Sukses

Turki Rilis Perintah Penangkapan untuk 2 Tersangka Pembunuhan Jamal Khashoggi

Kepala Jaksa Istanbul, Turki, telah mengajukan surat perintah penangkapan terhadap dua tersangka pembunuhan Jamal Khashoggi.

Liputan6.com, Istanbul - Kepala Jaksa Istanbul, Turki, telah mengajukan surat perintah penangkapan terhadap dua tersangka pembunuhan Jamal Khashoggi. Surat itu merupakan bagian dari upaya Turki untuk mengekstradisi total belasan figur Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.

Kejaksaan Istanbul --kota yang menjadi tempat kejadian perkara pembnuhan Khashogggi-- telah mengajukan surat perintah penangkapan untuk seorang pembantu utama Putra Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman dan wakil kepala intelijen asing Saudi. Keduanya, yang dekat dengan Pangeran Salman, diduga merencanakan pembunuhan itu.

Kantor kejaksaan telah menyimpulkan ada "kecurigaan kuat" bahwa Saud al-Qahtani dan Jenderal Ahmed al-Asiri, yang dicopot dari jabatan mereka pada Oktober, berada di antara para perencana pembunuhan di konsulat Saudi di Istanbul, menurut dua pejabat Turki.

Seorang pejabat mengatakan: "Langkah jaksa penuntut untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Asiri dan Qahtani mencerminkan pandangan bahwa pemerintah Saudi tidak akan mengambil tindakan formal terhadap orang-orang itu," demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (6/12/2018).

Al-Qahtani adalah salah satu tokoh ternama yang terlibat dalam pembunuhan itu. Dipercaya sebagai tangan kanan Pangeran Salman.

Pria berusia 40 tahun itu diangkat sebagai penasihat istana kerajaan setelah pembunuhan Khashoggi. Sebelum itu, ia bertugas sebagai penasihat media untuk Pangeran Salman.

Al-Qahtani diyakini telah mengawasi tim beranggotakan 15 orang yang terbang dari ibukota Saudi, Riyadh, ke Istanbul untuk membunuh Jamal Khashoggi. Tapi, al-Qahtani tidak melakukan perjalanan ke Turki.

Sementara Ahmed al-Asiri pernah bertugas sebagai juru bicara koalisi pimpinan Saudi di Yaman sebelum ditunjuk sebagai penasihat untuk Pangeran Salman, yang kemudian mempromosikannya ke posisi intelijennya pada tahun 2017.

Asiri sering menjadi subyek kecaman dari kelompok-kelompok hak atas pengabaian terhadap korban sipil dalam perang di Yaman.

Saat ini, Turki tengah berusaha untuk mengekstradisi 18 tersangka, termasuk di antaranya, 15 orang yang berkontribusi langsung dalam pembunuhan Khashogggi pada 2 Oktober lalu.

Otoritas peradilan Turki mengatakan: "Komunitas internasional tampaknya meragukan komitmen Arab Saudi untuk mengadili kejahatan keji ini. Dengan mengekstradisi semua tersangka ke Turki, di mana Jamal Khashoggi terbunuh dan dipotong-potong, pihak berwenang Saudi dapat mengatasi keraguan tersebut."

Saat kabar itu muncul, Arab Saudi belum memberikan respons balasan. Namun, sebelumnya, Saudi telah menolak untuk memenuhi permintaan ekstradisi Turki, dengan mengatakan bahwa belasan tersangka akan diproses hukum di dalam negeri. Saat ini, Saudi telah menahan 21 orang, dengan lima di antaranya terancam dengan hukuman mati.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan perintah untuk pembunuhan Khashoggi datang dari tingkat tertinggi pemerintah Saudi, tetapi mungkin bukan Raja Salman, menempatkan sorotan pada pewaris takhta dan penguasa de facto Saudi saat ini, Pangeran Mohammed bin Salman.

Arab Saudi mengklaim, Pangeran Salman tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang pembunuhan itu.

Setelah menawarkan banyak penjelasan yang kontradiktif, Riyadh kemudian mengatakan Jamal Khashoggi telah terbunuh dan tubuhnya terpotong ketika negosiasi untuk membujuknya untuk kembali ke Arab Saudi gagal.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Erdogan Desak Arab Saudi Ekstradisi Pembunuh Jamal Khashoggi ke Turki

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah menuntut Arab Saudi untuk mengekstradisi para tersangka pembunuhan Jamal Khashoggi, agar mereka dapat diproses hukum di Turki.

Arab Saudi telah mendakwa 11 orang atas tuduhan terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Di sisi lain, Turki mengupayakan agar mereka diekstradisi, mengingat, tempat kejadian perkara berlokasi di Istanbul. 

Saudi telah menolak proposal itu, dengan berdalih bahwa Khashoggi tewas di dalam Konsulat Saudi di Istanbul --secara teknis, TKP itu merupakan wilayah administrasi Saudi.

Berbicara pascasesi KTT G-20 di Buenos Aires, Argentina akhir pekan ini, Erdogan menekankan penting bahwa para tersangka yang ditahan oleh pemerintah Saudi harus diekstradisi untuk menghadapi pengadilan di Turki, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (2/12/2018).

Ia juga menuduh otoritas Saudi telah memberikan penjelasan yang inkonsisten dan bohong tentang terbunuhnya Jamal Khashoggi, karena, mereka mengubah cerita dan menolak untuk berbagi informasi dengan penyelidikan Turki.

Erdogan menambahkan bahwa pembunuhan itu merupakan ujian bagi seluruh dunia, tetapi bersikeras dia tidak ingin merusak keluarga kerajaan Saudi.

Dia mengatakan penyelesaian pembunuhan itu akan menjadi kepentingan keluarga kerajaan Saudi.

Dalam kesempatan yang sama, Erdogan juga mengatakan, Turki memiliki bukti bahwa Jamal Khashoggi telah terbunuh selama tujuh setengah menit dan telah berbagi bukti itu dengan negara-negara yang telah memintanya.