Liputan6.com, Tunis - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, pada 26 Januari 2019, menyerukan pengakuan kembali keanggotaan Suriah di Liga Arab, dua bulan sebelum pertemuan puncak tahunan organisasi pan-Arab tersebut di Tunisia pada Maret.
"Kami ingin Tunisia mendukung proses kembalinya Suriah ke keluarga Arab serta Liga Negara Arab," kata Lavrov dalam taklimat bersama dengan timpalannya dari Tunisia, Menlu Khemaies Jhinaoui, di Tunis, Tunisia, dan dikutip oleh TASS.
Advertisement
Baca Juga
"Saya percaya Tunis tertarik pada kepulangan dengan cepat pengungsi Suriah yang ditampung di Tunisia," kata Lavrov, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu. "Kami akan melakukan apa saja untuk menciptakan kondisi yang layak di Suriah buat kepulangan semacam itu."
Ada sebanyak 400 pengungsi Suriah di Tunisia, demikian perkiraan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).
Sementara itu, Menlu Tunisia Khemaies Jhinaoui mengatakan kembalinya Suriah ke Liga Arab adalah keputusan badan yang berpusat di Ibu Kota, Kairo, tersebut --yang membekukan keanggotaan Suriah pada 2011, demikian seperti dikutip dari Antara, Senin (28/1/2019).
"Menteri Luar Negeri Arab akan bertemu dan memutuskan apa yang mereka mau untuk Suriah," katanya. "Apa yang Tunisia peduli ialah keamanan, kestabilan dan persatuan nasional Suriah."
Liga Arab membekukan keanggotaan Suriah pada 2011 karena Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan kekerasan untuk memadamkan "protes pro-demokrasi" di negeri itu.
Dalam beberapa pekan belakangan, telah terjadi peningkatan seruan Arab bagi normalisasi hubungan dengan Pemerintah Bashar, termasuk kunjungan oleh Presiden Sudan Omar al-Bashir ke Damaskus, Suriah, dan pembukaan kembali Kedutaan Besar Bahrain serta Uni Emirat Arab (UAE) di ibu kota Suriah.
Â
Simak video pilihan berikut:
AS Kirim Tim Khusus untuk Tarik Pasukannya dari Suriah
Di kabar lain, Amerika Serikat baru-baru ini mengirimkan pasukan tambahan ke Suriah.
Hal itu dilakukan untuk memberikan perlindungan bagi tentara yang tersisa, saat ditarik dari negara yang telah berkonflik delapan tahun tersebut.
Pasukan tambahan dibutuhkan untuk memastikan bahwa pemindahan peralatan dan pasukan berjalan dengan aman, baik melalui darat maupun udara. Demikian, sebagaimana dikutip dari CNN pada Kamis (24/1/2019).
Penarikan pasukan AS dilakukan sesuai instruksi dari Donald Trump, yang ingin menarik seluruh militernya dari negara yang dipimpin oleh Bashar al-Assad.
Selama beberapa bulan terakhir, jumlah pasukan AS yang dikerahkan untuk melawan ISIS serta membantu pasukan lokal, berkisar 2.000 hingga 2.500. Jumlah tersebut tersebar di Suriah bagian utara, timur, dan selatan. Baca selengkapnya...
Advertisement