Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pertanyaan besar yang kerap muncul dalam pemikiran orang awam soal burung besi yaitu: Apa yang terjadi jika sebuah pesawat terbang terlalu tinggi?
Apakah akan aman-aman saja?
Jawabannya tidak! Ini akan akan menghancurkan segalanya. Hal itu telah dibuktikan pada Oktober 2004.
Advertisement
Kala itu, kru Pinnacle Airlines 3701 membawa pesawat mereka terbang dari satu bandara ke bandara lain tanpa penumpang atau yang disebut dengan istilah 'reposisi', demikian dikutip dari laman Mentalfloss.com, Rabu (26/12/2018).
Baca Juga
Pada dasarnya, pesawat harus terbang dengan ketinggian maksimum 33.000 kaki. Tetapi sebaliknya, sang pilot meminta untuk menaikkannya menjadi 41.000 kaki.
Alhasil, kedua mesin pesawat gagal. Kru tidak bisa menghidupkan kembali mesin. Pesawat jatuh lalu hancur.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menetapkan bahwa kemungkinan penyebab kecelakaan ini ada tiga hal:
Pertama, perilaku tidak profesional pilot, penyimpangan dari prosedur operasi standar, dan buruknya penerbangan, yang mengakibatkan darurat dalam penerbangan -- sebagian karena pelatihan pilot yang tidak memadai.
Kedua, kegagalan pilot untuk mempersiapkan pendaratan darurat tepat waktu, termasuk berkomunikasi dengan pengendali lalu lintas udara segera setelah darurat tentang kehilangan kedua mesin dan ketersediaan lokasi pendaratan.
Ketiga, manajemen pilot yang tidak tepat dari daftar periksa kerusakan mesin ganda, yang memungkinkan inti mesin berhenti berputar dan mengakibatkan kondisi mesin kunci inti.
Kecelakaan juga terjadi ketika kombinasi suhu dan tekanan atmosfer di lokasi tertentu terlalu tinggi. Pada ketinggian di hari yang panas, beberapa jenis pesawat tidak bisa naik.
Mereka akan menurunkan ketinggian demi keselamatan.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Inikah Kursi Paling Aman di Dalam Pesawat?
Beda kasus dengan artikel sebelumnya, kali ini ada pertanyaan lain yaitu kursi mana yang paling aman saat berada di pesawat?
Setiap penerbangan memiliki kode kelas yang menentukan perbedaan kabin dan layanan di pesawat, yaitu Y untuk kelas ekonomi (economy class), C untuk kelas bisnis (business class), dan F untuk layanan kelas satu (first class).
Untuk tiket kelas satu, Anda bisa mendapatkan kursi yang amat nyaman, dengan ruang kaki luas, pelayanan yang ekstra dan penyajian makanan yang lebih baik.
Akan tetapi, apakah kelas satu lebih aman dari kelas yang lain?
Pensiunan pilot, Chesley Sullenberger III --yang pernah mendapat penghargaan karena keterampilannya mendaratkan Airbus A320 dengan aman di Sungai Hudson pada 2009 dan tidak memakan korban jiwa-- menjawab pertanyaan tersebut.
Chesley, yang kini menjadi pakar keamanan penerbangan di CBS News mengatakan kepada Washington Post, "Kelas pertama bisa tidak lebih aman daripada ekonomi."
Lebih lanjut, komentar dari ahli lain juga mendukung pernyataan ini, yang mengatakan bahwa kelas satu tentu bukan tempat teraman di kapal terbang.
"Saya tidak bisa menjamin bahwa memesan tempat duduk di kelas satu bisa jadi lebih aman. Dalam kecelakaan yang sebenarnya, peluang terbaik untuk bertahan hidup biasanya dengan duduk di belakang," ucap Pemimpin Eksekutif Aviation Safety Networt, Harro Ranter, seperti dilansir dari Express.co.uk.
Bahkan, sebuah penelitian menguak kursi paling aman di pesawat setelah kecelakaan terjadi. Riset tersebut mengungkapkan bahwa ada kemungkinan yang lebih tinggi untuk bertahan hidup jika penumpang duduk di kursi belakang.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan pada majalah TIME, setelah adanya insiden, sepertiga belakang pesawat hanya mampu membuat tingkat kematian 32%, dibandingkan dengan bagian tengah dengan 39% dan bagian depan dengan 38%.
Martin Rottler, seorang ahli penerbangan, lebih lanjut menjelaskan bahwa duduk di baris belakang berarti Anda tidak akan berhadapan dengan banyak orang, dan ini dapat membantu Anda untuk memudahkan mencari jalan keluar.
Selain itu, teori tersebut juga didukung oleh beberapa penelitian, termasuk yang baru-baru ini ditampilkan di sebuah film dokumenter Channel 4.
Film tersebut menganalisis semua kecelakaan pesawat sejak 1971 dan menemukan bahwa mereka yang berada di kursi deretan belakang adalah yang paling aman --tingkat kelangsungan hidup yaknii 69%, bila dibandingkan dengan mereka yang duduk di dekat sayap (56%) dan dan mereka yang duduk di bagian depan (49%).
Advertisement