Liputan6.com, New York - Pada 22 Desember 1882, Edward Johnson --seorang rekan kerja ilmuwan Thomas Alva Edison-- menghadirkan pohon Natal pertama yang diterangi oleh cahaya lampu hias. Inovasi unik itu ditempatkan di ruang tamu rumahnya di Kota New York, dan langsung menjadi perbincangan di antara para hartawan setempat.
Pohon itu, yang digerakkan oleh generator listrik ciptaan Edison (Johnson tinggal di bagian pertama kota yang ditenagai listrik), menampilkan delapan unit lampu hias berwarna merah, putih, dan biru, demikian Today in History sebagaimana dikutip dari Mentalfloss.com pada Jumat (21/12/2018).
Menurut laporan surat kabar Detroit Post and Tribune, masing-masing lampu bersinar layaknya "kenari Inggris besar", di mana ditempatkan di atas motor listrik yang berputar selama enam kali setiap menitnya.
Advertisement
Baca Juga
Selama beberapa tahun setelahnya, Johnson dan Edison bereksperimen untuk memperbaiki lampu hias pada pohon Natal tersebut. Baru pada 1890, keduanya membawa mereka ke pasar, menerbitkan brosur 28 halaman tentang "lampu miniatur Edison untuk pohon Natal", dan menempatkan iklan produk tersebut di majalah-majalah populer.
Pohon natal dengan lampu hias mendapat perhatian nasional di AS ketika mereka melakukan debut di Gedung Putih pada akhir tahun 1895.
Selain presiden AS, pohon Natal dengan lampu hias belum bisa dijangkau oleh masyarakat umum hingga awal Abad ke-20. Hal itu dikarenakan distribusi listrik secara umum sangat jarang, dan kebanyakan orang yang tinggal di luar kota-kota besar harus menyuplai sumber elektrik sendiri dari generator rumah tangga.
Pohon Natal dengan ukuran yang cocok untuk penyematan lampu hias juga dinilai masih sangat mahal kala itu. Apalagi jika ditambah dengan motor dan segala perlengkapan listriknya, biasanya akan memakan biaya hingga US$ 300, atau setara Rp 4,3 juta. Nilai yang sulit dijangkau oleh kebanyakan orang kala itu.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Persaingan Produksi Lampu Hias
Pada 1903, sebuah terobosan dalam teknologi penerangan listrik datang ketika General Electric (GE) menawarkan tali lampu pra-kabel pertama kepada publik.
Tali lampu, yang disebut "Festoon", di mana terdiri dari serangkaian delapan soket porselen pra-kabel, yang masing-masing dilapisi kaca berwarna, dan steker sekrup untuk soket dinding.
Harga jual Festoon per satuannya masih dianggap mahal kala itu, yakni US$ 12 sen (setara Rp 1.800), atau sedikit lebih rendah dari rata-rata upah harian buruh.
GE sempat akan mempatenkan produksi lampu hias Natal, namun ditolak karena penciptaanya dilakukan oleh banyak pihak. Adapun jika paten disetujui, maka harga jualnya sangat mungkin meningkat.
Dengan pasar terbuka lebar, perusahaan dan penemu lainnya mulai memproduksi set lampu pohon mereka sendiri, dan industri hiasan Natal pun lahir di Amerika Serikat.
Salah satu pengusaha awal lampu Natal adalah seorang remaja bernama Albert Sadacca, yang meyakinkan orang tuanya untuk menggunakan bahan baku lampu gas produksi mereka untuk menghasilkan set lampu pohon yang lebih terjangkau.
Dia kemudian memulai sebuah organisasi perdagangan yang disebut Asosiasi Penggiat Manufaktur Nasional (NOMA), yang akhirnya berkembang menjadi NOMA Electric Co, dan mendominasi pasar lampu Natal hingga tahun 1960-an.
Setelah itu, industri hiasan Natal di AS kedatangan pesaing dari impor yang lebih murah, sehingga menyebabkan beberapa pelaku usahanya gulung tikar.
Tanggal 22 Desember juga menjadi saksi sejarah bagi pendataan ilmiah pertama untuk temuan asteroid pada 1891. Ada pula tentang kejatuhan Nicolae Ceaușescu sebagai presiden komunis terakhir di Romania pada 1989, dan pengesahan UU penerimaan kelompok LGBTQ di militer AS oleh Barack Obama pada 2010.
Advertisement