Sukses

Teliti Jumlah Kadar Karbon di Bumi, Satelit NASA Ukur Luas Hutan di Dunia

Bagaimana cara NASA untuk menelitti hutan yang ada di seluruh dunia?

Liputan6.com, New York - Hutan merupakan aset Bumi. Biasanya, hutan disebut pula sebagai paru-paru dunia karena memproduksi banyak oksigen. Namun di satu sisi, hutan juga menyimpan banyak karbon.

Karena alasan itulah, para ilmuwan NASA ingin tahu pasti kandungan karbon di hutan-hutan yang ada di seluruh planet ini. Mereka baru saja meluncurkan sebuah satelit yang akan mengukur luas total semua hutan.

"Pepohonan menyimpan biomassa dunia. Ketika bicara soal biomassa hutan, itu adalah berat dari pepohonan. Apabila kita tahu biomassa-nya, berapa beratnya, separuh dari biomassa sebuah pohon adalah karbon," kata Ralph Dubayah dari Program GEDI NASA menjelaskan, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (1/1/2019).

Sejak lama, para ilmuwan NASA ingin mengetahui berapa besar karbon yang menyebabkan pemanasan global, yang mana tersimpan dalam pepohonan itu.

"Penting untuk memahami apa isi karbon dalam hutan sekarang ini. Kita perlu peta global yang baik yang bisa menunjukkan di mana karbonnya. Alasannya adalah karena setiap kali kita menebang pepohonan, kita akan melepaskan karbon ke atmosfer dan kita tidak tahu berapa banyak karbon yang dilepaskan," papar Dubayah.

Kini, mereka akan memperoleh peta global itu berkat satelit seukuran kulkas yang diluncurkan pada awal Desember 2018. Wahana tersebut akan segera dikerahkan ke Stasiun Antariksa Internasional.

"GEDI adalah altimeter laser, jadi merupakan instrumen optikal aktif. Ada laser yang memancarkan pulsa cahaya menuju Bumi, kemudian direfleksikan dari Bumi dan kemudian kami menerima refleksinya," kata Bryan Blair, ilmuwan instrument GEDI.

Dengan mengukur refleksi itu, maka para ilmuwan akan dapat menentukan dengan tepat ketinggian dan berat pepohonan dalam hutan dan lingkungan.

Hal itu juga akan membantu NASA untuk mengetahui seberapa banyak karbon disimpan, dan juga hal-hal seperti ketersediaan ruang untuk menanam lebih banyak pohon dan berapa banyak karbon dilepaskan ke atmosfer.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Hutan Seluas 40 Lapangan Sepak Bola Hilang Tiap Menit Tahun 2017

Data baru menunjukkan bahwa lebih dari 15,8 juta hektar hutan tropis hilang selama tahun 2017. Jumlah tersebut sama dengan area seluas Bangladesh atau 40 lapangan sepakbola hilang setiap menitnya.

Laporan baru yang masif dari Global Forest Watch dan Universitas Maryland tersebut diambil dengan data satelit. Menurut laporan tersebut, tingkat kehilangan tutupan pohon di seluruh dunia terjadi baik karena aktivitas manusia atau penyebab alami seperti kebakaran.

Temuan mereka juga menunjukkan bahwa tahun lalu menjadi tahun terburuk kedua dalam catatan mereka setelah tahun 2016. Meski jumlah tutupan pohon sedikit menurun dari tahun sebelumnya, situasinya jauh dari menggembirakan.

Tingkat kehilangan tutupan pohon ini merupakan bencana bagi satwa liar dan manusia. Hutan memainkan peran penting dalam menyimpan karbon, membantu menyerap emisi karbon yang diciptakan oleh aktivitas manusia.

Meski konservasi hutan berperan memberi 30 persen jumlah dari yang ditetapkan oleh Perjanjian Iklim Paris, namun itu masih belum cukup.

"Ini seperti memadamkan rumah yang kebakaran dengan satu sendok teh," kata Frances Seymour di World Resources Institute yang menjalankan Global Forest Watch seperti dikutip dari The Guardian.

Brasil sekali lagi menjadi peringkat pertama negara yang kehilangan tutupan pohon paling tinggi. Sebagian besar disebabkan kebakaran yang dilakukan oleh orang-orang yang membersihkan lahan untuk pertanian. Perubahan iklim juga berperan terhadap kekeringan di wilayah tersebut sehingga hutan pun lebih rentan terhadap kebakaran.

Negara dengan hilangnya tutupan pohon tertinggi kedua adalah Republik Demokratik Kongo yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2017, baik 6 persen dari tahun sebelumnya. Kolombia juga mengalami lonjakan 46 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sebagian besar tren ini bersifat politis. Tahun lalu, Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) dilucuti senjatanya. Dengan menghilangnya FARC, kelompok bersenjata kecil pun mulai berani mengeksploitasi lahan dan hutan, membersihkannya secara ilegal untuk pertanian, penambangan, dan penebangan kakao.

Meski demikian, tidak semuanya berita buruk. Indonesia misalnya mengalami penurunan jumlah hilangnya tutupan pohon sebesar 60 persen pada tahun 2017. Ini berkat larangan sementara terhadap pembakaran gambut di kawasan hutan lindung. Selain itu, El Nino juga membawa hujan ke Indonesia sehingga lebih sedikit kebakaran dibanding tahun-tahun sebelumnya.