Liputan6.com, Alaska - Paul Sutter, seorang astrofisikawan di The Ohio State University, menyebut bahwa Bumi tidak mudah dihancurkan. Meski ribuan bom diledakkan, wabah penyakit menyerang dan membunuh seluruh makhluk hidup, atau biosfer dilenyapkan dengan semacam nano, namun planet ini akan tetap ada.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Bumi akan kosong, tidak ada kehidupan yang mengelilingi matahari, selama miliaran tahun mendatang. Tak ada flora dan fauna, manusia, dan sebagainya. Layaknya planet-planet lain yang berada Tata Surya ini.
Jadi, apa yang bisa membuat Bumi jadi hancur lebur dan musnah dari jagat raya ini? Berikut 3 faktornya, seperti dikutip dari Live Science, Jumat (25/1/2019).
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Lapisan-Lapisan Bumi Lepas
Planet kita disatukan oleh gravitasinya sendiri. Anda bisa menganggapnya seperti bawang merah besar berbatu. Gravitasi inti terdalam menahan lapisan selanjutnya di atasnya.
Kemudian gaya tarik gravitasi gabungan tersebut membuat lapisan berikutnya terpaku. Lalu, berat total lapisan-lapisan itu mencengkeram lapisan berikutnya.
Proses ini berulang sampai seluruh kekuatan Bumi mampu membuat Anda duduk pada sebuah kursi atau berjalan menapaki tanah.
"Jadi, seandainya Anda ingin meledakkan Bumi, Anda perlu melepaskan bawang merah itu, lapisan demi lapisan. Anda perlu membuang setiap lapisan itu ke luar angkasa. Anda juga perlu memastikan bahwa lapisan-lapisan itu benar-benar lolos dari tarikan gravitasi Bumi (yang tersisa) untuk selamanya," papar Paul Sutter.
Saat Bumi 'tercabik-cabik', lapis demi lapis, tarikan gravitasi semakin lemah dan setiap lapisan lebih mudah lepas.
Seluruh proses ini dapat diringkas dengan persamaan praktis, dengan menghubungkan energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan sebuah planet.
Advertisement
2. Sumber Energi Hilang
Ada banyak energi di Bumi. Untuk memberikan sedikit gambaran tentang jumlah itu, Sutter mengatakan bahwa pada tahun 2013, seluruh umat manusia mengonsumsi 10^20 joule energi untuk menghidupi segala sesuatu yang digunakan oleh manusia: api yang membakar kayu, mesin-mesin, alarm jam, televisi, alat baca artikel elektronik dan lainnya.
Jadi, jika Anda menggunakan semua output energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir, bendungan hidroelektrik, pembangkit batubara, panel surya dan kincir angin, maka Anda perlu menunggu satu triliun tahun untuk menggantikan jumlah tersebut.
Satu triliun tahun adalah waktu yang cukup untuk mengumpulkan energi yang sepenuhnya mampu membelah Bumi.
Bagaimana dengan matahari?
Matahari begitu besar dan merupakan sumber cahaya. Pusat Tata Surya ini juga memancarkan banyak energi. Setiap detik dan setiap hari (waktu di Bumi), bintang raksasa ini 'mengunyah' sekitar 4 juta ton hidrogen, menggabungkannya menjadi helium, dan melepaskan energi dalam bentuk radiasi.
Radiasi itu akhirnya lepas dan meledak di ruang angkasa. Sebagian besar hilang begitu saja, tetapi beberapa di antaranya menyerbu Bumi, di mana dimanfaatkan oleh planet ini.
Alga dan tumbuhan-tumbuhan mempelajari proses tersebut selama miliaran tahun yang lalu, dan berevolusi dengan memanfaatkan energi itu untuk tujuan mereka sendiri.
Energi itu pada akhirnya menggerakkan rantai makanan.
"Jadi, ada banyak energi dari matahari ... tetapi apakah itu cukup? Lagi pula, matahari hanya akan berpendar dalam 5 miliar tahun," ucap Setter.
3. Tak Ada Cahaya Mentari
"Jika Anda melapisi seluruh permukaan Bumi dalam panel surya, menyerap 100% semua yang berair dan radiasi yang masuk, maka Anda perlu… 18 juta tahun untuk mengumpulkan energi yang mampu melepaskan ikatan planet kita," Setter menjabarkan.
Tentu saja, katanya, itu merupakan langkah signifikan yang dibutuhkan Bumi selama triliunan tahun, dengan mengandalkan sumber energi buatan manusia. Tetapi hanya sebagian kecil dari energi matahari yang masuk ke Bumi.
"Bagaimana jika Anda bisa, entah bagaimana, menangkap semua output matahari? Dalam hal ini, Anda hanya perlu satu minggu untuk mengumpulkan energi yang cukup untuk melakukan menghancurkan Bumi," pungkas Setter.
Advertisement