Sukses

4 Insiden Misi Angkasa Luar Paling Tragis di Dunia

Dalam catatan sejarah, ada sejumlah insiden tragis yang terjadi saat misi di luar Bumi. Tak sedikit astronot yang menjadi korban. Berikut ini di antaranya.

Liputan6.com, New York - Menjadi seorang astronot itu berat. Nyawa taruhannya. Sebelum melakukan misi angkasa luar, seorang astronot harus menjalankan latihan berat hingga karantina.

Hidup di angkasa luar selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tentu bukan hal yang mudah. Harus rela berpisah dengan keluarga hingga teman terdekat.

Dikatakan berbahaya karena insiden menyeramkan kapan saja bisa terjadi. Apalagi misi yang mereka lakukan bukan di Bumi lagi.

Dalam catatan sejarah, ada sejumlah insiden tragis yang terjadi saat misi di luar Bumi. Seperti dikutip dari laman Toptenz, Selasa (22/1/2019), berikut empat insiden tragis saat misi angkasa luar itu:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 5 halaman

1. Intelsat-708

Kejadian nahas menimpa Intelsat-708 pada 14 Februari 1996 di China. Pasalnya, saat melakukan peluncuran Intelsat-708 mengalami kebocoran bahan bakar.

Akibatnya, mesin Intelsat-708 tidak berfungsi dengan baik. Satelit itu melenceng dan keluar dari jalur sehingga jatuh di pemukiman warga.

Satelit ini diluncurkan pada 14 Februari 1996 di dekat kota Xichang, perbatasan dengan Vietnam. Kecelakaan terjadi setelah satelit lepas landas selama 20 detik.

Dalam catatan misi angkasa luar, insiden ini jadi yang paling buruk.

3 dari 5 halaman

2. Columbia STS-107

Tragedi antariksa itu terjadi 1 Februari 2003. Pesawat ulang alik Columbia STS-107 meledak, hancur berkeping-keping. Tujuh awaknya: Rick D Husband, William C McCool, Michael P Anderson, Ilan Ramon, David Brown, Laurel Salton Clark, dan Kalpana Chalwa -- astronot wanita pertama asal India, tewas.

Tragisnya, musibah terjadi 16 menit sebelum mereka mendarat pulang ke Bumi, dari waktu pendaratan yang dijadwalkan di Cape Canaveral.

Kala itu, sesaat sebelum pesawat meledak, pusat kontrol misi NASA di bumi mengetahui bahwa Columbia akan menemui bencana, dan para awaknya kemungkinan besar tak bakal selamat.

Wayne Hale, yang kemudian menjadi manajer program ulang alik pesawat luar angkasa, menulis di blognya soal hari nahas itu.

Hale menulis, kala itu Direktur Jon Harpold berpendapat, "Tak ada yang bisa kita lakukan soal kerusakan TPS (Thermal Protection System). Kupikir para awak tak perlu tahu. Bukankah akan lebih baik bagi mereka terbang pulang dengan perasaan bahagia dan kemudian tewas tanpa diduga ketika memasuki Bumi, ketimbang tetap tinggal di orbit, mengetahui tak ada sesuatu yang bisa dilakukan, hingga persediaan oksigen habis?"

Sementara tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan Columbia celaka, para insinyur di Johnson Space Center cukup yakin, mereka menemukan jawabannya. Sebelumnya, mereka telah mencoba mengingatkan para petinggi, namun diabaikan.

 

4 dari 5 halaman

3. Misi Soyuz-11

Pada tahun 1971, dunia mencatat terjadinya kematian pertama tiga manusia di angkasa luar. Adalah kosmonot Uni Soviet, Georgy Dobrovolsky, Vladislav Volkov, dan Viktor Patsayev yang meregang nyawa dalam peristiwa tragis itu.

Semua berawal dari keberangkatan ketiganya pada 7 Juni 1971 dari Baikonur Cosmodrome. Mereka menaiki pesawat Soyuz 11 ke luar Bumi, menuju stasiun pertama yang dibangun manusia: Salyut 1.

Ketiganya lalu tinggal di Salyut selama 24 hari. Hingga akhirnya pada 30 Juni 1971, mereka dijadwalkan kembali ke Bumi. Setelah mendarat, saat pintu kapsul dikuak, para petugas pemulihan terkejut bukan kepalang. Mendapati tiga manusia di dalamnya dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Mereka menemukan 3 kosmonot di kursi masing-masing, sama sekali tak bergerak, dan ada bercak-bercak biru kehitaman di wajahnya," kata Kerimov. "Darah mengalir dari hidung dan telinga."

Petugas kebingungan bagaimana ketiga kosmonot itu bisa meninggal dunia. Padahal proses pendaratan berjalan normal, sesuai petunjuk, tak jauh dari lokasi peluncuran di Kazakhstan.

Berdasarkan laporan, penyebab kematian ketiganya adalah sesak napas. Penyelidikan mengungkap, katup ventilasi pernafasan mereka pecah, para kosmonot mengalami sesak nafas. Penurunan tekanan secara ekstrem juga makin memperberat kondisi mereka.

Mereka tewas dalam hitungan detik, yang terjadi pada ketinggian 168 kilometer di angkasa luar, saat pesawat masuk kembali ke atmosfer sebelum sampai di Bumi.

Karena kapsul yang membawa ketiganya kembali secara otomatis, satelit itu bisa mendarat tanpa dikemudikan pilot.

 

5 dari 5 halaman

4. The Apollo 1 Fire

Gus Grissom, Ed White, dan Roger Chafee tak pernah mencapai Bulan. Ketiga astronot Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu tewas saat roket Apollo 1 meledak dalam simulasi peluncuran pada 27 Januari 1967.

Hubungan pendek arus listrik menimbulkan loncatan bunga api dan menyambar oksigen murni yang menjadi salah satu pendorong roket.

"Kebakaran, aku mencium kebakaran," kata salah satu astronot pada pukul 18.31 di hari nahas itu. Dua detik kemudian, astronot lain, mungkin Ed White berkata, "Kebakaran di kokpit."

Kebakaran menyebar dengan cepat ke kabin. Komunikasi terakhir dengan para kru terdengar hanya 17 detik kemudian.

Ketiganya tahu, ada risiko yang mengancam mereka ketika bergabung dalam misi angkasa luar. Apalagi untuk Letkol Grissom. Ia adalah orang AS kedua yang ke angkasa luar, menggunakan Liberty Bell 7.

Saat kembali ke Bumi, kapsul antariksanya dipenuhi air. Ia nyaris tenggelam. Pascatragedi, program angkasa luar ditunda tapi tidak dihentikan. Pada 25 Mei 1961 Presiden John F Kennedy berkomitmen bahwa Amerika Serikat akan mendaratkan seorang manusia di Bulan pada akhir dekade.

Setelah itu, Apollo 7 berhasil diluncurkan pada tanggal 11 Oktober 1968, pertama yang membawa astronot.

Kurang dari setahun kemudian pada bulan Juli 1969, Apollo 11 mendaratkan Neil Armstrong di Bulan.

Sejumlah orang berpendapat, "Seandainya kecelakaan Apollo 1 tak terjadi, manusia mungkin tak akan pernah menjejakkan kaki di Bulan."