Sukses

Wahana NASA Berhasil Mendekati Bennu, Asteroid yang Berpotensi Tabrak Bumi

Wahana NASA berhasil memulai penelitian terhadap asteroid Bennu yang berisiko menabrak Bumi.

Liputan6.com, Washington DC - Setelah melakukan perjalanan selama dua tahun, sebuah wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akhirnya mencapai sekitar permukaan Asteroid Bennu.

Robot penjelajah bernama Osiris-Rex itu telah berada pada jarak 12 mil (setara 19 kilometer) dari obyek berbentuk mirip berlian itu pada Senin 3 Desember, dan akan menuju ke orbit di sekitarnya pada 31 Desember.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (4/12/2018), Bennu dianggap sebagai asteroid yang berpotensi bahaya, karena membuat lintasan menikung di dekat Bumi sekitar 150 tahun sekali.

Jika bertabrakan dengan Bumi, Bennu mungkin akan menyebabkan terbentuknya kawah raksasa. Efek ledakannya juga diduga akan memengaruhi iklim global selama beberapa bulan.

Wahana Osiris-Rex bertujuan mengumpulkan setidaknya 60 gram debu dan kerikil, di mana hal itu merupakan upaya pertama yang dilakukan oleh AS, setelah misi yang lebih kecil ke asteroid lain oleh Jepang.

Robot ruang angkasa itu tidak akan mendarat, tetapi menggunakan lengan mekanik sepanjang tiga meter pada tahun 2020, untuk sesaat menyentuh dan mengambil partikel. Wadah sampel direncanakan dibawa pulang pada 2021.

Sesampainya di Bumi, kumpulan partikel ruang angkasa itu akan diterjunkan via parasut di negara bagian Utah.

Itu akan jadi misi pengambilan sampel terjauh sejak para astronot Apollo mengirimkan batu Bulan ke Bumi pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.

Dari asteroid Bennu, ilmuwan berharap untuk belajar lebih banyak tentang sumber air di tata surya, dan asal-usul molekul organik yang menjelaskan kemunculan pertama kehidupan.

Mendapatkan material asteroid yang masih asli, kemungkinan juga menghasilkan petunjuk tentang cara menambang bahan berharga darinya, dan memperkirakan kemungkinan tabrakan batu angkasa itu ke Bumi.

Bennu berjarak 76 juta mil (setara 122 juta kilometer) dari Bumi, sehingga membutuhkan waktu tujuh menit untuk menyampaikan kabar keberhasilannya ke pusat pengendali penerbangan Lockheed Martin di Littleton, negara bagia Colorado, yang juga menjadi lokasi perakitan wahana terkait.

Konfirmasi pencapaian Osiris-Rex berjarak tepat sepekan setelah wahana NASA lainnya berhasil mendarat di Planet Mars.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Mengumpulkan Contoh Partikel Asteroid

Kontak dengan asteroid Bennu tidak akan secara signifikan mengubah orbitnya atau membuatnya lebih berbahaya untuk Bumi, tegas Dante Lauretta, seorang ilmuwan antariksa dari University of Arizona.

Misi Osiris-Rex yang bernilai US$ 800 juta (setara Rp 11,4 triliun) diluncurkan pada 206 dari Cape Canaveral, Florida.

Nama pesawat ruang angkasa dan asteroid berasal dari mitologi Mesir. Osiris adalah dewa akhirat, sementara Bennu mewakili burung magis.

Osiris-Rex sebenarnya adalah akronim NASA untuk origins, spectral interpretation, resource identification, security-regolith explorer.

Jika diterjemahkan ke adalam Bahasa Indonesia, kurang lebih berarti wahana "asal-usul, interpretasi spektral, identifikasi sumber daya, penjelajah keamanan-regolith."

Asteroid Bennu diperkirakan memiliki panjang lebih dari 1.600 kaki (setara 500 meter). Peneliti akan memberikan deskripsi yang lebih tepat pada pertemuan ilmiah pada Senin pekan depan di Washington.

Berukuran setara mobil SUV, wahana Osiris-Rex akan membayangi asteroid Bennu selama setahun, sebelum mengambil beberapa kerikil untuk dibawa ke Bumi pada 2023.

Sementara itu, sebuah wahana ruang angkasa Jepang, telah menempel asteroid lainnya yang berada di dekat Bumi sejak Juni lalu. Misi mereka juga serupa, yakni mengumpulkan contoh partikel untuk kepentingan ilmiah.

Itu merupakan misi penjelajahan kedua yang dilakukan Jepang, dan diberi nama Ryugu, yang diklaim mampu menjelajah asteroid berukuran dua kali lebih besar dari Bennu.

Sebelumnya, NASA telah membawa kembali debu komet dan partikel angin matahari, tetapi tidak pernah untuk sampel asteroid.

Adapun Jepang, berhasil mengembalikan beberapa partikel kecil pada tahun 2010 dari misi asteroid pertamanya, bernama Hayabusa.