Sukses

40 Orang Tewas dalam Konflik Perebutan Kekuasaan Venezuela

Setidaknya 40 orang tewas dalam konflik di Venezuela baru-baru ini.

Liputan6.com, Caracas - Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan setidaknya 40 orang tewas dalam protes yang terjadi di Venezuela baru-baru ini.

Protes yang dimaksud terkait dengan perebutan kekuasaan antara Nicolas Maduro yang tengah menjabat sebagai Presiden, dan Juan Guaido --oposisi pemerintah yang juga mendeklarasikan diri sebagai presiden beberapa waktu lalu.

Sebelumnya pada Selasa, 29 Januari 2019, Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) menyatakan sebanyak 80 orang telah ditahan sejak 23 Januari 2019. Hal itu merupakan jumlah penahanan terbanyak yang terjadi di Venezuela dalam 20 tahun terakhir, dikutip dari BBC News pada Rabu (30/1/2019).

AS mengatakan bahwa kekerasan terhadap oposisi politik Venezuela akan mendapatkan balasan keras.

Perlu diketahui saat ini Amerika Serikat (AS) telah memberikan sanksi terhadap perusahaan minyak Venezuela, mengingat negara yang dipimpin Trump tersebut telah menyatakan dukungan terhadap oposisi. Kebijakan pemberian sanksi terhadap perusahaan minyak tersebut disebut sebagai upaya melawan ancaman strategis dari Kuba dan Iran, sebagaimana disampaikan oleh John Bolton, penasihat keamanan nasional AS.

AS beralasan sanksi diberikan dalam rangka "meringankan kemiskinan dan krisis kemanusiaan" yang tengah terjadi di Venezuela. Negeri Paman Sam itu bertujuan menghentikan Maduro dan kroni-kroninya yang diklaim menjarah aset rakyat.

Simak video berikut:

2 dari 2 halaman

Paus Fransiskus Bersimpati

Simpati terhadap kasus Venezuela datang dari Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik Dunia. Paus menyatakan dukungannya terhadap seluruh masyarakat Venezuela yang tengah menderita.

"Saya menderita atas apa yang terjadi di Venezuela," katanya."Apa yang membuatku takut? Pertmpahan darah," sambungnya.

Paus tidak memihak baik Guaido maupun Maduro yang telah memerintah sebagai Presiden Venezuela sejak 2013 pasca kematian Hugo Chavez.

"Jika saya berkata, 'dengarkan negara-negara ini', atau 'dengarkan negara-negara itu' saya akan menempatkan diri saya dalam suatu peran yang tidak saya ketahui, itu akan menjadi kelalaian pastoral di pihak saya dan saya akan menyebabkan kerusakan," pungkasnya.