Liputan6.com, Jakarta - Kraken mungkin adalah monster terbesar yang pernah dibayangkan oleh manusia. Dalam cerita rakyat di kawasan Nordik (Eropa Utara), makhluk ini dikatakan menghantui lautan dari Norwegia hingga Islandia, dan sampai ke Greenland.
Menurut legenda, Kraken diyakini mampu menghancurkan kapal. Hal tersebut diyakini dari banyaknya laporan ilmiah kelautan (pseudoscientific) --termasuk arsip resmi beberapa angkatan laut-- yang mengatakan makhluk mitologi itu dipastikan menyerang dengan kuat, jika sudah di depan mata.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Senin (3/12/2018), jika gagal menyerang kapal, Kraken disebut akan berenang berputar-putar di sekitarnya, menciptakan pusaran yang dahsyat untuk menyeret apapun ke dalam lautan.
Advertisement
Baca Juga
Legenda mengatakan bahwa Kraken sangat haus akan daging sebagai sumber makanannya, dan ketika menyerang kapal, monster tersebut mampu melahap seluruh awaknya sekaligus.
Tetapi terlepas dari reputasinya yang menakutkan, monster ini juga bisa membawa manfaat. Salah satunya adalah kepercayaan tentang sekumpulan ikan yang mengikuti di atas punggungnya, dan akan muncul di permukaan air laut ketika makhluk misterius itu bereaksi.
Dengan demikian, para nelayan yang berani bisa mengambil risiko dengan mendekati binatang buas itu untuk mendapatkan tangkapan yang besar.
Jika ditilik jauh dari sejarahnya, kisah tentang Kraken pertama kali ditulis pada 1180 tahun silam oleh Raja Sverre dari Norwegia. Seperti banyak legenda, Kraken mulai menampakkan diri dengan tampilan yang nyata, berdasarkan penampakan binatang sungguhan, cumi-cumi raksasa.
Untuk para navigator kuno, laut dinilai sangat berbahaya, menyembunyikan segerombolan monster di kedalamannya yang tak terbayangkan. Setiap perjumpaan dengan hewan yang tidak dikenal bisa mendapatkan sisi mitologis dari cerita para pelaut. Dari situ lah, semua kisah misterius tentang makhluk ini berkembang hingga era modern.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Legenda Sains
Kekuatan mitos menjadi begitu kuat sehingga Kraken masih dapat ditemukan dalam survei ilmiah modern pertama tentang alam kehidupan di Eropa, pada Abad ke-18.
Bahkan Carl Linnaeus --bapak klasifikasi biologi modern-- mengesampingkannya sebagai makhlul mitologi, dan memasukannya ke dalam jenis moluska cephalopoda dalam edisi pertama Systema Naturae-nya yang inovatif (1735).
Tapi, pada 1853, seekor cephalopoda raksasa ditemukan terdampar di pantai Denmark, di mana dimanfaatkan oleh seorang naturalis Norwegia, Japetus Steenstrup, untuk menggambarkan cumi-cumi raksasa secara ilmiah, Architeuthis dux.
Dan apa yang telah menjadi legenda secara resmi memasuki sejarah sains, mengembalikan pandangan manusia tentang Kraken sebagai kemungkinan bagian dari jenis hewan laut, bukan makhluk yang berasal dari mitos.
Setelah 150 tahun penelitian tentang cumi-cumi raksasa yang menghuni semua lautan di dunia, masih banyak perdebatan apakah mereka mewakili satu spesies atau sebanyak 20 jasad yang pernah ditemukan.
Architeuthis (nama ilmiah untuk cephalopoda raksasa) terbesar yang tercatat mencapai 18 meter panjangnya, termasuk dengan sekumpulan tentakel yang sangat panjang.
Mata cumi-cumi raksasa adalah juga diketahui berukuran besar, yang diyakini mampu membuatnya melihat di kedalaman laut gelap, yakni hingga 1.100 meter.
Seperti beberapa spesies cumi-cumi lainnya, Architeuthis memiliki kantong di otot-ototnya yang mengandung larutan amonium yang kurang padat daripada air laut. Hal ini memungkinkan hewan untuk mengapung di bawah air, yang berarti dapat menjaga dirinya tetap stabil tanpa aktif berenang.
Â
Advertisement
Pemburu atau Pemangsa?
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan memperdebatkan apakah cumi-cumi raksasa adalah pemburu cepat dan lincah seperti yang diceritakan dalam legenda, atau pemburu penyergap seperti yang umum dilakukan makhluk sejenis yang lebih kecil di era modern.
Setelah berdiskusi selama puluhan tahun, jawaban tersebut muncul pada tahun 2005 melalui cuplikan film yang belum pernah ada sebelumnya, hasil temuan peneliti Jepang T. Kubodera dan K. Mori.
Mereka memfilmkan Architeuthis yang hidup di habitat aslinya, yakni di kedalaman 900 meter di Pasifik Utara. Rekaman itu menunjukkan bahwa makhluk tersebut sebenarnya perenang yang cepat dan kuat, menggunakan tentakelnya untuk menangkap mangsa.
Meskipun ukuran dan kecepatannya mengagumkan, Architeuthis memiliki predator, yakni paus sperma. Pertempuran antara kedua titan ini diketahui sering terjadi, karena itu adalah umum untuk menemukan bekas luka pada kulit ikan paus yang ditinggalkan oleh tentakel dan lengan cumi-cumi, yang memiliki pengisap berlapis struktur serupa gigi tajam.
Tetapi Architeuthis tidak memiliki otot di tentakelnya, yang digunakan untuk mengunci mangsa, sehingga membuatnya tidak pernah dapat mengalahkan paus sperma. Satu-satunya pilihan adalah melarikan diri, menutupi pelariannya dengan awan tinta cephalopoda biasa.
Meskipun sekarang kita tahu itu bukan hanya legenda, cumi-cumi raksasa tetap mungkin hewan besar yang paling sulit dipahami di dunia, yang telah banyak berkontribusi pada aura misteri.
Banyak orang saat ini masih terkejut ketika mengetahui bahwa makhluk tersebut benar-benar ada. Bahkan setelah begitu banyak penelitian ilmiah, Kraken masih hidup dalam imajinasi populer berkat film, buku dan permainan komputer.