Sukses

15-12-2013: Mengantar Sang Anti-Apartheid, Nelson Mandela ke Liang Lahat

Setelah prosesi kenegaraan berakhir, Nelson Mandela dimakamkan sesuai adat Suku Xhosa.

Liputan6.com, Qunu - Sejarah mencatat bahwa pada 15 Desember 5 tahun lalu adalah momen terakhir Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, Nelson Mandela, di Bumi. Jasadnya dimakamkan di kompleks permakaman keluarga di Qunu, hari Minggu itu.

Prosesi pemakaman dilakukan 10 hari setelah kematiannya pada 5 Desember 2013 malam waktu setempat.

Permakaman Nelson Mandela dilangsungkan secara kenegaraan, di mana para pemimpin Afrika, rekan, dan anggota keluarga memberikan penghormatan kepada tokoh yang berhasil melakukan transisi kekuasaan dari kelompok putih yang minoritas.

Setelah prosesi kenegaraan berakhir, Mandela dimakamkan sesuai adat suku Xhosa.

Presiden Afrika Selatan saat itu, Jacob Zuma, dan janda Mandela, Graca Machel, mengikuti detik-detik jenazah Mandela memasuki liang lahat.

Beberapa ratus orang hadir di kompleks permakaman. Di angkasa, tiga helikopter terbang membawa bendera Afrika Selatan yang diikuti dengan beberapa jet dan tembakan kehormatan.

Saat prosesi, Presiden Zuma mengatakan perjalanan Mandela menuju kebebasan telah berakhir dan menjadi tugas rakyat Afrika Selatan untuk memajukan warisan tersebut.

Cucu Mandela, Nandi, mengatakan bukan saatnya lagi bagi Afrika Selatan untuk saling menyalahkan. "Yang diperlukan sekarang adalah memimpin dengan cara memberi teladan, seperti yang dilakukan Mandela," kata Nandi seperti dikutip Liputan6.com dari BBC, 15 Desember 2013.

Ahmed Kathrada, yang pernah dipenjara bersama Mandela, mengatakan ia kehilangan saudara. Ia mengatakan sangat kehilangan dan tidak tahu kepada siapa ia meminta nasehat atau dukungan.

Infeksi Paru-Paru

Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela saat meninggalkan kediaman presiden di Genadendal, Cape Town, 12 Februari 2010. AFP PHOTO/ GCIS/ HO/ Elmond Jiyane

Tokoh anti-apartheid ini wafat pada Kamis 5 Desember 2013 malam lalu setelah berjuang melawan infeksi paru-paru. Ia berpulang pada usia 95 tahun, bendera setengah tiang pun berkibar di seluruh pelosok Afrika Selatan sebagai tanda berkabung atas wafatnya mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.

Putri Mandela, Makaziwe menceritakan detik-detik terakhir wafarnya sang ayah. Dia menuturkan, Mandela meninggal dunia dengan cara yang luar biasa. Semua keluarga sudah berkumpul sejak Kamis pagi, sebelum akhirnya Mandela menghembuskan nafas terakhir pada malam harinya.

"Hingga saat-saat terakhir, kami semua berkumpul di samping Mandela. Semua cucu lengkap. Ada semua. Kami duduk di sampingnya seharian penuh," ujar Makaziwe dalam wawancara khusus kepada BBC, Selasa 10 Desember 2013.

Menurut dia, saat itulah, waktu yang sangat indah bagi Mandela. Lantaran semua anggota keluarga berkumpul untuk mendampingi di ujung ajalnya.

"Memang dokter sudah bilang sejak pagi, ada tanda-tanda. Dan meminta aku untuk mengumpulkan semua anggota keluarga. Makanya kami kumpul sejak pagi," ungkap Makaziwe.

"Dokter bilang, ada baiknya berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal."

Pada momen tersebut, semua keluarga memenuhi kamar Mandela. Sunyi dan melakukan ritual keluarga hingga akhirnya Mandela meninggal dunia. "Pada detik-detik terakhir, kami semua diam dan melakukan ritual," ujar Makaziwe.

