Sukses

Badan PBB: Korban Warga Sipil di Yaman Rata-Rata 123 Orang Tiap Pekan

Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan telah jatuh hampir 1.500 korban warga sipil di Yaman sejak Agustus hingga Oktober.

Liputan6.com, Jenewa - Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan, hampir 1.500 korban warga sipil di Yaman menjadi korban perang sejak Agustus hingga Oktober 2018.

Dalam suatu pernyataan yang dirilis pada Jumat 7 Desember 2018, UNHCR mendesak pihak-pihak yang berperang agar berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil.

Itu berarti, UNHCR menyebut data dari Yaman menunjukkan rata-rata 123 warga sipil meninggal dan cedera setiap pekan selama periode tersebut, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (10/12/2018).

Angka selama tiga bulan itu, yang mencakup korban tewas dan cedera, merupakan jumlah korban terbaru dari perang saudara selama empat tahun yang menewaskan sedikitnya 16 ribu warga sipil .

Pemberontak Houthi dukungan Iran dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional serta didukung koalisi pimpinan Arab Saudi, bertemu di Swedia untuk mengikuti pembicaraan yang disponsori PBB. Pembicaraan itu bertujuan untuk menghentikan pertumpahan darah di Yaman.

UNHCR menyatakan dari 1.478 korban warga sipil Yaman, 33 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, terdiri dari 217 tewas dan 268 lainnya cedera.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Terobosan dalam Dialog Damai Antara Houthi dan Yaman-Saudi

Dialog damai antara kelompok pemberontak Houthi dengan koalisi pemerintah Yaman-Arab Saudi, yang digelar di Swedia sejak pertengahan pekan ini, telah menghasilkan kemajuan positif pada beberapa isu kunci, kata diplomat PBB pada Sabtu 8 Desember 2018.

Kemajuan itu meliputi prospek pembukaan kembali bandara di ibu kota Yaman --Sanaa-- yang selama ini diblokade, pertukaran tahanan, dan beberapa kesepakatan lain yang bisa disetujui oleh kedua belah pihak, demikian seperti dikutip dari The Associated Press (AP), Minggu (9/12/2018).

Utusan Khusus PBB urusan Yaman, Martin Griffiths, membuat catatan positif, mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat yang dibacakan kepada wartawan bahwa kedua belah pihak sedang menunjukkan "semangat positif" dalam pembicaraan, yang diadakan di sebuah kastil di kota Rimbo, sebelah utara Stockholm, Swedia.

Konflik di Yaman yang telah berjalan empat tahun --antara kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran dan pemerintah Yaman di bawah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang didukung Saudi-- telah mendorong negara itu ke jurang kelaparan.

PBB telah lama memimpin suatu dorongan untuk menyelesaikan konflik tetapi upaya-upaya sebelumnya dalam perundingan-perundingan yang konstruktif tidak mengarah ke mana pun. Namun, datanglah pembicaraan damai di Rimbo, Swedia yang dimulai pertengahan pekan lalu.

"Kedua pihak terlibat dalam cara yang serius dan konstruktif dalam membahas rincian langkah-langkah membangun kepercayaan," kata Griffiths. "Kami berharap kami akan mencapai kemajuan selama putaran konsultasi ini."

Baca selengkapnya di sini...