Liputan6.com, Moskow - Jumlah korban tewas akibat ledakan gas Malam Tahun Baru di sebuah blok apartemen Rusia melonjak menjadi 39 orang pada Kamis 3 Januari 2018, ketika tim penyelamat selesai mencari jenazah di puing-puing bangunan yang runtuh sebagian.
Pejabat Rusia Alexandre Tchouprian mengatakan bahwa 38 dari 39 jasad telah diidentifikasi, dan tidak ada lagi kemungkinan korban lainnya di lokasi kejadian yang berada di Kota Ural, pegunungan Magnitogorsk.
"Tidak ada lagi hal yang harus dilakukan oleh layanan darurat di sini, semua tugas sudah selesai," kata Tchouprian, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (4/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kantor berita Interfax mengabarkan bahwa hampir 900 orang terlibat dalam upaya penyelamatan, yang dilakukan di suhu rendah hingga minus 27 derajat Celsius. Mereka bahu membahu mencari korban di bawah reruntuhan beton dan logam yang hancur di lokasi tersebut.
Enam orang, termasuk dua anak-anak, berhasil diselamatkan pada detik-detik terakhir pencarian di lokasi itu.
Ledakan gas tersebut membuat sebagian gedung apartemen setinggi 10 lantai --yang terletak di sebuah kota industri berjarak hampir 1.700 kilometer timur ibu kota Rusia-- hancur pada Senin dini hari.
Blok hunian era Soviet itu adalah rumah bagi sekitar 1.100 orang, dan ledakan tersebut menghancurkan 35 unit apartemen, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal.
Kini, sebuah jembatan darurat telah dibangun untuk menjangkau daerah-daerah yang lebih tinggi, dan salah satu dinding bangunan dihancurkan guna menghindari risiko runtuh menimpa petugas penyelamat yang bertugas.
Pada hari Kamis, penghuni bagian lain dari blok hunian itu telah diizinkan memasuki apartemen mereka, dalam waktu setengah jam, untuk mengambil beberapa barang berharga.
"Semua yang selamat dalam kondisi stabil," kata gubernur regional Chelyabinsk Boris Dubrovsky, yang mengunjungi beberapa dari korban selamat di rumah sakit, pada hari Kamis.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Menyetujui Langkah Bantuan Keuangan Baru
Sementara itu, Dubrovsky mengatakan bahwa pihaknya telah menyetujui langkah-langkah bantuan keuangan baru, termasuk pembayaran satu juta rubel (setara Rp 209 juta) kepada keluarga korban tewas, dan 400.000 rubel (setara Rp 83 juta) untuk mereka yang terluka.
Keluarga yang kehilangan apartemennya akan menerima pembayaran hingga 500.000 rubel (setara Rp 104 juta) dan akan diberikan rumah pengganti melalui kerja sama dengan Kementerian Sosial Rusia.
Bantuan keuangan juga akan diberikan untuk membantu membayar biaya pemakaman, di mana enam yang pertama diadakan pada hari Jumat, kata kantor gubernur.
Ledakan itu, yang menurut para pejabat kemungkinan disebabkan oleh kebocoran gas, berubah menjadi bencana maut karena sebagian besar penghuni gedung sedang tertidur.
Saksi mata menggambarkan "gelombang api" dan mengatakan ledakan itu cukup kuat untuk menghancurkan jendela di gedung-gedung terdekat.
Penyelidik telah melakukan penyelidikan, tetapi mengatakan tidak ada alasan untuk mencurigai adanya pelanggaran.
Ledakan gas kerap terjadi di Rusia, di mana banyak infrastruktur masih menggunakan sistem Soviet yang sudah tua, dan sering mengabaikan faktor keselamatan.
Advertisement