Liputan6.com, Paris - Otoritas Prancis memanggil duta besar Italia, Teresa Castaldo, untuk meminta penjelasan terkait tudingan perdana menteri Negeri Pizza itu, bahwa Paris mengeksploitasi Afrika, sehingga memicu gelombang imigrasi via Laut Mediterania.
Pada Minggu 20 Januari, Wakil PM Luigi di Maio meminta Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi pada Prancis atas kebijakannya di Afrika.
Dia mengatakan Prancis "tidak pernah berhenti menjajah puluhan negara Afrika", demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa (22/2/2019).
Advertisement
Italia dan Prancis sebelumnya berselisih tentang masalah yang terkait dengan imigrasi.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, wilayah selatan Italia telah menjadi tujuan bagi ribuan orang yang mencari kehidupan baru di Eropa.
Tahun lalu, Prancis mengkritik Italia karena tidak mengizinkan kapal penyelamat yang membawa imigran di Mediterania berlabuh. Pejabat Roma merespons dengan menuduh Paris telah lebih dulu menolak menangani isu terkait.
Di Maio, pemimpin Gerakan Bintang Lima (M5S) yang memerintah dalam koalisi dengan partai Liga sayap kanan, membuat komentar terakhirnya saat berkunjung ke Italia tengah pada akhir pekan lalu.
"UE harus memberi sanksi kepada Prancis dan semua negara seperti mereka yang memiskinkan Afrika dan membuat orang-orang ini pergi, karena orang Afrika harus berada di Afrika, bukan menyeberang Mediterania," katanya.
"Jika banyak imigran datang, itu karena negara-negara Eropa, Prancis terutama, tidak pernah berhenti menjajah puluhan negara Afrika," lanjut Di Maio.
Dia menambahkan jika bukan karena mengkesploitasi Afrika, Prancis akan menempati urutan ke 15 di antara negara-negara ekonomi dunia, bukan di enam besar.
Simak video pilihan berikut:
Dituduh Memanipulasi Ekonomi Afrika
Sumber-sumber diplomatik Prancis, yang dikutip oleh kantor berita Italia Ansa, menyebut pernyataan Di Maio "bermusuhan dan tanpa alasan, mengingat kemitraan antara Prancis dan Italia di Uni Eropa".
Namun Di Maio, yang juga menjabat sebagai menteri tenaga kerja dan ekonomi Italia, bersikukuh pada pendapatnya.
Dia menuduh Prancis memanipulasi ekonomi negara-negara Afrika yang menggunakan franc CFA, mata uang era kolonial yang didukung oleh pusat perbankan di Paris.
"Prancis adalah salah satu negara yang mencetak uang untuk 14 negara Afrika, mencegah perkembangan ekonomi mereka dan berkontribusi pada fakta bahwa para pengungsi pergi dan kemudian meninggal di laut atau tiba di pantai kami," katanya.
"Jika Eropa ingin mewujudkan perubahan yang manusiawi, itu harus memiliki keberanian untuk menghadapi masalah dekolonisasi di Afrika," lanjut Di Maio.
Di lain pihak, Prancis mengatakan bahwa franc CFA adalah jaminan stabilitas keuangan bagi banyak negara Afrika, tetapi yang lain mengkritiknya sebagai peninggalan kolonial.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan sebanyak 4.216 imigran telah menyeberang ke Eropa dalam 16 hari pertama 2019, lebih dari dua kali lipat jumlah yang tiba pada periode serupa tahun lalu.
Advertisement