"Aku selalu ingin berada di sampingnya (Mandela). Dan terus berharap ia tetap ada esok hari," imbuh dia.

Para pemimpin dunia kemudian berkumpul pada Peringatan Kematian Nelson Mandela di Stadion Soweto, Afrika Selatan. Sejumlah petinggi negara hadir, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Francois Hollande dari Perancis, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Mereka akan bergabung dengan sekitar 95 ribu masyarakat Afrika Selatan di Stadion Soweto, di mana Mandela muncul di hadapan publik untuk terakhir kalinya pada Piala Dunia 2010.

Pada tanggal yang sama tahun sebelumnya, 1891, sosok James Naismith digadang-gadang menjadi penemu permainan bola basket. Sementara pada 15 Desember 2012, menjadi saksi bahwa Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengundurkan diri dari jabatannya setelah didakwa dengan penggelapan dan penyalahgunaan kepercayaan.

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Cerai di Penjara, Jadi Presiden Setelah Bebas

Nelson Mandela dan Winnie Madikizela-Mandela menikahi satu sama lain dalam situasi juga kondisi yang tak biasa. Begitu pula dengan perceraiannya.

Pada 1992, dua tahun usai dirinya dibebaskan dari penjara rezim Apartheid Afrika Selatan, sang pemenang penghargaan Nobel Perdamaian mengajukan tuntutan hukum untuk mengakhiri mahligai rumah tangganya.

Dalam sidang perceraian yang dilaksanakan pada tahun 1996, pengakuan yang keluar dari mulut Nelson cukup mengejutkan. Di hadapan hakim, sang pejuang anti-Apartheid itu bersaksi bahwa dirinya telah dikihianati oleh sang istri yang telah berselingkuh. Demikian seperti dilansir The Chicago Tribune pada 20 Maret 1996.

Nelson juga menyatakan kesaksian lain. Ia mengatakan, sejak dibebaskan dari penjara rezim Apartheid pada 1990, hanya kesepian yang ia rasakan saat membina mahligai rumah tangga dengan sang istri.

"Pernikahan kami luntur," kata Nelson.

Dalam kesaksian tersebut, Nelson juga yakin Winnie berselingkuh dengan asisten pribadinya, Dali Mpofu. Keyakinannya menguat setelah sang mantan Presiden Afrika Selatan itu menemukan surat cinta antara Winnie dan Dali.

Winnie Mandela, dalam gilirannya menyampaikan pernyataan di hadapan hakim, hanya bisa mengatakan, "Kasus (perceraian) ini adalah sesuatu yang tak biasa."

Frikkie Eloff, yang menjadi hakim sidang perceraian itu, langsung mengabulkan tuntutan Nelson Mandela untuk bercerai. Putusan sang hakim menjadi penanda putusnya rajut pernikahan pasutri yang merupakan simbol perjuangan melawan Apartheid di Afrika Selatan.

Tak Benar-Benar Menikah

Mantan Presiden Afsel Nelson Mandela (kanan) dan istrinya Graca Machel seusai menghadiri pemakaman cicitnya Zenani Mandela di St Stithian’s College Chapel, Sandton, utara Johannesburg, 17 Juni 2010. AFP PHOTO / Siphiwe Sibeko

Seperti dikutip dari South African History Online, Nelson dan Winnie menikah pada tahun 1958. Keduanya sama-sama aktivis yang berjuang untuk menumbangkan rezim Apartheid di Afrika Selatan.

Namun, keduanya hanya menghabiskan beberapa tahun bersama, sebelum Nelson dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh rezim, akibat aktivitasnya yang kian hari semakin menggoyah kemapanan politik berbasis warna kulit yang diterapkan di negara tersebut.

Winnie rajin menjenguk Nelson selama di mendekam di dalam bui. Namun apa daya, jeruji yang memisahkan Nelson dan Winnie turut melunturkan kasih mereka berdua.

Banyak pihak menyebut, perpisahan panjang yang dialami oleh pasutri tersebut--kala Nelson menjadi pesakitan--merupakan penyebab runtuhnya mahligai rumah tangga mereka. Sedangkan perselingkuhan Winnie dengan Dali Mpofu hanyalah akumulasi dari keterpisahannya dengan Nelson yang berlangsung selama menahun.

