Liputan6.com, Melbourne - Sekitar dua lusin bangkai kuda liar ditemukan sedang dalam proses membusuk di Deep Hole yang kering kerontang, sebuah kubangan air yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Ltyentye Apurte Community, juga dikenal sebagai Santa Teresa, komunitas adat Arrernte di wilayah utara Australia.
Salah seorang Suku Arrernte (penduduk asli yang mendiami Alice Spring, Australia Tengah) yang bekerja sebagai petugas pelaksana aktivitas (activity engagement officer), Ralph Turner, menemukan pemandangan mengerikan itu pada pekan lalu.
Advertisement
Baca Juga
Saat itu, ia pergi ke lokasi kejadian untuk mengecek pengaruh gelombang panas terhadap air di Deep Hole. Ia pun melihat semua kuda malang ini binasa.
"Ini mungkin karena cuaca panas ekstrem yang melanda negara kami, hari demi hari. Aku hanya tidak percaya apa yang ku lihat, pertama kali terjadi seperti itu di sini," ucapnya, seperti dikutip dari ABC, Kamis (24/1/2019).
Selama 12 hari di awal tahun ini, suhu di kawasan tersebut dikabarkan mencapai rekor tertingginya, yakni di atas 42 derajat Celcius. Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga beberapa minggu ke depan, terutama di Alice Springs.
Mentor media di Santa Teresa, Rohan Smyth, mengatakan bahwa suhu di Santa Teresa biasanya sekitar 5 derajat lebih panas lebih panas daripada di kota Alice.
Menurutnya, semua kuda liar itu biasanya ada di Alice Spring. Hewan ini pergi ke Santa Teresa untuk mencari air.
"Dan tidak ada air di sana (Santa Teresa). Jadi, pada dasarnya, binatang-binatang itu tidak punya tempat untuk berkelana. Malangnya, mereka mati karena dehidrasi dan cuaca panas. Ini benar-benar mengejutkan," aku Smyth.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kuda dan Penduduk Asli
Penduduk di Santa Teresa memiliki hubungan yang panjang dan bermakna dengan kuda. Spesies ini diperkenalkan ke Australia untuk membantu pekerja ternak di kawasan itu.
Rohan Smyth mengatakan, banyak orang yang merasa sangat prihatin tentang kesejahteraan populasi kuda liar setempat.
"Ada banyak kuda di sini, di kota ini, dan banyak dari mereka digunakan untuk proyek-proyek sekolah dan sebagainya. Kuda-kuda ini semacam menjadi 'penghuni' di sekitar pusat kota, dan beberapa di antaranya tak sehat," kata Smyth.
"Mereka adalah hewan liar, jadi pada dasarnya mereka memiliki dampak terhadap lingkungan, dan mereka menghabiskan sumber daya yang mungkin digunakan hewan lain. Tapi masih sangat mengerikan mengetahui bahwa mereka harus menderita dengan cara yang ekstrem," paparnya lagi.
Gelombang panas di Red Centre (Australia Tenagh) telah mempengaruhi satwa di seluruh wilayah. Ralph Turner mengatakan, dia mendengar tentang kematian massal unta di dekat komunitas yang ada di perbatasan Sungai Docker.
Sebelumnya pada Januari, NT Primary Industries Department mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan pemilik hewan peliharaan untuk mewaspadai risiko serangan cuaca panas.
Advertisement