Sukses

Wapres AS Dukung Oposisi Venezuela yang Melawan Presiden Nicolas Maduro

Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence mengutuk Presiden Nicolas Maduro sebagai diktator dan menyatakan dukungan kepada badan legislatif yang dipimpin oposisi.

Liputan6.com, Washington DC - Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence menyampaikan pesan kepada Venezuela yang mengutuk pemimpin "diktator" mereka Presiden Nicolas Maduro dan menyatakan dukungan resmi AS kepada badan legislatif 'Majelis Nasional' yang dipimpin oposisi Juan Guaido.

"Atas nama Presiden Donald Trump dan semua orang Amerika, izinkan saya menyatakan dukungan tak tergoyahkan dari Amerika Serikat ketika Anda, rakyat Venezuela, tengah mengangkat suara dalam seruan untuk kebebasan," kata Pence dalam pesan rekaman video, seperti dilansir Fox News, Rabu (23/1/2019).

"Nicolas Maduro adalah seorang diktator tanpa klaim sah atas kekuasaan. Dia tidak pernah memenangkan kursi kepresidenan dalam pemilihan yang bebas dan adil, dan telah mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan dengan memenjarakan siapa pun yang berani menentangnya," lanjut Pence.

Maduro disumpah kembali sebagai presiden Venezuela bulan ini, meskipun pemerintahannya dianggap "tidak sah" oleh banyak komunitas internasional, yang menganggap pemilihan yang diadakan tahun lalu sebagai fabrikasi.

Pence sebaliknya menyatakan dukungan AS untuk pemimpin Majelis Nasional Juan Guaido, yang ia sebut "sisa demokrasi terakhir."

"Ketika Anda membuat suara Anda terdengar besok, atas nama rakyat Amerika, kami katakan kepada semua orang baik di Venezuela: estamos con ustdes," lanjut Pence dalam pesan itu, dibumbui dengan frasa Spanyol yang berarti "Kami bersamamu, kami berdiri bersamamu, dan kami akan tinggal bersamamu sampai demokrasi dipulihkan dan kau merebut kembali hak lahir kebebasan-mu."

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Upaya Kudeta Militer Picu Kisruh Meluas di Venezuela

Gagalnya upaya kudeta oleh sekelompok kecil militer memicu kerusuhan meluas di kalangan masyarakat Venezuela, yang telah dilanda krisis akut sejak lebih dari tiga tahun silam.

Pada Senin 21 Januari 2019 pagi, sebanyak 27 orang anggota tentara nasional ditangkap setelah diduga berusaha melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Nicolas Maduro.

Beberapa jam kemudian, kerusuhan dengan kekerasan mengguncang kawasan hunian kelas pekerja di Caracas, yang pernah menjadi basis pendukung Maduro.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (23/1/2019), penduduk setempat meluapkan kemarahan atas naiknya harga kebutuhan pokok dan upah rendah.

Mereka memblokade jalan dan membakar ban, sementara di saat bersamaan, pasukan keamanan Venezuela berusaha membubarkan demonstran dengan gas air mata.

"Situasi ini tidak tertahankan," Eduardo Solano, seorang ahli komputer muda yang turun ke jalan di distrik Diego Lozada, mengatakan.

"Tidak peduli apakah Anda mendapatkan (mata uang) bolivar atau dolar, (pendapatan) itu tidak cukup," lanjutnya kecewa.

Solano dan pengunjuk rasa lainnya membubarkan diri sekitar Senin tengah malam, ketika gerombolan bersenjata yang setia kepada pemerintah --dikenal sebagai colectivos-- tiba dan melepaskan tembakan ke udara. Baca selengkapnya...