Sukses

Mesir dan Israel Serang Pemberontak di Semenanjung Sinai, 59 Orang Tewas

Mesir dibantu oleh Israel menyerang basis pemberontakan di Semenanjung Sinai dan menyebabkan puluhan orang tewas.

Liputan6.com, Semenanjung Sinai - Sebanyak tujuh tentara Mesir termasuk seorang perwira, dan 59 terduga pemberontak tewas dalam sebuah baku tembak. Peristiwa tersebut terjadi dalam sebuah operasi besar nasional di Semenanjung Sinai bagian utara, baru-baru ini.

Operasi nasional melawan ISIS tersebut telah dimulai pada Februari tahun lalu.

Sebagai informasi, operasi yang dimaksud merupakan tanggapan atas serangan sebuah masjid pada akhir 2017 yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Institusi militer Mesir melaporkan pada Selasa 22 Januari 2019, bahwa pasukannya juga telah mengamankan 142 orang pemberontak, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (23/1/2019).

Dalam sebuah serangan udara di wilayah Western Desert --perbatasan Mesir bagian selatan dan timur laut--, sebanyak 56 kendaraan berisi senjata dan amunisi berhasil dihancurkan. Di samping itu, 243 alat peledak juga berhasil disita.

Semenanjung Sinai sendiri telah lama menjadi pusat perhatian Mesir dalam upaya mengalahkan kelompok pemberontak.

Menurut negeri piramida tersebut, Sinai telah lama digunakan sebagai basis serangan kelompok teroris, termasuk Ansar Bayt al-Maqdis yang berafiliasi dengan ISIS. Hal itu dimulai pada pertengahan 2013 ketika presiden pertama Mesir yang terpilih melalui pemilu, Mohamed Morsi, digulingkan dari jabatannya.

Saksikan video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Kerja sama dengan Israel

Menurut The Times of Israel, Presiden Mesir Abdul-Fattah el-Sissi, mengonfirmasi bahwa Israel membantu negaranya melawan teroris di Semenanjung Sinai. Dalam sebuah kesempatan, ia mengatakan bahwa hubungan kerja sama antara Mesir dan Israel telah meluas dan lebih dekat dari pada sebelumnya.

Hubungan kerja sama yang dimaksud di antaranya dalam bidang pertukaran informasi intelijen, serta beberapa serangan drone institusi militer Israel (IDF) yang menargetkan ISIS.

Israel sendiri mengakui bahwa sejak 2013 telah memperbolehkan penambahan personel tentara di Semenanjung Sinai, di atas jumlah yang diperbolehkan menurut perjanjian damai kedua negara tahun 1979.

Hubungan kerja sama yang baik di antara mereka, sebetulnya dapat dilihat dari bertemunya el-Sissi dengan PM Benyamin Netanyahu sebanyak dua kali sejak 2017. Meskipun demikian, normalisasi hubungan dengan Israel masih menjadi hal yang tabu dan mendatangkan pro-kontra di dalam negeri Mesir.