Liputan6.com, Washington DC - Setelah pengarahan tertutup bersama Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), Gina Haspel, pada 4 Desember 2018, beberapa legislator AS meyakini bahwa "mustahil" Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, tidak terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
"Saya semakin yakin dengan pandangan-pandangan sebelumnya," kata anggota Senat (upper-chamber) Bob Menendez (Republik) usai mendengar pemaparan dari Direktur CIA kemarin, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (5/12/2018).
Senator Lindsey Graham (Demokrat) mengatakan kepada wartawan, "Anda mesti buta untuk tidak sampai pada kesimpulan bahwa pembunuhan Khashoggi diatur oleh orang-orang di bawah komando Pangeran Salman."
Advertisement
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa tampaknya pemerintahan Presiden Donald Trump tidak mau mengakui bukti keterlibatan sang putra mahkota.
Senator Bob Corker (Republik), yang merupakan Ketua Komite Luar Negeri Senat AS, menggemakan komentar senada, mengatakan bahwa tidak ada keraguan dalam pikirannya bahwa Pangeran Salman memerintahkan dan mengawasi pembunuhan Khashoggi.
Laporan CIA
Apa yang dipaparkan oleh Direktur Haspel kepada Senat AS kemarin memang tidak diungkap ke publik, mengingat pertemuan itu dilaksanakan secara tertutup.
Namun, beberapa media, yang kabarnya telah membaca dokumen analisis CIA tentang pembunuhan Khashoggi, menyimpulkan bahwa Pangeran Muhammed bin Salman "mungkin memerintahkan" pembunuhan kolumnis The Washington Post itu.
CIA juga dilaporkan memiliki bukti tentang komunikasi yang dilakukan Pangeran Salman dengan Saud al-Qahtani, yang diduga melakukan pengawasan di lapangan dalam proses pembunuhan wartawan Saudi itu.
Direktur Haspel sendiri dilaporkan telah mendengar rekaman audio pembunuhan yang diperoleh oleh penyelidik Turki. Ia mendengar rekaman itu dari pejabat intelijen Turki kala melakukan kunjungan ke Ankara bulan lalu.
Namun, apa yang dilaporkan CIA dibantah oleh Gedung Putih dan kabinet Trump.
Dalam pemaparan atas kasus serupa kepada Senat AS pekan lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan kepada para senator bahwa tidak ada bukti langsung keterlibatan putra mahkota dalam kematian Khashoggi.
Sementara itu, Trump mengatakan pada 20 November bahwa "Sangat mungkin putra mahkota memiliki pengetahuan tentang peristiwa tragis itu, mungkin dia melakukannya dan mungkin tidak."
Setelah menawarkan pernyataan yang kontradiktif selama beberapa hari, Arab Saudi mengakui bahwa Khashoggi terbunuh di dalam konsulat dan tubuhnya dipotong-potong. Kerajaan itu berulang kali mengatakan bahwa Pangeran Salman tidak memiliki pengetahuan tentang pembunuhan itu, yang menurut Turki diperintahkan pada tingkat tertinggi kepemimpinan Saudi.
Â
Simak video pilihan berikut:
Putra Mahkota Perintahkan dan Pantau Pembunuhan Jamal Khashoggi
Surat kabar Amerika Serikat, The Wall Street Journal, baru-baru ini mempublikasikan laporan teranyar yang paling menohok seputar kematian jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Dalam laporannya, yang mengutip dokumen dari Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), The Journal meyakini bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, memantau pembunuhan Khashoggi.
The Journal menyebut, Pangeran Salman mengirim sedikitnya 11 pesan kepada seorang figur yang diduga mengawasi tim yang membunuh Jamal Khashoggi pada jam-jam sekitar kematiannya, menurut penilaian yang sangat rahasia dari CIA yang dilihat oleh The Journal, seperti dikutip dari The Independent, Minggu, 2 Desember 2018.
Pesan-pesan yang diduga dikirim oleh putra mahkota itu ditujukan kepada mantan penasihat pengadilan Saudi, Saud al-Qahtani, menurut CIA sebagaimana dilaporkan oleh The Journal. Isi pesan antara putra mahkota dan Qahtani tidak diketahui, kata dokumen itu. Ia juga tidak mengatakan dalam bentuk apa pesan-pesan itu dikirim.
Qahtani adalah salah satu pejabat tinggi pemerintahan Saudi yang dipecat menyusul penyelidikan oleh jaksa penuntut umum Saudi dalam pembunuhan Khashoggi. Kejaksaan Saudi mendakwa belasan orang yang tergabung dalam tim untuk melancarkan operasi pembunuhan terhadap kolumnis The Washington Post itu.
Saud al-Qahtani juga merupakan salah satu dari 17 orang yang dijatuhi sanksi oleh Kementerian Keuangan AS sebagai respons atas kasus tersebut.
Beri Perintah?
Dokumen CIA mengutip penyadapan elektronik dan informasi rahasia lainnya. Salah satu poin laporan menyatakan bahwa pada bulan Agustus 2017, putra mahkota mengatakan kepada rekan-rekan bahwa jika upaya untuk membujuk Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi tidak berhasil, "Kita mungkin dapat memancing dia di luar Arab Saudi dan membuat pengaturan."
"Itu tampaknya menjadi pertanda awal dari operasi yang dilancarkan Saudi untuk melawan Khashoggi," The Journal menulis, mengutip dokumen analisis CIA tersebut.
Dokumen itu mengatakan bahwa Qahtani menggunakan Centre for Studies and Media Affairs at the Royal Court (CSMARC), departemen media di bawah pengadilan Saudi, untuk mengatur pembunuhan itu.
The Wall Street Journal mengatakan, kutipan tersebut belum secara jelas menunjukkan apakah komentar pada Agustus 2017 memang benar berasal dari Pangeran Salman langsung, atau dari orang lain yang meniru ucapannya.
Namun, mengutip laporan CIA, The Journal menulis, "Sangat tidak mungkin tim operasi ini ... melaksanakan operasi tanpa perintah dari Mohammed bin Salman."
Menanggapi laporan The Wall Street Journal, seorang pejabat Kedutaan Besar Saudi di Washington, mengatakan: "Putra Mahkota berkomunikasi secara teratur dengan berbagai pejabat senior di Royal Court dalam berbagai hal. Putra Mahkota tidak pernah berkorespondensi dengan pejabat Saudi di lembaga pemerintah mana pun untuk menjerat Jamal Khashoggi, seorang warga negara Saudi. Kami terus menolak setiap tuduhan berdasarkan spekulasi."
Seorang juru bicara CIA menolak berkomentar. Sementara itu, Saud al-Qahtani tidak menanggapi permintaan untuk komentar. Gedung Putih mengatakan tidak menanggapi laporan masalah intelijen.
Advertisement