Sukses

Dituduh Sembunyikan Detail Dialog dengan Vladimir Putin, Trump: Itu Hoaks

Donald Trump membantah tuduhan yang menyebut bahwa dirinya menyembunyikan perincian pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah tuduhan yang menyebut bahwa dirinya menyembunyikan perincian pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada beberapa pertemuan sebelumnya.

The Washington Post menuduh bahwa setidaknya pada satu kesempatan pada tahun 2017, Presiden Trump mengambil catatan penerjemahnya setelah pembicaraan dengan Presiden Putin. Dan menurut laporan itu, juga tidak ada catatan pembicaraanya dengan Putin yang berlangsung selama dua jam dengan di Helsiniki, Finlandia pada Juli 2018.

Nihilnya catatan itu, jelas The Post, disebabkan karena Trump menutup-nutupi isi pembicaraannya dengan Putin kepada pejabat Gedung Putih sendiri.

Namun, membantah laporan the Washington Post, sang Presiden mengatakan, "Saya tidak menyembunyikan apa pun," ujarnya kepada Fox News sambil merujuk pada tuduhan terbaru. "Aku tidak peduli," tambah Trump, seperti dikutip dari BBC, Senin (14/1/2019).

Trump mengatakan dia telah berbicara dengan Putin di Helsinki "sebagaimana yang dilakukan oleh setiap presiden" dan bahwa mereka telah melakukan pembicaraan "hebat" tentang "hal-hal yang sangat positif" seperti ekonomi.

"Siapa saja bisa mendengarkan pertemuan itu," katanya. "Pertemuan itu terbuka. (Dan) Seluruh masalah Rusia adalah hoaks."

Presiden AS mengatakan dia telah bertemu satu lawan satu dengan banyak pemimpin dunia, tetapi, hanya pertemuannya dengan Putin yang menjadi fokus semua sorotan.

Menggemakan bantahan Presiden Trump, Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan kisah itu sangat tidak akurat sehingga tidak perlu ditanggapi.

Sebelumnya, The Post melaporkan bahwa Presiden Donald Trump menyembunyikan rincian pembicaraannya dengan Presiden Vladimir Putin dari pejabat senior dalam pemerintahannya. Laporan itu mengutip narasumber pejabat saat ini dan mantan pejabat AS yang anonim.

Setelah pertemuan dengan Vladimir Putin dalam KTT G20 di Hamburg pada 2017, Trump mengambil alih catatan juru bahasa, kata surat kabar itu.

Sedangkan di KTT G20 Helsinki pada 2018, kedua presiden berbicara di balik pintu tertutup selama dua jam dengan hanya juru bahasa mereka yang hadir. Catatan atas pertemuan itu juga tidak eksis.

Narasumber yang merupakan mantan pejabat Washington DC mengatakan ini bertentangan dengan praktik kepresidenan AS sebelumnya.

The Washington Post menambahkan bahwa Presiden Donald Trump "umumnya telah memungkinkan para ajudan mendengarkan percakapan teleponnya dengan Putin" namun tidak demikian untuk pembicaran tatap muka keduanya.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Subjek Sorotan

Hubungan Presiden Donald Trump dengan Rusia sebelum Pilpres AS 2016 adalah subjek investigasi federal yang sedang berlangsung sampai saat ini.

Penyelidikan yang dipimpin oleh Penyelidik Khusus Kementerian Kehakiman AS, Robert Mueller sedang mencoba memastikan apakah ada kolusi antara tim kampanye Trump dan negara Rusia untuk membantunya terpilih menjadi presiden AS.

Awal pekan ini, New York Times melaporkan bahwa FBI telah membuka penyelidikan kontra intelijen apakah Trump diam-diam bekerja untuk Rusia setelah ia memecat direktur FBI James Comey pada 2017.

Penyelidikan dugaan ini akhirnya digabungkan ke dalam penyelidikan Mueller.

Pada tahun 2016, badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia telah meluncurkan serangan dunia maya dan menanam berita palsu di media sosial dalam upaya untuk meningkatkan popularitas Trump dan merusak saingannya dalam Pilpres 2016, Hillary Clinton.

Robert Mueller telah menghabiskan 20 bulan menyelidiki campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, dan kemungkinan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Moskow.

Penyelidikan itu telah menempatkan beberapa rekanan terdekat Trump berakhir dengan jeratan dakwaan atau hukuman pidana.

Mantan pengacara pribadi Donald Trump, Michael Cohen dijatuhi hukuman tiga tahun penjara atas dakwan pidana keuangan kampanye dan pidana penipuan. Sementara kepala kampanye Trump, Paul Manafort dihukum karena pidana penipuan keuangan.

Presiden AS telah berulang kali menggambarkan penyelidikan itu sebagai "perburuan penyihir."