Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat (AS) menolak langkah pemutusan hubungan diplomatik yang diambil Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Rabu 23 Januari 2019 waktu lokal.
AS mengatakan Maduro tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan hubungan dan AS akan menjalin hubungan dengan pemerintah yang dipimpin kepala oposisi Juan Guaido --yang juga menjabat sebagai kepala legislatif Majelis Nasional Venezuela.
"Amerika Serikat menjaga hubungan diplomatik dengan Venezuela dan akan menjalin hubungan kami dengan Venezuela melalui pemerintah sementara Presiden Guaido, yang mengundang misi kami untuk tetap berada di Venezuela," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Amerika Serikat tidak mengakui rezim Maduro sebegai pemerintah Venezuela. Dengan demikian, Amerika Serikat tidak menganggap mantan presiden Nicolas Maduro memiliki kewenangan hukum untuk memutuskan hubungan diplomatik."
Guaido menyatakan diri sebagai presiden semantara pada Rabu, mendapatkan dukungan AS dan beberapa negara Amerika Latin. Peristiwa itu membuat Maduro, yang telah memerintah negara kaya minyak itu sejak 2013, memutuskan hubungan dengan AS dan memberi waktu 72 jam bagi para diplomat negara itu untuk meninggalkan Venezuela.
Pompeo, di sisi lain, mengatakan para diplomat AS berencana untuk tinggal dan dia meminta militer dan pasukan keamanan Venezuela "untuk terus melindungi ... semua warga Venezuela, serta warga AS dan negara lain di Venezuela.
"Kami meminta semua pihak untuk menahan diri dari langkah-langkah yang tidak sesuai dengan hak khusus dan kekebalan yang dimiliki anggota komunitas diplomatik," katanya.
"Amerika Serikat akan mengambil langkah yang sesuai untuk meminta pertanggungjawaban kepada siapa pun yang membahayakan keselamatan dan keamanan misi dan personel kami," kata Pompeo.
Â
Simak video pilihan berikut:
Venezuela Putus Hubungan Diplomatik dengan AS
Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah mengumumkan dia akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump mengakui Pemimpin Oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara negara Amerika Selatan itu.
Berbicara kepada para pendukung di luar istana presiden Miraflores di Caracas, pemimpin sosialis Maduro mengatakan dia akan memberikan personil diplomatik AS 72 jam untuk meninggalkan Venezuela, yang menderita keruntuhan ekonomi hiperinflasi, demikian seperti dikutip dari ABC.net.au.
Namun Guaido telah mendesak semua kedutaan besar asing di negara itu untuk tidak mematuhi perintah Maduro dan tidak menghapus diplomat mereka.
Didukung oleh ratusan ribu pemrotes dan dukungan dari Amerika Serikat, Guaido telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dan menyerukan pemilihan bebas untuk mengakhiri pemerintahan Maduro.
Demonstran menyumbat jalan di timur Caracas, meneriakkan "Keluar, Maduro" dan "Guaido, Presidente," sambil melambaikan bendera nasional.
Pihak berwenang mengatakan tujuh orang yang memprotes pemerintah Maduro terbunuh dalam satu hari demonstrasi yang keras di seluruh negeri.
Juru bicara oposisi Freddy Superlano mengatakan empat orang tewas oleh tembakan di kota Barinas di barat daya.
Superlano mengatakan para anggota Garda Nasional dan polisi membubarkan para pengunjuk rasa pada akhir pawai Oposisi ketika tembakan meletus. Dia mengatakan tiga orang lainnya terluka.
Seorang juru bicara kantor Perlindungan Sipil di negara bagian Tachira mengatakan jumlah kematian dalam kerusuhan di kota San Cristobal telah meningkat menjadi tiga.
Juan Guaido, 35, telah memberi energi kepada Oposisi dengan kampanye untuk menyatakan Nicolas Maduro sebagai perampas kekuasaan setelah pemilihan tahun lalu secara luas dianggap sebagai penipuan, dan telah menjanjikan transisi ke pemerintahan baru di negara yang menderita keruntuhan ekonomi hiperinflasi.
"Saya bersumpah untuk memikul semua kekuatan kepresidenan untuk menjamin diakhirinya perebutan kekuasaan," kata Guaido di depan kerumunan yang bersemangat.
Advertisement