Seperti dikutip dari buku Knowing Mandela karya John Carlin, Winnie pernah mengatakan, "Saya tak pernah benar-benar hidup (menikah) bersama (Nelson) Mandela."

"Saya tidak pernah tahu rasanya memiliki keluarga inti yang dekat atau duduk bersama di hadapan meja makan bersama dengan suami dan anak-anak. Bahkan, ketika saya melahirkan, ia -- Nelson Mandela -- tak ada di sisi saya, meski ia sedang tak dipenjara pada saat itu," kata Winnie.

Akhir dari Mahligai Nelson dan Winnie

Kisah pengkhianatan itu terjadi pada 1992 silam. Muncul sepucuk surat bertanggal 17 Maret, tak ada nama pengirim di sana. Hanya ada tulisan 'it's me'. Namun, dari tulisan tangannya, jelas itu milik Winnie.

Surat itu dikirim untuk seseorang bernama Dali, pengacara bernama lengkap Dali Mpofu yang usianya lebih muda 30 tahun.

Sebelum berita itu bocor di media, Mandela sudah mengetahui pengkhianatan istrinya. Ia tak bicara pada Winnie selama 5 bulan. Dalam surat itu, Winnie menelanjangi obsesinya pada pria 'berondong' yang merupakan bagian dari tim pembelanya dalam persidangan kasus penculikan dan penyerangan seorang aktivis anak.

"Kamu seharusnya peduli terkait fakta aku tak lagi bicara dengan Tata (Mandela) selama 5 bulan gara-gara kamu. Tapi itu tak lagi mengkhawatirkan bagimu," demikian isi surat itu seperti dimuatThe Independent, 7 September 1992.

"Aku terus mengatakan padamu, situasi memburuk di rumah, tapi kau sama sekali tak terganggu karena kau memuaskan diri setiap malam dengan seorang wanita, " kata surat itu. "Aku bukan orang bodoh, Dali!"

Namun, bukan soal perselingkuhan yang membuat Winnie menyesal bukan main.

Dalam surat yang sama, ia membuka borok bahwa ia telah memberikan uang 160.000 rand pada Dali Mpofu. Uang itu berasal dari kas African National Congress (ANC). Winnie mengaku takut rekening departemen kesejahteraan sosial ANC yang ia pimpin diselidiki.

Kurang dari sebulan kemudian, Mandela mengumumkan perpisahan dari istrinya.

Proses perceraian berlangsung empat tahun. Pada Maret 1996, pengadilan meresmikan perceraian mereka, mengakhiri pernikahan selama 38 tahun yang selamat dari hari-hari paling gelap Apartheid, tapi runtuh karena tuduhan perzinahan.

Selama proses perceraian, Nelson Mandela mengungkap perzinahan sebagai alasan cerai. Ia bertekad mengakhiri pernikahan yang "hanya di atas kertas."

Mandela mengatakan, bukti perselingkuhan istrinya dia peroleh saat editor surat kabar menunjukkan padanya surat Winnie yang ditulis untuk sang kekasih gelap.

Mandela juga bersaksi di pengadilan, ketika dibebaskan dari penjara pada 1990, setelah menjalani 27 tahun dari hukuman seumur hidup, dia tinggal dengan istrinya Winnie di rumah mereka di Soweto. Namun, tak ada keintiman. Mandela merasa menjadi "pria paling kesepian".

"Saya menjadi orang yang paling kesepian, selama periode aku tinggal dengan dia," kata Mandela yang saat itu berusia 77 tahun.

Namun, tak ada rasa sakit hati. "Cintaku untuknya sama sekali tak berkurang. Aku bagian dari dirinya tanpa saling tuduh. Aku memberinya cinta dan kasih sayang saat di dalam maupun di luar penjara..." kata Mandela.

Dua tahun kemudian pada ulang tahunnya ke-80 Mandela menikah untuk ketiga kalinya. Ia bertemu Graca Machel, janda Presiden Mozambik, Samora Machel, pada 1990.