Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India menawarkan bantuan senilai US$ 1,4 miliar (setara Rp 20.3 triliun) ke Maladewa untuk pembangunan infrastruktur, termasuk sistem air dan pembuangannya.
Menurut para analis, kebijakan India itu berupaya melawan dominasi China di Maladewa dan mengurangi tekanan terhadap utang kepada Tiongkok yang kian besar.
Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan bantuan, yang mencakup campuran pinjaman lunak, pertukaran mata uang dan jalur kredit, setelah pembicaraan di sela-sela kunjungan Presiden Maladewa Ibrahim Mohamed Solih, awal pekan ini.
Advertisement
Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (18/12/2018), PM Modi mengatakan pada hari Senin bahwa dia telah berdiskusi dengan Presiden Solih tentang keinginan India untuk memperdalam hubungan baik dengan Maladewa.
Baca Juga
Pertemuan di India merupakan kunjungan resmi pertama Solih ke luar negeri sejak dilantik sebagai presiden Maladewa pada November lalu.
Sejak itu, Maladewa perlahan menjauh dari China, yang kian menekan di balik pemberian utang jutaan dolar AS.
Pemerintah Maladewa sebelumnya, yang dipimpin oleh Abdulla Yammen, telah mempererat hubungan ke China dengan mengorbankan jalinan relasi panjang terhadap India.
Namun, dalam konferensi pers pada Senin 17 Desember, Modi seakan lupa terhadap apa yang telah dilakukan Maladewa sebelumnya. Dia memilih menyampaikan tanggapan positif terhadap kunjungan Solih.
"India akan selalu bersama Anda. Saya senang mengumumkan bahwa untuk pembangunan sosial dan ekonomi Maladewa, kami menyediakan US$ 1,4 miliar dalam bentuk dukungan anggaran, pealihan mata uang, dan konsensi," jelas Modi dengan bangga.
Pernyataan bersama yang dirilis setelah pembicaraan kedua pemimpin negara mengatakan bantuan akan diberikan kepada "berbagai bidang kerja sama pembangunan, termasuk keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan perumahan dan infrastruktur, sistem air dan pembuangan kotoran di pulau-pulau terpencil, kesehatan, pendidikan dan pariwisata".
Maladewa, sebuah kepulauan dengan lebih dari 1.192 pulau atol dan populasi 400.000 orang, terletak strategis di tengah Samudra Hindia dan telah menjadi pusat adu pengaruh antara China dan India.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Mengembalikan Hubungan Baik dengan India
Secara tradisional, Maladewa selalu mendahulukan kebijakan pro-India. Namun, ketika negara kepulauan itu dipimpin oleh Abdulla Yameen, pengaruh China semakin diterima secara luas, terutama karena besarnya bantuan pinjaman yang dijanjikan oleh Beijing.
China menghabiskan jutaan dolar AS untuk meningkatkan infrastruktur Maladewa. Proyek-proyek itu mencakup Jembatan Persahabatan China-Maladewa senilai US$ 200 juta (setara Rp 2,8 triliun) yang menghubungkan ibukota Male dengan bandara internasional di Pulau Hulhule.
Sementara itu, Solih telah mengisyaratkan bahwa dia akan mengembalikan hubungan baik dengan India, dan meninjau kembali keputusan yang diambil oleh rezim sebelumnya, termasuk penandatanganan perjanjian perdagangan bebas dengan China.
"Saya telah melakukan diskusi ekstensif dengan Perdana Menteri Modi tentang cara-cara untuk lebih meningkatkan hubungan yang kuat antara India dan Maladewa, serta menegaskan kembali komitmen bersama kami untuk demokrasi, pembangunan dan perdamaian," jelas Solih.
Kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama maritim di Wilayah Samudra Hindia "melalui patroli terkoordinasi dan pengawasan udara, pertukaran informasi dan pembangunan kapasitas".
Namun para analis mengatakan kehadiran China akan berlanjut di Maladewa, yang akan terus menyaksikan dua raksasa Asia saling berebut pengaruh.
"Seperti yang kita lihat di Sri Lanka, tidak ada satu pun proyek China yang dapat digulirkan. Beberapa di Maladewa telah selesai. Orang Tiongkok akan tetap tinggal, tetapi Maladewa akan lebih sensitif terhadap kepentingan keamanan India," kata S .D. Muni, seorang pakar Asia Selatan.
Advertisement