Liputan6.com, Sar-i-Pul - Puluhan anggota pasukan keamanan di Afghanistan utara tewas oleh Taliban dalam serangkaian serangan terkoordinasi pada Selasa 1 Januari 2019, kata para pejabat. Serangan itu juga menyebabkan puluhan anggota pasukan keamanan lainnya terluka.
Kekerasan paling mematikan terjadi di Provinsi Sar-i-Pul, tempat Taliban menyerang pasukan keamanan Afghanistan di tiga wilayah, menewaskan total 21 orang, kata para pejabat yang tidak memberikan rincian korban, demikian seperti dilansir The New York Times, Rabu (2/1/2019).
Zabihullah Amani, juru bicara gubernur Sar-i-Pul, mengatakan bahwa Taliban secara serentak menyerang pusat Distrik Sayad, pos-pos keamanan di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Sar-i-Pul dengan Jowzjan, dan sebuah desa dengan sumur minyak.
Advertisement
"Itu adalah serangan yang sangat kuat," kata Amani.
Baca Juga
"Dua pos keamanan dikepung Taliban; 25 anggota pasukan keamanan juga terluka dalam bentrokan itu."
Tujuan utama Taliban, kata Amani, adalah untuk mengendalikan sumur minyak di desa Qashqari. "Tapi mereka tidak berhasil," tambahnya.
Gerilyawan menyerang pusat Sayad dari tiga arah, kata Hayatullah Sayadi, gubernur distrik, menewaskan tujuh petugas polisi setempat dan melukai delapan lainnya.
Bala bantuan, termasuk polisi dan kepala intelijen provinsi, dipanggil untuk membantu, tetapi mereka juga disergap oleh Taliban. Tidak jelas apakah ada korban dalam penyergapan berikutnya.
Secara terpisah, di provinsi utara Balkh, Taliban menyerang pos terdepan keamanan di Distrik Chemtal, menewaskan enam petugas polisi dan melukai tujuh lainnya, kata Rahmatullah Khan, seorang komandan polisi setempat.
"Taliban menyita semua senjata dan peralatan di pos terdepan," katanya.
Â
Simak video pilihan berikut:
Serangan Setelah Langkah Trump Tarik Pasukan AS dari Afghanistan
Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan memulangkan setengah dari 14.000 tentara Amerika Serikat di Afghanistan, bahkan ketika perang selama 17 tahun terus berlangsung dan Taliban mengancam sebagian besar negara itu.
Bagi banyak orang di kepemimpinan Afghanistan, berita penarikan itu adalah pengkhianatan. Dan itu mungkin akan menyulitkan upaya Amerika untuk pembicaraan damai dengan Taliban, yang membutuhkan tekanan di medan perang.
Setelah serangkaian pertemuan baru-baru ini antara diplomat AS dan Taliban di Qatar dan Uni Emirat Arab, pembicaraan lanjutan antara AS, Taliban, Arab Saudi, pejabat Uni Emirat Arab dan Pakistan akan berlangsung di Arab Saudi dalam beberapa minggu mendatang.
Namun Taliban menolak untuk duduk dengan delegasi Afghanistan pada pertemuan-perteman itu, dan mengatakan bahwa mereka tidak akan bertemu dengan delegasi Afghanistan di Arab Saudi.
Sementara itu masih belum jelas apakah pertemuan baru-baru ini akan menghasilkan negosiasi yang mencakup pejabat Afghanistan, yang mana mereka tampaknya telah berkontribusi pada upaya penjangkauan publik Taliban di wilayah ini.
Sementara itu, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengonfirmasi pada hari Selasa bahwa delegasi dari kelompok tersebut telah mengunjungi Teheran pada hari Senin untuk membahas situasi di Afghanistan dan kemungkinan jalan menuju perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
Advertisement