Liputan6.com, Taipei - Militer Taiwan mengumumkan pada hari Rabu, tentang serangkaian latihan perang skala besar terbaru yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini sengaja dirancang sebagai antisipasi terhadap ancaman kekuatan China.
Sebagaimana diketahui, Presiden China Xi Jinping sempat mengancam pada pekan lalu, bahwa Beijing bisa bertindak lebih tegas untuk menyatukan kembali Taiwan dengan Negeri Tirai Bambu.
Taiwan memang lazim melakukan latihan perang, namun kali ini, sebagaimana dikutip dari Startribune.com pada Rabu (9/1/2019), diklaim sebagai rancangan baru yang lebih taktis.
Advertisement
Baca Juga
Latihan perang baru tersebut dirancang berdasarkan taktik yang diadopsi untuk mempertahankan diri dari kemungkinan invasi China, lapor kantor berita negara itu, Central News Agency, mengutip kepala perencanaan Kementerian Pertahanan Taiwan Yeh Kuo-hui. .
China mengklaim kedaulatan atas demokrasi Taiwan, yang memisahkan diri di tengah perang saudara pada 1949 silam.
Bahkan pada 2 Januari lalu, Presiden China Xi Jinping memperbarui ancaman kekuatan terhadap negara pulau itu, dengan mengatakan bahwa Beijing berhak --jika diperlukan-- untuk melawan campur tangan pasukan eksternal dalam mendukung apa yang mereka sebut sebagai tindakan separatis Taiwan.
Meskipun campur tangan asing yang disebut Xi tidak merujuk langsung pada Amerika Serikat (AS), namun Washngton sebagai pemason utama persenjataan ke Taiwan, merasa perlu secara hukum menanggapi ancaman tersebut.
Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan lebih lanjut tentang tindakan yang akan diambil oleh AS dalam menanggapi ancaman terhadap Taiwan itu.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Taiwan Tolak Bersatu dengan China
Angkatan bersenjata China disebut memiliki lebih dari tiga juta anggota, dan juga menerima anggaran terbesar kedua di dunia, yakni sebesar US$ 173 miliar, atau setara Rp 2.144 triliun.
Hal itu menjadikan China memiliki kekuatan militer yang jauh melampui Taiwan, sehingga meningkatkan ancaman terhadap pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang pro kemerdekaan.
Tsai menanggapi pidato Xi dengan menolak tuntutan untuk penyatuan antara kedua belah pihak, dengan mengatakan, "China harus menghadapi kenyataan tentang keberadaan Taiwan."
Karena kekuatan dan teknologi militer yang dimilik Taiwan jauh lebih kecil dibandingkan China, negara itu membutuhkan bantuan dari pihak asing, dan AS lah yang mendukung sejauh ini -meski terlihat samar.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, strategi Taiwan telah berevolusi dari mengalahkan militer China, menjadi upaya memukul mundur invasi di laut dan udara.
Advertisement