Liputan6.com, Jakarta Buddy Holly adalah nama besar dalam dunia musik Amerika Serikat. Ia penyanyi, pencipta lagu, sekaligus perintis rock and roll.
Seperti dikutip dari situs mentalfloss.com, konon tanpa dia, The Beatles mungkin tak akan ada. John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Stu Sutcliffe -- pemain bas saat band termahsyur itu mengawali karier di Hamburg Jerman, adalah fans Buddy Holly. Dan, tanpa dia, musik rock and roll yang kita kenal saat ini mungkin tak pernah eksis.
Advertisement
Baca Juga
Majalah Rolling Stone pada 2004 menempatkan Buddy Holly di ranking 13 dalam daftar '100 Greatest Artists of All Time' atau seniman terhebat sepanjang massa.
Buddy Holly memang ada di bawah peringkat para bintang rock and roll lain seperti The Beatles (1), Elvis Presley (3), The Rolling Stones (4), namun yang luar biasa, pengakuan itu ia dapatkan selama masa hidupnya yang pendek, 22 tahun, dan kariernya di dunia musik profesional yang bisa dibilang masih 'seumur jagung', kurang dari 2 tahun.
Pada 5 Januari 1959, ia merilis lagu berjudul It Doesn't Matter Anymore yang ditulis oleh Paul Anka. Dan 29 hari kemudian, tragedi terjadi.
Pada 3 February 1959 Buddy Holly berasama dua musisi Ritchie Valens, dan J. P. "The Big Bopper" Richardson, dan seorang pilot bernama Roger Peterson tewas dalam kecelakaan di dekat Clear Lake, Iowa.
Awalnya, ada kursi dalam pesawat itu untuk Waylon Jennings. Namun, pemain bas itu memberikannya pada Richardson yang sedang sakit flu dan menghindari perjalanan naik bus yang panjang dan melelahkan.
Saat mendengar soal itu, Buddy Holly melontarkan candaan, "Kuharap busmu beku," kata dia seperti dikutip dari The Vintage News. Jennings pun membalas, "Kuharap pesawatmu celaka." Kata-kata itu tak akan ia lupakan sepanjang hayat.
Pesawat jenis Beechcraft Bonanza yang ditumpangi Buddy Holly celaka sesaat setelah lepas landas saat larut malam, dalam kondisi cuaca yang dingin dan buruk. Burung besi itu jatuh di perkebunan jagung.
Belakangan, hari kecelakaan itu dijuluki "The Day the Music Died" atau Hari Matinya Musik, sesuai lirik dalam lagu American Pie yang ditulis Don McLean pada 1971. Paul Anka mendonasikan royalti lagu It Doesn't Matter Anymore untuk istri Holly.
"It Doesn't Matter Anymore kini memiliki ironi yang tragis. Namun, setidaknya itu akan membantu keluarga Buddy Holly. Aku memberikannya royalti lagu itu kepada istrinya -- setidaknya itu yang bisa kulakukan," kata dia seperti dikutip dari songfacts.com.
Teori Konspirasi
Penjelasan resmi menyebut, penyebab kecelakaan yang menewaskan Buddy Holly adalah kesalahan manusia dalam hal ini pilot yang kurang berpengalaman. Roger Peterson, sang penerbang, baru mencatatkan 711 jam terbang.
Namun, tak semua orang percaya begitu saja. Teori konspirasi dan spekulasi pun menyebar.
Salah satu spekulasi terkait penemuan senjata yang diduga dimiliki oleh Buddy Holly di sebuah ladang jagung di Iowa, lokasi di mana bangkai kapal terbang Beechcraft Bonanza ditemukan.
Rumor menyebut, ada lubang peluru di kursi pilot. Dan konon ada dua selongsong peluru yang kosong.
Pada 2015, Badan Keselamatan Penerbangan AS mereview kembali permintaan penyelidikan ulang terkait kecelakaan itu.
Seperti dikutip dari The Guardian, permintaan itu datang dari LJ Coon, seorang pilot yang telah menyelidiki kecelakaan yang menewaskan Buddy Holly secara mandiri.
Coon meyakini, temuan Dewan Penerbangan Sipil pada tahun 1959, yang menyebut kesalahan manusia sebagai penyebab kecelakaan, adalah sebuah ketidakadilan bagi Roger Peterson, pilot berusia 21 tahun yang meninggal bersama tiga musisi.
"Roger terbang dari bandara itu pada malam hari, dalam berbagai kondisi yang berbeda. Dia pastinya sudah akrab dengan arah bandara itu, masuk maupun keluar," kata dia.
Pakar penerbangan itu mendorong penyelidik federal untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat membantu menjelaskan kecelakaan itu. Misalnya, ketidakseimbangan berat dalam pesawat, baik penumpang maupun instrumen baru yang diinstal di dalamnya. Atau, dugaan keributan antarpenumpang sesaat setelah lepas landas.
Kapal terbang itu celaka empat menit setelah lepas landas, dalam penerbangan dari Clear Lake, Iowa menuju Fargo, North Dakota.
Tak hanya rilis lagu terakhir yang dikeluarkan penyanyi Buddy Holly, tanggal 5 Januari menjadi momentum sejumlah peristiwa dalam sejarah.
Pada 1896, Fisikawan Jerman, Wilhelm Conrad Rontgen menemukan alat radiasi sinar X yang kelak disebut seperti namanya.
Sementara, pada 1972 Presiden Amerika Serikat Richard M. Nixon mengumumkan Program Pesawat Ulang Alik Angkasa (Space Shuttle) yang digarap oleh National Aeronatics and Space Administration (NASA).
Advertisement