Sukses

Juan Guaido, Oposisi Peraih Dukungan Internasional untuk Memimpin Venezuela

Banyak negara mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sah Venezuela.

Liputan6.com, Caracas - Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara di negara kaya minyak itu.

Pengumuman itu dikeluarkan beberapa menit setelah pemimpin oposisi berusia 35 tahun itu menyatakan dirinya sebagai presiden di Caracas pada Rabu 23 Januari.

Sejumlah negara Amerika Selatan, termasuk Brasil, Kolombia, dan Peru, juga mengakui Guaido sebagai presiden sah Venezuela, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (24/1/2019).

Klaim Guaido muncul di tengah protes massa terhadap kepemimpinan Nicolas Maduro yang telah menyebabkan kejatuhan ekonomi Venezuela selama bertahun-tahun.

Dalam sebuah pernyataan, Trump menggambarkan kepemimpinan Maduro sebagai "tidak sah" dan mengatakan kongres Venezuela adalah satu-satunya "cabang pemerintah yang sah" di negara itu.

"Rakyat Venezuela telah berani berbicara menentang Maduro dan rezimnya, serta menuntut kebebasan dan aturan hukum," kata Trump.

Pernyataan itu juga mengatakan AS akan menganggap rezim Maduro "bertanggung jawab langsung" atas segala ancaman terhadap keselamatan rakyat Venezuela.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menolak langkah Maduro untuk memutuskan hubungan dengan AS, dengan mengatakan bahwa AS tidak mengenalinya sebagai pemimpin dan sebaliknya akan melakukan hubungan "melalui pemerintahan Presiden sementara Guaido".

Pompeo mendesak militer Venezuela untuk mendukung upaya memulihkan demokrasi dan mengatakan AS akan mendukung Guaido dalam upayanya untuk mendirikan pemerintahan.

Mendapat Dukungan dari Beberapa Negara

Dalam pengumuman tersebut, Trump juga mendesak negara-negara lain untuk ikut mendukung Guaido.

Sejauh ini, tujuh negara Amerika Selatan --Brasil, Kolombia, Chili, Peru, Ekuador, Argentina, dan Paraguay-- telah mematuhinya.

Kanada juga memberikan dukungan kepada Guaido, sementara Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan dia berharap Uni Eropa akan "bersatu mendukung kekuatan demokrasi".

Tetapi Meksiko, Bolivia, dan Kuba telah menyatakan dukungan untuk Maduro.

Menanggapi pengakuan Trump terhadap pemimpin oposisi, Maduro memutuskan hubungan diplomatik dengan AS, dan memberi tenggat waktu 72 jam bagi staf diplomatik Negeri Paman Sam untuk meninggalkan Venezuela.

Maduro menuduh Washington berusaha untuk memerintah Venezuela dari jauh dan mengatakan oposisi berusaha untuk melakukan kudeta.

"Kami sudah memiliki cukup intervensi, di sini kami memiliki martabat, itu tidak bisa diterima!", katanya dalam sebuah pidato di istana presiden.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Siapa Sebenarnya Juan Guaido?

Sebelumnya pada hari Rabu, Guaido mengatakan kepada massa yang berkumpul di Caracas bahwa aksi protes akan berlanjut "sampai Venezuela dibebaskan".

"Saya bersumpah untuk secara resmi menganggap kekuatan eksekutif nasional sebagai penjabat presiden," katanya, sambil mengangkat tangan kanannya.

Guaido, yang merupakan ketua Majelis Nasional, meminta pasukan bersenjata --yang sejauh ini mendukung Maduro-- untuk tidak menaati pemerintah.

Tetapi menteri pertahanan Venezuela telah mengutuk Guaido, yang telah berjanji untuk memimpin pemerintahan transisi dan mengadakan pemilihan umum yang bebas.

Maduro diketahui telah berupaya menjaga kepemimpinan militer di sisinya, memberikan para pejabat posisi penting di pemerintahan, dan menawarkan kontrak layanan ladang minyak yang menguntungkan kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan militer.

Guaido sendiri disebut tengah mendapat popularitas di Venezuela, setelah dia menjabat sebagai ketua Majelis Nasional.

Setelah mengambil peran itu, Guaido mengatakan dia memiliki hak konstitusional untuk memangku jabatan presiden sampai pemilihan umum baru diadakan.

Saat masih berstatus mahasiswa, ia memimpin protes terhadap mendiang pemimpin sosialis Hugo Chavez yang memilih Maduro sebagai penggantinya.

Penunjukannya sebagai pemimpin Majelis Nasional telah memberi energi pada oposisi, yang telah terpecah dalam beberapa tahun terakhir.

Oposisi memenangkan pemilihan parlemen pada 2015, tetapi pada 2017 Maduro membentuk badan terpisah, majelis konstituante, yang telah mengambil alih kekuasaan legislatif