Sukses

Perseteruan Memanas di Suriah, Iran Ancam Lenyapkan Israel dari Muka Bumi

Iran mengancam akan melenyapkan Israel dari muka Bumi, menyusul ketegangan yang meningkat di Suriah.

Liputan6.com, Teheran - Kepala angkatan udara Iran mengatakan siap untuk melawan Israel "dan melenyapkannya dari Bumi", menyusul serangan Tel Aviv pada berbagai target Negeri Persia di Suriah yang dilanda perang, awal pekan ini.

Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh mengutip laporan kelompok pemantau bahwa 11 orang telah tewas dalam serangan Israel, yang mengenai fasilitas penyimpanan amunisi di Bandara Internasional Damaskus, yang berdekatan dengan situs intelijen dan kamp pelatihan militer Iran.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Selasa (22/1/2019), militer Rusia mengatakan empat tentara Suriah termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan itu. Tidak ada rincian lebih lanjut tentang korban atau kebangsaan mereka.

Tel Aviv mengatakan telah meluncurkan serangan dalam menanggapi roket Pasukan Quds Iran yang ditembakkan dari sebuah resor ski di Dataran Tinggi Golan --wilayah Suriah yang diduduki Israel-- pada Minggu 20 Januari.

Pengumuman yang tidak biasa tampaknya menandai berakhirnya kebijakan diam Israel selama bertahun-tahun mengenai kegiatan di negara tetangga Suriah.

Menanggapi hal itu, Brigadir Iran Nasirzadeh merilis pernyataan berapi-api kepada Young Journalist Club --sebuah situs web milik televisi pemerintah-- yang memicu kekhawatiran akan perang lebih lanjut antara kedua musuh bebuyutan itu.

"Orang-orang muda di angkatan udara sepenuhnya siap dan tidak sabar untuk menghadapi rezim Zionis, dan melenyapkannya dari Bumi," katanya.

Iran Dituduh Lebih Dulu Menyerang

Di lain pihak, menurut juru bicara militer Israel, Letnan Jenderal Jonathan Conricus, pasukan Iran telah lebih dulu menyerang resor ski Hermon, di Dataran Tinggi Golan, pada hari Minggu sore. Serangan itu menggunakan rudal jarak menengah yang ditembakkan dari pinggiran Damaskus.

Conricus menyebut serangan itu sebagai aksi "yang direncanakan" untuk mencegah Israel melakukan serangan udara terhadap Iran, di mana Negeri Zionis itu turut mengklaim "bukti definitif" dari niat Teheran untuk mempengaruhi Suriah.

"Itu (resor skri Hermon) adalah aerea umum, dan ada warga sipil di sana. Kami melihat itu sebagai serangan Iran yang tidak dapat diterima, bukan sebagai dukungan pertahanan di Suriah," kata Conricus.

"Selain itu, daerah yang diserang rudal adalah daerah yang telah mereka janjikan tidak akan ada campur tangan Iran di dalamnya. Kami tahu itu tidak dilakukan mendadak, itu adalah serangan yang sudah direncanakan," tambahnya.

Sementara itu, Iran belum menanggapi klaim tuduhan di atas.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Laporan Langsung yang Pertama

Militer Israel mengatakan serangan itu menghantam "pusat logistik utama Iran di Suriah" yang digunakan untuk mengangkut senjata ke sekutu mereka di Suriah, termasuk kepada kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

Israel baru-baru ini mengakui melakukan ratusan serangan ke Suriah selama beberapa tahun terakhir, tetapi sebelumnya kerap menahan diri untuk tidak berkomentar karena takut memicu ketegangan lebih lanjut.

Pengumuman pada hari Senin menandai pertama kalinya Tel Aviv melaporkan serangan secara langsung, dan merilis informasi terperinci sejak Mei 2018 lalu, ketika Israel mengklaim telah menyerang hampir semua infrastruktur militer Iran di Suriah, menyusul serangan roket lain pada posisinya di Dataran Tinggi Golan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan beberapa pejabat tinggi di sekitarnya, telah berbicara lebih terbuka tentang serangan mereka terhadap Suriah dalam beberapa hari terakhir.

Beberapa analis menduga sikap itu sebagai bagian dari upaya Netanyahu untuk memperkuat kepercayaan keamanannya menjelang pemilu, yang dia sebut akan segera digelar pada 9 April 2019.

Tetapi, Israel juga menghadapi risiko konfrontasi langsung dengan Suriah dan Iran, serta secara khusus dengan Rusia.

Koordinasi militer antara Tel Aviv dan Moskow di Suriah mengalami kemunduran setelah insiden pada September 2019, ketika pesawat Rusia jatuh oleh pertahanan udara Suriah selama serangan Israel.

Insiden itu membuat Kremlin marah dan mempersulit operasi Israel di Suriah, terutama ketika Moskow menempatkan sistem pertahanan udara canggih di sana sebagai tanggapan.