Liputan6.com, Damaskus - Ledakan keras terdengar dekat dengan ibukota Damaskus semalam 25 Desember 2018, dalam apa yang dikatakan oleh militer Suriah sebagai serangan udara Israel terhadap sebuah gudang senjata.
Seorang pejabat militer Suriah mengatakan kepada media pemerintah bahwa gudang senjatanya terkena tembakan rudal Israel tersebut, serta menyebabkan tiga tentara Suriah terluka, demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (26/12/2018).
Suriah mengatakan sebagian besar rudal tersebut berhasil dicegat.
Advertisement
Israel belum mengonfirmasi serangan itu. Justru pihaknya mengatakan bahwa mereka mengaktifkan sistem pertahanan udara untuk menjatuhkan rudal Suriah yang terbang dari Damaskus.
Baca Juga
Tidak ada korban atau kerusakan pada properti di Israel, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Pada Selasa malam 25 Desember, media pemerintah Suriah menerbitkan rekaman sebuah objek bergerak di atas Damaskus yang berhasil dicegat.
Ledakan keras kemudian terdengar, diikuti dengan ledakan penembakan artileri.
Pihak IDF belum mengomentari serangan udara yang dilaporkan.
IDF kemudian mengunggah tweet bahwa sistem pertahanan udaranya "diaktifkan sebagai tanggapan terhadap rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari Suriah".
Israel pada beberapa kesempatan menargetkan kantung pertahanan Iran dan Hizbullah di Suriah yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap keamanan negaranya. Namun, Israel jarang mengakui melakukan serangan seperti itu.
Tapi pada Mei, Israel mengatakan telah menyerang hampir semua infrastruktur militer Iran di dalam wilayah Suriah dalam serangan terbesar sejak dimulainya perang saudara di sana pada tahun 2011.
Serangan itu terjadi setelah roket ditembakkan ke posisi militer Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki semalam.
Sebelum insiden terbaru pada 25 Desember, serangan udara terakhir yang diduga dilakukan Israel terhadap Suriah terjadi pada November 2018 di Al Kiswah dan September 2018 di Damaskus.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Israel Akan Meningkatkan Perlawanan di Suriah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang tetap prihatin dengan pengaruh Iran di Suriah, mengatakan bahwa Israel akan meningkatkan perjuangannya melawan pasukan Negeri Para Mullah yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad --meski Amerika Serikat memutuskan mundur dari Suriah.
Israel juga khawatir keluarnya AS --yang merupakan sekutu utama mereka-- dapat mengurangi pengaruh diplomatiknya dengan Rusia, pendukung besar pemerintahan Assad.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa pasukan AS dapat menarik diri dari Suriah, mengatakan bahwa penanganan kelompok militan ISIS adalah "satu-satunya alasan" bagi tentara Amerika untuk berada di Suriah.
Trump mengunggah twit pada Rabu: "Kami telah mengalahkan ISIS di Suriah, satu-satunya alasan kami berada di sana selama menjabat."
Pemerintahan Trump diperkirakan akan menarik semua sekitar 2.000 pasukan Amerika dari Suriah. Perencanaan penarikan telah dimulai dan pasukan akan mulai pergi secepat mungkin.
Keputusan itu menggarisbawahi pembagian antara Trump dan penasihat militernya, yang telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa kantong militan ISIS tetap ada dan kebijakan AS adalah menjaga pasukan tetap di tempatnya sampai kelompok itu diberantas.
Pada Rabu 19 Desember, Kementerian Pertahanan AS merilis sebuah pernyataan yang mengatakan telah memulai proses penarikan pasukan AS dari Suriah, tetapi tampaknya menentang pernyataan Trump bahwa kampanye ISIS sudah berakhir.
"Koalisi telah membebaskan wilayah yang dikuasai ISIS, tetapi kampanye melawan ISIS belum berakhir," kata juru bicara Pentagon Dana White dalam sebuah pernyataan.
Advertisement