Sukses

Tak Hanya Laki-Laki, 4 Negara Ini Juga Terapkan Wajib Militer untuk Perempuan

Berikut negara-negara yang memberlakukan wajib militer bagi warga negaranya yang menginjak usia dewasa, baik itu laki-laki dan perempuan.

Liputan6.com, Washington DC - Sekitar 26 negara telah memberlakukan wajib militer (wamil) bagi warganya, kebanyakan ditujukan untuk laki-laki. Negara-negara seperti Siprus, Burma, Brasil, Mesir, Rusia, Thailand, Korea Utara, Ukraina, Yunani, Turki, Norwegia, dan Israel adalah beberapa di antaranya.

Namun, ada juga negara yang menetapkan kebijakan wajib militer bagi pria dan wanita yang telah mencukupi umur, salah satunya yakni Israel. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan tanah airnya.

Negara-negara yang menghadapi ancaman keamanan besar, membutuhkan pasukan dalam jumlah besar pula. Karena itu, pemerintahnya akan menjadikan warga sipil sebagai bagian dari pasukan cadangan, bilamana ada kebutuhan lebih dalam dinas militer.

Akibatnya, banyak negara seperti Korea Utara, rela menghabiskan triliun anggaran nasional demi memenuhi biaya pelatihan dan berinvestasi dalam persenjataan superior.

Lalu, negara mana saja yang menerapkan wajib militer bagi warganya? Berikut 4 di antaranya, seperti dikutip dari www.entitymag.com, Jumat (7/12/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 5 halaman

1. Israel

Israel adalah negara yang memberlakukan wajib militer bagi warga laki-laki dan perempuan. Meski kebijakan ini sudah lama ada, namun wanita hamil, seorang ibu, dan dia yang memiliki keyakinan agama tertentu, boleh tidak mengikuti wamil.

Meskipun telah menjadi aspek umum bagi kaum Hawa untuk melayani di militer sejak dahulu kala, mereka tidak selalu menerima kekuatan atau pengakuan yang setara.

Perubahan terjadi setelah psikiater klinis, Alice Miller, menggugat Tentara Pertahanan Israel (IDF) pada tahun 1994 karena menolak membiarkannya menjadi seorang pilot.

Namun kini, semua wanita dapat mengisi seluruh posisi tempur.

3 dari 5 halaman

2. Norwegia

Bagi Norwegia, masalah kesetaraan gender bukanlah hal baru. Selain mendominasi parlemen, yang 40% anggotanya adalah perempuan, pemerintahnya juga menargetkan 40% karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan milik negara adalah wanita.

Sebagai permulaan, parlemen Norwegia memilih untuk merancang UU tentang hak-hak perempuan pada 2013. Ini adalah negara Eropa pertama yang melakukannya.

Mulai musim panas tahun 2016, wanita yang berusia 19 hingga 44 tahun, harus menyelesaikan wamil selama 19 bulan, sama seperti rekan-rekan pria mereka.

4 dari 5 halaman

3. Korea Selatan

Mulai tahun 2015, Korea Selatan mengharuskan seluruh warganya yang laki-laki untuk menjalani wamil. Setiap pria yang dinyatakan sehat secara fisik dan mental, wajib hukumnya untuk menjalankan tugas negara selama hampir dua tahun. Wanita boleh juga ikut, tapi sama sekali tidak diwajibkan.

Secara umum, pria berusia 19 (setelah lulus SMA) sampai 35 tahun di Korea Selatan akan mendapatkan surat panggilan untuk masuk militer. Kalau tidak mau menjalani wajib militer, ia akan dipenjara.

Penundaan boleh dilakukan dengan alasan masih sekolah, ada anggota keluarga yang meninggal, sakit, saudara yang juga masih wamil, membesarkan anak dan lain sebagainya.

Wajib militer di Korea dibagi dua, yaitu active duty dan public service. Active duty meliputi menjadi tentara dan marine corps selama 21 bulan, angkatan laut selama 23 bulan, dan angkatan udara selama 24 bulan.

Sedangkan public service (yang banyak dipilih oleh selebritis) meliputi kerja di kantor pemerintahan, petugas parkir, sampai petugas subway. Ada juga KATUSA, yaitu program antara militer Korsel dan Amerika Serikat.

5 dari 5 halaman

4. Bolivia

Ketika Anda memikirkan Bolivia, hal yang mungkin terpikirkan oleh Anda untuk pertama kali adalah kelas bahasa Spanyol atau pelajaran geografi. Namun, ketika menyangkut militer, Bolivia memiliki dua sisi yang unik.

Pertama, ketika sukarelawan militer mulai rendah, laki-laki dan perempuan yang berumur antara 18 dan 49 tahun, diwajibkan ikut wamil. Pada 2015, Bolivia menunjuk Jenderal Angkatan Darat wanita pertamanya, Gina Reque Teran, yang juga menjadi perempuan perdana yang memimpin pasukan di Amerika Latin.