Sukses

Donald Trump dan Kim Jong-un Akan Kembali Bertemu, Lokasinya Belum Ditentukan

AS dan Korea Utara dikabarkan mulai menegosiasikan lokasi pertemuan lanjutan untuk kedua pemimpin negara.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya tengah bernegosiasi dengan Korea Utara tentang lokasi penyelenggaraan KTT selanjutnya antar kedua pemimpin negara.

Trump mengatakan kepada wartawan di Washington DC bahwa "dialog yang baik" sedang berlangsung dengan Korea Utara, tetapi sanksi terhadap Pyongyang akan tetap ada, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Senin (7/1/2019).

Sementara itu, Donald Trump mengatakan pada pekan lalu bahwa dia telah menerima "surat yang bagus" dari Kim Jong-un, meskipun dia tidak mengungkapkan isinya.

"Kami sedang merundingkan lokasi," katanya kepada wartawan di Gedung Putih, Minggu 6 Januari.

"Akan diumumkan mungkin dalam waktu dekat. Mereka ingin bertemu dan kita menginginkan hal serupa. Kita lihat apa yang akan terjadi," lanjut Trump tidak menjelaskan lebih rinci progresnya.

Donald Trump juga mengatakan bahwa AS telah menjalin "dialog yang sangat baik" dengan Korea Utara, dan dirinya mengaku akan sangat terbuka untuk mengadakan pertemuan lanjutan guna membahas perdamaian, baik di Semenanjung Korea maupun global.

Meski begitu, Trump kembali menegaskan bahwa sanksi AS akan tetap berlaku "dalam kekuatan penuh" hingga terlihat hasil positif yang dilakukan oleh Korea Utara.

Sebagaimana diketahui, Donald Trump telah bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 12 Juni lalu di Singapura, di mana hal itu merupakan pertemuan pertama dalam sejarah yang dilakukan oleh presiden AS.

Di sana, kedua pemimpin menandatangani perjanjian untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea. Tetapi kesepakatan tersebut tidak termasuk garis waktu, detail atau mekanisme apa pun untuk memverifikasi proses itu.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Belum Ada Kemajuan yang Saling Memuaskan

Terkait KTT Singapura, sejauh ini, belum ada kemajuan utama yang membuat kedua belah pihak puas. AS masih menilai bahwa Korea Utara tidak benar-benar menjalankan komitmen denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Di lain pihak, Korea Utara terlihat kesal dengan berbagai sanksi internasional yang dijatuhkan oleh AS, dan juga mendesak Negeri Paman Sam membatalkan rencana latihan militer bersama dengan Korea Selatan.

Dalam pidato perayaan Tahun Baru yang dipantau oleh publik global, Kim Jong-un mengatakan dia masih berkomitmen untuk denuklirisasi, tetapi memperingatkan bahwa jika AS tidak mencabut sanksi, maka dia akan mempertimbangkan mengambil jalan berbeda.

Korea Utara dilaporkan murka pada bulan lalu, ketika AS menjatuhkan sanksi baru pada tiga pejabat seniornya, setelah sebuah laporan mengungkapkan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia.

Pyongyang menyatakan "kaget dan marah" pada langkah-langkah baru AS, mengatakan bahwa kebijakan Washington adalah "tekanan maksimum" yang berisiko menjadi "kesalahan perhitungan terbesar".

Korea Utara juga dikenai berbagai rangkaian sanksi Dewan Keamanan PBB terkait dengan program senjata nuklir dan balistik yang dilarang