Liputan6.com, Durban - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mendesak pria untuk bersatu melawan fenomena perkosaan dan kekerasan seksual di negara itu, yang ia sebut telah menjadi sebuah "krisis nasional".
"Perempuan diperkosa dan dibunuh secara terus menerus dan sudah waktunya untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender," kata Presiden Ramaphosa seperti dikutip dari BBC, Minggu (14/1/2019).
Dia menyeruakan imbauan yang berapi-api itu ketika meluncurkan manifesto pemilu untuk Kongres Nasional Afrika yang memerintah.
Advertisement
Sekitar 40.000 pemerkosaan dilaporkan terjadi setiap tahun di Afrika Selatan, meskipun ini dianggap hanya sebagian kecil dari total sebenarnya.
Baca Juga
Presiden Ramaphosa meminta orang-orang di stadion Durban yang padat, tempat puluhan ribu pendukung menyaksikan pidatonya, untuk berdiri guna menunjukkan kecaman mereka terhadap fenomena perkosaan dan kekerasan seksual.
"Kami telah membuat langkah besar dalam meningkatkan posisi perempuan di masyarakat ... Namun, kekerasan berbasis gender adalah krisis nasional yang harus berakhir, sehingga semua perempuan Afrika Selatan dapat hidup dalam kedamaian, keamanan dan martabat," kata Ramaphosa.
"Pembebasan perempuan membutuhkan perubahan sikap atas kondisi material yang melanggengkan penindasan dan marginalisasi perempuan."
Dia menguraikan sejumlah langkah untuk mencapai hal tersebut, termasuk hukuman yang lebih keras bagi para pelaku, membuat "polisi yang lebih terampil" dan membuat otoritas pengadilan "meningkatkan kapasitas untuk menyelidiki dan menuntut semua kejahatan" seksual dan kejahatan berbasis gender di Afrika Selatan.
"Adalah penting bahwa anak-anak belajar sejak usia muda untuk menghormati satu sama lain secara setara dan tidak menggunakan kekerasan dalam situasi stres dan konflik," imbau presiden Afrika Selatan itu.
Â
Simak video pilihan berikut:
40.000 Kasus Perkosaan di Afrika Selatan
Secara keseluruhan, pidato Presiden Ramaphosa berusaha menandai terobosan yang jelas, di mana ia menjanjikan kompetensi dan kejujuran nasional, serta berfokus pada cara-cara untuk mengatasi kemiskinan pedesaan, dan tingkat pengangguran kaum muda tertinggi di dunia.
Namun, sejak menjabat pada 2017, Ramaphosa dinilai belum efektif menangani masalah populis seperti reformasi pertanahan.
Polisi Afrika Selatan mencatat 40.035 perkosaan dalam 12 bulan per-31 Maret 2018, dengan rata-rata 110 setiap hari, menurut organisasi pengecekan fakta Afrika Check melaporkan tahun lalu. Ini menunjukkan peningkatan pada tahun sebelumnya, dengan 39.828 kasus perkosaan tahun 2017.
Advertisement