Liputan6.com, Kinshasa - Calon presiden Kongo Martin Fayulu mengatakan bahwa ia akan minta penghitungan kembali surat-surat suara yang menunjukkan bahwa ia kalah dari calon lainnya Felix Tshisekedi.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (13/1/2019) kepada wartawan, Fayulu menyebut bahwa dirinya akan minta Mahkamah Konstitusi Kongo mengeluarkan perintah penghitungan kembali surat-surat suara yang masuk.
Advertisement
Baca Juga
"Kami minta diadakan penghitungan manual, hasil tiap TPS, di muka para pejabat Uni Afrika, PBB dan banyak orang lainnya, supaya kita bisa melihat hasil sesungguhnya pemilihan tanggal 30 Desember itu," kata Fayulu.
Komisi pemilu mengatakan bahwa Tshisekedi mendapat 600.000 suara lebih bayak dari Fayulu, tapi tim kampanye Fayulu mengatakan ia memperoleh 61 persen suara yang masuk.
Diplomat asing dan wakil gereja Katolik juga mempertanyakan hasil pemilihan umum itu. Kata jurubicara gereja hari Kamis, hasil resmi yang diumumkan tidak cocok dengan penghitungan suara yang dilakukan oleh 40.000 pemantau pemilu di seluruh Kongo.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Khawatir Kekerasan di Kongo
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (4/1) mengatakan, personel militer AS dikerahkan ke Gabon dalam menanggapi kemungkinan demonstrasi kekerasan di Republik Demokratik Kongo setelah pemilihan presiden di sana.
Dalam surat kepada pimpinan Kongres, Trump mengatakan, kelompok pertama terdiri dari sekitar 80 personel militer tiba di Gabon hari Rabu apabila dibutuhkan untuk melindungi warga Amerika dan fasilitas diplomatik di ibukota Kongo, Kinshasa.
Ia mengatakan, mereka "akan tetap di wilayah itu sampai situasi keamanan di Republik Demokratik Kongo menjadi sedemikian rupa sehingga kehadiran mereka tidak lagi dibutuhkan." Trump mengatakan pasukan tambahan bisa dikerahkan ke Gabon "jika perlu."
Komisi pemilihan umum Kongo dijadwalkan merilis hasil sementara pemilihan presiden pada hari Minggu, tetapi mungkin menundanya karena lambatnya lembar penghitungan datang.
Menurut pengamat dan oposisi, pemilu dicemari penyimpangan serius. Pemerintah Kongo mengatakan pemilihan itu adil dan berjalan lancar.
Koalisi Presiden Joseph Kabila yang berkuasa mendukung pengganti yang dipilihnya Emmanuel Ramazani Shadary.
Komunitas internasional khawatir, hasil yang disengketakan akan menyebabkan keresahan, seperti terjadi pasca pemilihan tahun 2006 dan 2011.
Advertisement