Liputan6.com, Vancouver - Petugas pengawas aviasi dan lalu lintas udara (air-traffic controller) di Kanada mengirim ratusan boks pizza ke rekan mereka di Amerika Serikat (AS), yang tetap bekerja di tengah kondisi penutupan sementara pemerintah federal atau government shutdown.
Inisiatif yang dilakukan pada akhir pekan lalu telah berkembang menjadi aksi solidaritas antar industri penerbangan kedua negara, kata Asosiasi Kontrol Lalu Lintas Udara Kanada.
Penutupan sebagian pemerintah, di mana sekarang memasuki hari ke-24, telah menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Senin (14/1/2019).
Advertisement
Tindakan sepihak oleh Donald Trump itu telah mempengaruhi 800.000 pekerja publik dan menutup banyak kantor pemerintah di AS.
Baca Juga
Pengawas lalu lintas udara adalah di antara sekitar 450.000 karyawan yang tidak dapat menangguhkan pekerjaan mereka atau mengambil pekerjaan lain, dan terus bekerja tanpa upah.
"Pada Minggu sore, lebih dari 300 boks pizza telah dikirim ke 49 pusat kendali udara di seluruh AS," ujar Peter Duffy, presiden Asosiasi Kontrol Lalu Lintas Udara Kanada, memperkirakan.
"Itu benar-benar gerakan akar rumput," kata Duffy.
Menurutnya, aksi itu berawal dari inisiatif beberapa petugas kontrol aviasi Kanada, yang ingin menunjukkan soldaritas kepada rekan-rekan mereka di seberang perbatasan di Anchorage, Alaska.
"Petugas kami berbicara dengan orang-orang itu setiap hari di telepon ... jadi sudah dianggap sebagai rekan kerja dan mereka berkata, hei, mari kita kirimkan pizza," cerita Duffy.
Sejak pengiriman pertama pada pekan lalu, gerakan tersebut segera menjadi buah bibir nasional. Bahkan, ada salah seorang donatur anonim yang sengaja menyumbangkan 500 dolar Kanada (setara Rp 5,3 juta), dan berkata 'temukan sebanyak mungkin tempat yang membutuhkan pizza'."
"Kami akan terus mendukung rekan-rekan seprofesi kami di AS, dan terus menyerukan agar penghentian sementara peemrintahan di sana segera berakhir," pungkas Duffy.
Â
Simak video pilihan berikut:
Perseteruan di Dalam Negeri AS
Penutupan sementara pemerintahan Amerika Serikat terjadi setelah Donald Trump berseteru tentang pengajuan dana pembangunan tembok pembatas di sepanjang perbatasan Meksiko.
Kubu Demokrat telah menolak permintaan anggaran Trump sebesar US$ 5,7 miliar, atau setara Rp 80,6 triliun.
Trump belum juga memulihkan sekitar seperempat dari pemerintah federal, yang kini telah memasuki pekan ketiga. Presiden AS ke-45 itu bersikeras bahwa dia akan kembali mengoperasikan pemerintahan hingga rencana anggaran disepakati.
Pada Jumat 11 Januari, pekerja federal AS yang terkena dampak penutupan pemerintah sementara --termasuk penjaga penjara, staf bandara dan agen FBI-- melewatkan gaji pertama mereka tahun ini.
Advertisement