilayah utara.
Pembicaraan damai sebelumnya di Jenewa gagal tercapai pada September lalu, ketika Houthi membatalkan kemunculannya.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Yaman Telah Hancur Sejak 2015
Yaman telah hancur oleh konflik yang meningkat pada awal 2015, ketika Houthi menguasai sebagian besar wilayah barat negara itu, dan memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.
Khawatir dengan munculnya kelompok yang mereka lihat sebagai wakil Iran, koalisi yang terdiri dari Uni Arab Emirat, Arab Saudi, dan tujuh negara Timur Tengah lainnya akhirnya campur tangan dalam upaya memulihkan pemerintahan di Yaman.
Ada kekhawatiran meluas tentang nasib ribuan warga sipil yang terperangkap di pelabuhan Hodeidah, yang dikuasai pemberontak.
Setidaknya 6.660 warga sipil telah tewas dan 10.560 orang terluka dalam pertempuran itu, menurut PBB.
Ribuan warga sipil tersebut meninggal karena sebab-sebab yang sebenarnya dapat dicegah, termasuk kekurangan gizi, penyakit, dan kondisi kesehatan buruk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Oktober, bahwa sekitar 10.000 kasus dugaan baru kolera sekarang dilaporkan setiap pekannya di Yaman.
Â
Â
Â
Â
Advertisement