Liputan6.com, Kuala Lumpur - Puluhan orang di Malaysia menjadi korban sindikat kriminal, yang memperoleh akses ke rekening perbankan online mereka dan menguras uang di dalamnya.
Kejadian membuat ratusan ribu ringgit (sekitar ratusan juta rupiah) berpindah tangan secara misterius sejak kasus pertama muncul, beberapa bulan lalu.
Dikutip dari The Straits Times pada Minggu (6/1/2019), pihak berwenang masih menyelidiki bagaimana cara sindikat kriminal itu memperoleh nama pengguna, kata sandi, dan detail kontak pemilik rekening.
Advertisement
Baca Juga
Di negara bagian Johor, dilaporkan setidaknya ada belasan laporan tentang kasus terkait, dengan kerugian mencapai ribuan ringgit Malaysia.
Salah seorang korban, pensiunan berusia akhir 50-an kehilangan tabungannya sebesar hampir 30.000 ringgit, atau setara dengan Rp 103 juta.
Kepada polisi, sang pensiunan melapor telah menerima nomor TAC di ponselnya, dan dalam beberapa menit kemudian, seseorang menelepon dan mengatakan bahwa terjadi kerusakan dalam sistem perbankan online milik korban, sehingga membutuhkan detail nomor terkait untuk memperbaikinya.
Nomor TAC adalah nomor enam digit yang dikirim ke ponsel pemilik akun terdaftar untuk verifikasi.
Korban diketahui menerima enam kali telepon dari sindikat kriminal tersebut, dan diminta berkali-kali memasukkan nomor TAC berbeda yang dikirimkan kepadanya.
Tanpa disadari, hal itu membuatnya melakukan transfer antara 60 hingga 10.000 ringgit (setara Rp 200 ribu hingga Rp 34 juta) ke berbagai nomor rekening berbeda.
Dalam kasus lain di Kota Kluang baru-baru ini, seorang guru berusia 30-an juga ditipu beberapa ratus ringgit oleh seseorang yang menginginkan nomor TAC, mengklaim bahwa istrinya telah mendaftarkan nomor ponsel yang salah.
Belum ada konfirmasi resmi dari polisi Malaysia terkait hasil penyelidikan kasus ini.Â
Â
Simak video pilihan berikut:
Dua Bank Komersial terdampak
Di lain pihak, sumber analis keamanan perbankan mengatakan bahwa ketika melakukan transaksi online, sindikat itu biasanya memerlukan nama pengguna, kata sandi, dan nomor TAC.
"Mereka biasanya akan menelepon korban untuk mengkonfirmasi nomor ponsel yang didaftarkan di sistem perbankan online, dan berdalih hal tersebut salah, sehingga meminta menanyakan TAC yang dikirimkan kepadanya sebagai syarat perbaikan," lanjutnya.
Nasabah yang tidak curiga akan mengungkapkan detail TAC kepada anggota sindikat, yang kemudian digunakan untuk mulai mentransfer uang ke rekening lain secara ilegal.
Diyakini bahwa setidaknya dua bank komersial telah terdampak oleh skema penipuan terkait dalam beberapa bulan terakhir.
Ditanya bagaimana sindikat-sindikat itu bisa mendapatkan semua rincian akun dan kata sandi, sumber keamanan itu mengatakan mungkin ada "pelanggaran data" yang melibatkan bank atau pihak lain.
Advertisement